SOLOPOS.COM - Sudarsono, 62, warga Dukuh Ngadirejo, Desa Sambungmacan, Sragen, membersihkan koleksi fosil yang tersimpan di rumahnya, Jumat (12/6/2020). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN - Sekitar 4.000 fosil dan benda-benda kuno tersimpan di sebuah rumah milik Sudarsono, 62, warga Dukuh Ngadirejo, Desa Sambungmacan, Sragen. Fosil dan benda-benda kuno itu sebagian besar ditemukan saat penggalian proyek sodetan Sungai Bengawan Solo pada 1975.

Fosil yang tersimpan di rumah Sudarsono terdiri atas tengkorak manusia purba, serpihan tulang hewan purba seperti rahang gajah, pecahan gading, kura-kura, kerang, siput, berbagai kapak, hingga botol bekas yang rata-rata peninggalan akhir abad 18 hingga awal 19.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Penularan Covid-19 Naik, PSBB Jabar Diperpanjang Sampai 26 Juni

"Semua fosil itu saya temukan di proyek sodetan Sungai Bengawan Solo pada 1975. Dulu dibiarkan teronggok, bercampur material tanah dan batu. Pada saat itu saya masih kecil. Saya iseng saja mengumpulkan barang-barang itu di rumah," ujar Sudarsono saat ditemui wartawan di lokasi, Jumat (12/6/2020).

"Ternyata barang-barang itu ada fosil yang menarik minat warga asing. Sejak saat itu, banyak warga asing yang datang untuk melihat fosil-fosil koleksi saya. Banyaknya tamu dari luar negeri itu membuat saya lebih bersemangat untuk mengumpulkan fosil," imbuhnya.

Pada awalnya, sekitar 4.000 fosil itu hanya ditumpuk begitu saja di rumah Sudarsono. Baru pada masa kepemimpinan Bupati Agus Fatchur Rahman, Sudarsono mendapat hibah tiga lemari etalase. Lemari itu digunakan untuk menyimpan sekitar 2.000 fosil yang sudah diidentifikasi. Sementara sekitar 2.000 fosil yang belum diidentifikasi masih menumpuk di sebuah rak panjang.

Gunung Kemukus Sragen segera Dibuka Saat Pandemi Covid-19

Sesuai amanat UU No. 11/2010, masyarakat diperbolehkan merawat benda cagar budaya secara mandiri. Rumah fosil milik Sudarsono merupakan salah satu museum kecil yang dikelola oleh masyarakat. Kendati begitu, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi jika masyarakat ingin merawat benda cagar budaya itu secara mandiri.

Beberapa syarat itu adalah bersedia melaporkan koleksi museum secara berkala, informasi yang disampaikan kepada pengunjung dipastikan benar, bersedia melakukan konservasi secara berkala dan mau menjaga benda cagar budaya itu supaya tidak hilang.

Dikunjungi Ilmuan

Rumah fosil milik Sudarsono di Sragen itu sudah dikunjungi berbagai ilmuan dari mancanegara. Rata-rata mereka adalah para arkeolog yang tertarik meneliti benda purbakala di daratan Jawa. Sudarsono memiliki komitmen untuk terus menjaga benda purbakala yang dilindungi oleh Negara itu.

Santiago Bernabeu Direnovasi, Real Madrid Emoh Pakai Markas Atletico

Dia tidak memungkiri ada banyak tawaran menggiurkan dari para tamu dari mancanegara. Mereka bermaksud membeli fosil-fosil itu dengan harga fantastis mulai dari Rp50 juta hingga Rp200 juta/fosil. Akan tetapi, Sudarsono tidak berniat menjual fosil-fosil itu meski ditawar dengan harga fantastis.

"Saya tidak silau uang. Kalau dijual, nanti akan habis. Bagi saya, penghasilan dari hasil jualan bonsai sudah lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan," jelas Sudarsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya