Solopos.com, JAKARTA — Konflik Rusia dan Ukraina akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Lembaga kajian ekonomi dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksikan hal itu. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Rizal Taufikurahman, dalam Diskusi Publik secara daring di Jakarta, Rabu (2/3/2022), mengatakan itu.
Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024
Baca Juga : Rusia Gempur Kota Dekat Kiev dengan Rudal, Ukraina Tolak Berunding
Dasarnya perhitungan equivalen variation yang menunjukkan kesejahteraan rumah tangga, yang salah satunya dilihat dari sisi konsumsi. “Ternyata Indonesia akan kehilangan angka kesejahteraan masyarakat sebesar 72 juta dolar AS karena konflik ini. Berdasarkan hitungan kami menggunakan Global Trade Analysis Project (GTAP),” ucap Rizal seperti dilansir Antara, Rabu.
Meski demikian, dampak tersebut relatif kecil dibandingkan dengan perkiraan penurunan kesejahteraan masyarakat negara lain, seperti negara-negara di Oseania yang akan kehilangan 82 juta dolar AS, Amerika Serikat 7,69 miliar dolar AS, dan Tiongkok 3,02 miliar dolar AS.
Baca Juga : Putin Serukan Rusia Serang Ukraina, Tagar Perang Dunia Ketiga Trending
Namun, dampak paling berat jelas dirasakan kedua negara yang sedang berkonflik. Ia memperkirakan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat Rusia sebesar 3,01 miliar dolar AS dan Ukraina 6,06 miliar dolar AS.
“Secara agregat kue ekonomi Indonesia juga akan terganggu melalui turunnya konsumsi rumah tangga akibat dari kenaikan berbagai harga dari komoditas strategis,” ungkap dia.
Baca Juga : Perundingan Tanpa Kemajuan, Hubungan Rusia dan Ukraina Memanas
Di sisi lain, konsumsi pemerintah diperkirakan naik 0,1 persen untuk mengatasi dampak konflik kedua negara melalui berbagai kebijakan yang berpengaruh terhadap ekonomi. Ia mencontohkan intervensi kenaikan harga minyak goreng karena kenaikan harga minyak dunia.
Pengeluaran pemerintah juga akan meningkat untuk mengeluarkan kebijakan dalam mengatasi peningkatan harga komoditas lainnya yang dipengaruhi aktivitas ekspor dan impor dengan kedua negara tersebut. “Meski dampaknya memang tidak relatif besar, tapi tetap berpengaruh kepada Indonesia.”