SOLOPOS.COM - Sastra Indonesia (foto: liputan6.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Komunitas Sastra Giri Kawedhar (KSGK) berupaya membumikan sastra di Wonogiri. Sejumlah buku berlatar budaya Wonogiri pun telah diterbitkan.

Komunitas yang berdiri 2017 ini diprakarsai Parpal Poerwanto, 52, dan dua temannya. Parpal, sapaan akrabnya meneceritakan, pendirian KSGK bermula dari keresahan karena tidak ada ruang apresiasi pada sastra di Wonogiri.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sastra belum dianggap ada dan masih terpinggirkan dibandingkan seni lain. Padahal sastra bagian dari budaya.

“Saat itu kami resah karena sastra belum dilirik. Tidak seperti kesenian lain, seperti wayang, campursari, dan lainnya. Kemudian kami ke pemerintah daerah [Pemkab], meminta agar sastra turut diperhatikan,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (11/7/2022).

Tahun 2017 merupakan embrio KSGK lahir. Kala itu, Pemkab memberi ruang kepada Parpal dan dua temannya membacakan geguritan atau puisi Jawa di panggung budaya. Keberadaan sastra, khususnya sastra Jawa, telah dilirik pemerintah setelah mereka berupaya menjadi jembatan antara pemerintah dengan sastra.

Baca Juga: Rute Bukit Cumbri Wonogiri, Pesona Alam di Perbatasan Jateng-Jatim

Sejak saat itu, KSGK mulai mengumpulkan para pencinta dan pemerhati sastra. Lebih kurang 40 orang telah bergabung dengan KSGK.

Mereka tidak hanya dari Wonogiri, tetapi juga dari luar kota, seperti Semarang, Purwokerto, bahkan Kalimantan. Anggota KSGK pun dari berbagai kalangan mulai dari guru, ibu rumah tangga, hingga mahsiswa.

“Secara kolektif kami sudah menerbitkan tiga buku, yaitu dua antologi gegurtian dan satu antologi cerkak. Terakhir, antologi geguritan anak. Itu kami lombakan juga untuk pembacaan geguritan anak belum lama ini,” ujar dia.

Sementara secara perorangan, anggota KSGK telah banyak menerbitkan buku berlatar cerita rakyat Wonogiri. Parpal sendiri telah menerbitkan beberapa judul buku, di antaranya Tambak Merang, Plintheng Semar, Asal Mula Wonogiri, dan Ki Ageng Donoloyo.

Baca Juga: Lezat Melegenda, Ini Resep Rahasia Bumbu Sate Bu Sum Girimarto Wonogiri

Karya sastra dari anggota KSGK tidak jarang menjadi pelajaran atau soal dalam ujian sekolah di Wonogiri. Bahkan, salah satu buku berkisah Ki Ageng Donoloyo diangkat menjadi film. Hal itu membuktikan karya sastra Wonogiri cukup diminati oleh masyarakat.

“Walaupun sastra secara umum [tidak hanya di Wonogiri] belum banyak diminati masyarakat. Tapi kami berusaha membumikan sastra. Utamanya sastra Jawa,” ucap dia.

KSGK tidak menutup terhadap sastra lain, seperti sastra Indonesia. Hanya, selama ini banyak karya sastra yang diterbitkan merupakan karya sastra Jawa. KSGK hadir sebagai jembatan bagi penulis.

Munculnya KSGK berdampak pada kuantitas karya sastra yang diterbitkan di Wonogiri. KSGK mendorong anggota untuk menerbitkan buku.

Baca Juga: Tujuh Situs di Geosite Wonogiri yang Menawan dan Kaya Pengetahuan

Meski seperti itu, tidak lantas semua karya yang ditulis anggota KSGK pasti terbit. Sebaliknya, tetap ada standarisasi dan penyaringan.

Saat ini belum ada pertemuan reguler antaranggota KSGK. Namun, komunikasi dan diskusi sastra masih terus berlangsung di grup-grup percakapan.

Para anggota sering kali mengirimkan karya ke grup. Karya sastr itu kemudian didiskusikan anggota lainnya.

“Tahun ini, bulan-bulan ini sebenarnya ada kemah budaya KSGK. Di dalamnya ada diskusi, apresiasi, dan mengkaji karya-karya sastra yang telah diterbitkan. Sayangnya belum sempat karena kami masih sibuk. Salah satunya karena proses produksi film Ki Ageng Donoloyo,” katanya.

Baca Juga: Mitos Pohon Jati Keramat Wonogiri, Bahaya Pejabat Lewat di Bawahnya?

Pemprov dan Pemkab cukup mengapresiasi KSGK. Hal itu terbukti dengan hadirnya Balai Bahasa Jawa Tengah saat KSGK mengadakan lomba geguritan anak belum lama ini. Mereka mengapresiasi dan bersedia memberikan hadiah kepada para juara.

Sementara Pemkab melalui perpustakaan daerah sudah meminta beberapa karya sastra anggota KSGK ditampilkan di perpustakaan.

“Tapi sampai saat ini belum ada kelanjutan lagi,” ungkap Parpal.

KSGK membuka kepada siapa saja yang ingin bergabung dan belajar bersama. KSGK tidak membatasi umur dan latar belakang.

Baca Juga: Bumbu & Tusuk Sate Mulai Hiasi Pasar Wonogiri

Salah seorang anggota KSGK termuda, Dyah Restu, menuturkan KSGK hadir layaknya oase di Wonogiri.

Di Wonogiri, belum ada komunitas yang mewadahi para pencinta dan pemerhati sastra, khususnya sastra Jawa. Menurutnya, KSGK cukup menjadi penjaga sastra di Wonogiri.

“Saya sendiri baru bergabung lebih kurang setahun. Begitu tahu ada KSGK ini, saya cukup senang. Terlebih di dalam KSGK ini banyak orang-orang ampuh di bidang sastra,” kata Dyah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya