SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, MADIUN — Keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan bagi penyandang disabilitas untuk berkembang dan berkompetisi di dunia digital yang bisa menjadi harapan sekaligus tantangan bagi mereka.

Salah satu penyandang disabilitas di Kota Madiun yang terjun di dunia digital adalah Fauzan Fadli Shani. Pemuda berusia 23 tahun itu mengalami Muscular Dystrophy atau distrofi otot sejak remaja. Kini Fauzan harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ditemui di rumahnya, Jl. Salak Raya No. 56, Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jumat (20/8/2021) siang, Fauzan terlihat sedang mengerjakan salah satu pekerjaan pembuatan web dari kliennya. Dengan duduk bersandar tembok dan kaki terjulur ke depan, Fauzan memelototi personal computer (PC) dengan dobel monitor miliknya.

“Saat ini masih mengerjakan web pesanan dari instansi pemerintahan di Kota Madiun. Sudah 50% ini,” kata Fauzan.

Baca juga: Perjuangan Tiwi, Potret Ibu Pekerja yang Sukses Berikan ASI Eksklusif saat Pandemi Covid-19

Pemuda berkacamata ini mengatakan dunia digital bisa menjadi masa depannya. Untuk itu, ia serius mendalami dan terus meningkatkan kemampuannya. Untuk menjadi seorang programmer dan wirausaha di bidang digital.

Menurut dia, dunia digital menjadi medium baru yang bebas dari diskriminasi penyandang disabilitas seperti dirinya. Orang menggunakan jasanya karena kualitas layanan yang diberikan. Klien bisa datang dari mana saja tanpa harus bertemu dirinya.

Dia pun tidak perlu sering keluar rumah untuk melakukan pertemuan dengan pengguna jasa. Terlebih dengan kondisi fisiknya yang memang sulit jika harus terus menerus keluar rumah.

Sarjana Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun (Unipma) itu menuturkan setiap hari dirinya berada di kamar berukuran 3 meter X 3 meter. Kamar yang menjadi tempat tidur sekaligus ruang bekerjanya. Di tempat itu, dia mengerjakan semua pekerjaan yang berhasil didapatkannya.

Baca juga: PTM Segera Dibuka, Jokowi: Jika Seluruh Pelajar Sudah Divaksinasi

Garapan Penyandang Disabilitas

Selain menggarap web pesanan dari instansi pemerintah, Fauzan saat ini juga menggarap desain grafis untuk akun media sosial tokoh politik di Kota Madiun. Selain juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain seperti multimedia pembelajaran, video disclaimer, video profile, social media post, dan lainnya.

Fauzan juga menawarkan kemampuannya itu di berbagai platform. Selain itu, dia juga menjadi penulis lepas di salah satu website bertema teknologi.

Dia menceritakan dirinya mengalami distrofi otot sejak masih kecil. Namun saat usia sekolah dasar, dia masih bisa berkativitas seperti anak pada umumnya. Kondisi itu semakin memburuk dari tahun ke tahun. Hingga akhirnya pada saat sekolah di MAN 1 Kota Madiun, dia sudah membawa kursi roda untuk menunjang aktivitasnya.

Baca juga: Pesilat Hentikan Pengguna Jalan di Madiun, Ada Apa?

Meski dalam kondisi yang sulit, dia pun memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah di Unipma pada tahun 2016. Selama kuliah, dia selalu didukung orang tua dan teman-temannya.

“Kalau berangkat sekolah sampai kuliah ya diantar sama orang tua. Di kelas ya pakai kursi roda. Saya lulus dari Unipma pada September 2020 lalu,” ujar anak pertama dari pasangan Edi Paujiyani dan Rina Nurul Makrufah itu.

Hasil dari berkreasi di dunia digital tersebut pun bisa menjadi sumber penghidupannya. Selain itu jug untuk membeli berbagai perangkat penunjang kerjanya berupa perangkat komputer senilai Rp17 juta.

Baca juga: Upgrade Berhasil, 9 Pesawat F-16 Fighting Falcon Lanud Iswahjudi Magetan Siap Tempur

Layanan Internet Penyandang Disabilitas

Kemudahan dan kecepatan layanan internet juga memudahkan penyandang disabilitas lain untuk mengembangkan usahanya. Herlin Susilowati mengalami kelumpuhan sejak kecil karena virus polio. Saat ini, aktivitas hariannya dibantu dengan kursi roda. Herlin merupakan seorang pengrajin wayang kulit dan wayang mini.

Wayang kulit dan wayang mini bikinannya sudah banyak dijual ke luar daerah bahkan juga pernah dijual ke luar negeri. Dia memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan hasil karyanya. Sehingga banyak orang dari luar daerah yang tertarik untuk membeli kreasinya.

Warga Jl. Imam Bonjol gang Jati Jajar No. 2, Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, itu mengaku tidak mau berpangku tangan dengan kondisi fisiknya. Dia mengaku tertantang untuk berbuat yang lebih baik dan lebih produktif.

Baca juga: Asyik, Lahir Agustus Warga Probolinggo Gratis Perpanjangan SIM

Saat ini, Herlin sedang membangun kelompok digital dengan memanfaatkan aplikasi perpesanan WhatsApp. Kelompok usaha bersama itu diberi nama Tangan Kreatif. Anggota dari kelompok ini perajin hingga reseller produk.

“Saya yang menginisiasi grup itu. Ya tujuannya untuk saling berbagi. Masing-masing anggota bisa mengeshare produk kreasinya di grup. Kemudian anggota yang lain bisa ikut menjualkan. Dengan demikian, produk kreasi hasil dari teman-teman bisa lebih luas pemasarannya,” terang dia saat dihubungi, Sabtu (21/8/2021).



Sebagai penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan untuk bergerak, Herlin mengaku media penjualan di internet menjadi solusi. Sebelum pandemi, omzet penjualannya mencapai Rp3 juta per bulan. Tetapi saat pandemi, omzet penjualannya menurun hingga hanya Rp1,5 juta per bulan.

Dunia internet bagi Fauzan dan Herlin menjadi ruang berkreasi sekaligus ruang masa depan penyandang disabilitas. Melalui ruang digital, mereka tidak perlu terlalu banyak bergerak, tetapi memiliki sumber penghasilan sendiri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya