SOLOPOS.COM - Produk Kopi Ndorog jenis robusta greenbean, roasted, dan bubuk. Biji Kopi ndorog ditanam di lereng Lawu selatan dengan ketinggian lebih kurang 1.000 mdpl. Rabu (22/6/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com. WONOGIRI–Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Segar di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, memproduksi kopi dengan nama Kopi Ndorog.

Sebanyak 130 petani lokal turut dilibatkan dalam proses produksi Kopi Ndorog.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sekretaris Gapoktan Segar, Sularti, mengatakan Kopi Ndorog merupakan produk UMKM kopi asli dari Wonogiri.

Nama Ndorog diambil dari salah satu lahan kopi di Desa Semagar.

Biji Kopi Ndorog ditanam di lereng selatan Gunung Lawu pada ketinggian 850-1.200 mdpl.

Baca Juga: Gondosini, Kebun Kopi Kuno Era Mangkunegaran di Wonogiri

Dengan ketinggian tersebut, Kopi Ndorog lebih banyak memproduksi kopi jenis robusta.

“Kopi Ndorog ini produk milik Gapoktan Segar dengan sistem koperasi, bukan milik perorangan. Brand Kopi Ndorog berdiri sejak 2017. Saat itu ada program Desa Berdikari dari Gubernur Jawa Tengah untuk memaksimalkan potensi desa,” kata Sularti saat diwawancarai Solopos.com di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri (Dispertan Pangan), Rabu (22/6/2022)

Melalui Kopi Ndorog, petani-petani kopi di Desa Semagar diberdayakan. Mereka diberikan pelatihan-pelatihan budi daya kopi.

Sebelum ada Kopi Ndorog, para petani tersebut sudah menanam kopi.

Hanya, mereka belum tertata dan terkoordinasi dengan baik. Produk kopi mereka pun belum sebaik sekarang.

Baca Juga: Kebun Kopi Pertama di Soloraya Ada di Wonogiri

Dulu para petani kerap menjual hasil panen kopi mentah ke pasar secara langsung. Produk kopi para petani itu dihargai relatif murah.

Satu kilogram hanya dihargai Rp17.000. Sementara saat ini kopi mereka bisa dihargai Rp25.000/kg-Rp30.000/kg.

Para petani terus diedukasi untuk menciptakan biji kopi yang berkualitas unggul.

Sehingga kopi mereka dapat dihargai mahal dan dapat bersaing dengan kopi daerah lain.

“Sekarang pasar Kopi Ndorog sudah masuk kafe-kafe di berbagai kota seperti Solo, Semarang, Bekasi, dan Tangerang. Untuk di luar Jawa pasar kami sudah sampai Bali, Sumatra, dan Kalimantan Utara. Di pasar-pasar swalayan dan toko oleh-oleh pun sudah ada produk Kopi Ndorog,” terang dia.

Baca Juga: Keren Nih Wonogiri Miliki Rumah Edukasi Kopi, Lokasinya di Sini

Pemasaran Kopi Ndorog ke luar Jawa masih terkendala ongkos kirim (ongkir). Ongkir ke luar Jawa sering kali lebih mahal dari pada harga satu kilogram Kopi Ndorog.

Pihaknya belum menemukan solusi untuk menangani masalah tersebut. Padahal, cukup banyak peminat Kopi Ndorog di luar Jawa.

Selain itu, Kopi Ndorog sering tidak dapat memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar.

“Misal kemarin ada tawaran ekspor bersama sebanyak tiga ton rosebean. Ya kami belum mampu. Sebenarnya stok ada. Tetapi kalau semua di kasih ke satu pintu saja, yang lain tidak kebagian. Antara permintaan dan penawaran belum seimbang. Jadi kami fokus dulu ke pembeli skala kecil,” ucapnya.

Untuk menangani kendala itu, para petani kopi di Semagar sudah mulai mengembangkan budi daya kopi.

Baca Juga: Ayo Dukung Wonogiri Masuk Kategori Kawasan Penghasil Kopi di Indonesia



Mereka mencoba menanam bibit secara mandiri. Sehingga dalam beberapa tahun ke depan produk Kopi Ndorog diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Saat ini Kopi Ndorog bisa memproduksi kopi sebanyak 6-7 ton per tahun. Omzet yang dihasilkan belum stabil, mulai dari Rp15 juta-Rp24 juta per bulan.

“Karena kopi ini ditanam di lereng Lawu selatan, selain pahit, Kopi Ndorog ada rasa fruity-nya. Itulah ciri khas produk kamu. Robusta rasanya tidak strong banget tapi ada rasa-rasa fruity-nya,” papar Sularti.

Kepala Dispertan Pangan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, menuturkan ada tiga kecamatan di Wonogiri yang menjadi pioner penghasil kopi di Wonogiri, yaitu Kecamatan Girimarto, Bulukerto, dan Tirtomoyo.

Kopi Wonogiri masih punya kesempatan untuk menembus pasar karena memiliki cita rasa masing-masing.

Baca Juga: Wow, Ada Ratusan Pohon Kopi Liberica Berusia Tua di Hutan Pinus Tirtomoyo Wonogiri

“Saya optimistis dengan kopi ini. Secara umum produk kopi Wonogiri sudah bagus. ada yang masuk grade A dan B. Nah itu bergantung bagaimana nanti cara pengolahannya. Teknik pascapanen akan kami kuatkan. Sebab pascapanen sangat menentukan rasa,” kata Baroto saat diwawancarai Solopos.com, Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya