SOLOPOS.COM - Pengantin asal Dukuh Porodesan, Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom melakukan tradisi mengelilingi Sumur Punden, Minggu (6/12/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN - Warga Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, memiliki tradisi tersendiri ketika ada hajatan pernikahan. Saban pasangan pengantin seakan mengelilingi sumber mata air yang ada di desa setempat sebagai ungkapan rasa syukur disertai doa.

Seperti ketika salah satu warga Dukuh Porodesan, Desa Randulanang bernama Septiyanti Restuningsih yang dinikahi Heru Prasetyo, warga Desa Cawan, Kecamatan Jatinom. Resepsi pernikahan digelar di rumah Septiyanti pada Minggu (6/12/2020) pagi menjelang siang. Sementara, ijab kabul pasangan itu sudah digelar pada Minggu pagi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Selepas acara pasrah temanten dan kedua pasangan dipertemukan, mereka tak langsung duduk di kursi pelaminan. Septiyanti bersama Heru justru meninggalkan tempat resepsi.

KPK Sebut Mensos Juliari Batubara Terima Fee Rp10.000 Per Paket Sembako

Mengenakan busana pengantin adat Jawa, pasangan itu berjalan diiringi keluarga dan tokoh masyarakat setempat menuju sumber mata air bernama Sumur Punden. Sepanjang perjalanan, Septiyanti dan Heru dipayungi oleh pengiring mereka.

Sekitar 500 meter berjalan, mereka tiba di mulut pintu masuk sumur dan berhenti sejenak. Seorang tokoh masyarakat berada di barisan paling depan memanjatkan doa dan diakhiri dengan menginjakkan kaki ke tanah sebanyak tiga kali. Hal itu dilakukan sebagai simbol ucapan salam.

Rombongan lantas memasuki kawasan sumur dan mulai mengelilinginya dipimpin seorang tokoh masyarakat berbusana adat Jawa. Tak ada kata yang terucap dari pasangan pengantin maupun iring-iringan. Justru, riuh sorakan terdengar warga yang mengelilingi sumur.

Sorakan warga seakan kor dan suaranya kian kencang memasuki putaran terakhir. “Towen..towen..towen,” begitulah sorakan warga yang suaranya kian kencang mengiringi pengantin melangkahkan kakinya pada putaran terakhir.

Selepas mengelilingi sumur, rombongan kembali ke tempat hajatan untuk melanjutkan rangkaian resepsi pernikahan hingga bubar. Salah satu tokoh masyarakat Desa Randulanang, Klaten, Haryanto, menjelaskan tradisi pengantin mengelilingi Sumur Punden sudah menjadi ritual yang digelar secara turun temurun. Tanpa diwajibkan, warga terutama para pengantin berasal dari Porodesan terus melestarikan tradisi itu.

“Khususnya dari Dukuh Porodesan, setiap ada pengantin baik laki-laki atau perempuan dari dukuh ini pasti melakukan tradisi mubeng sumur. Kalau tidak melakukan itu rasanya seperti ada yang kurang,” kata Haryanto.

Haryanto yang juga Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan Desa Randulanang menjelaskan tradisi mengelilingi sumur itu digelar selepas pasangan pengentin selesai ijab kabul dan sebelum measuki rangkaian resepsi pernikahan.

Ungkapan Syukur

Tradisi itu sebagai ungkapan rasa syukur diiringi doa agar pasangan pengantin bisa hidup bahagia, sejahtera, dan segera mendapatkan momongan. “Sumur menjadi sumber kehidupan. Diharapkan pasangan pengantin dalam berumah tangga semakin sejahtera,” jelas dia.

Namun, belakangan tradisi mubeng sumur itu digelar secara sederhana menyusul ada pandemi Covid-19. Biasanya, pasangan pengantin diiringi berbagai arak-arakan seperti hadrah dan salawatan.

Haryanto mengatakan Sumur Punden sudah ada sejak masa lampau bahkan sebelum ada orang yang tinggal di Randulanang khususnya Dukuh Porodesan. Sumur berukuran 4 meter x 4 meter dengan kedalaman 30 meter. Anyaman bambu menutupi mulut sumur tersebut.

Longsor, Jalan Utama Karanganyar-Tawangmangu Sempat Ditutup

Air sumur sejak lampau dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-air. Airnya juga tak pernah surut meskipun ada kemarau panjang. Selama ini, kebersihan sumur tetap terjaga dan menjadi pusat lokasi kegiatan tradisi warga terutama saat sadranan.

“Di sini ada tradisi juga namanya ngeduki sumur. Artinya membersihkan sumur selain itu ada tradisi sadranan yang juga dipusatkan di kawasan sumur tersebut,” jelas Haryanto.

Lebih lanjut Haryanto berharap melalui kegiatan-kegiatan tradisi yang masih terjaga, salah satu sumber mata air di Randulanang itu diharapkan tetap terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya