SOLOPOS.COM - Candi Borobudur. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, menjadi perhatian setelah pemerintah berencana mematok tiket naik candi senilai Rp750.000. Candi Borobudur punya kisah panjang hingga sekarang menjadi magnet pariwisata di Jawa Tengah dan DIY.

Candi Borobudur didirikan secara bertahap oleh tenaga kerja sukarela yang bergotong royong demi kebaktian ajaran agama pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra antara tahun 750 – 842 Masehi. Candi ini menjadi bukti sejarah perkembangan agama Buddha di Indonesia.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Meski sudah lama berdiri, namun baru pada abad XIX candi ini digali dan dikaji secara serius. Sampai abad pertengahan abad XIX kepedulian terhadap Candi Borobudur umumnya hanya terbatas berasal dari kalangan amatir.

Sebagaimana dikutip dari laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kemendikbudristek, Senin (6/6/2022), penyelidikan dan penggalian candi yang sempat tertutup pohon dan semak belukar ini secara serius dilakukan pada 1814.

Kisah masa lalu Candi Borobudur mulai terkuak saat Sir Thomas Stanford Raffles, Letnan Gubernur Inggris, memerintahkan pembersihan kembali Candi Borobudur yang saat itu tertutup oleh tanah, semak belukar, dan pepohonan. Kemudian pada 1849 Pemerintah Hindia Belanda menugaskan Wilsen untuk menggambar arsitektur dan relief candi ini secara akurat.

Baca Juga: Bukit Dagi, Surga di Balik Megahnya Candi Borobudur

Bersamaan dengan itu, Brumund juga ditunjuk untuk menulis narasi tentang Candi Borobudur. Brumund mengira tulisannya akan diterbitkan bersama gambar Wilsen sebagai monografi. Ternyata, gambar karya Wilsen diterbitkan sendiri dengan catatan dari pelukis itu, sehingga Brumund mengundurkan diri.

Beberapa tahun kemudian, bahan lukisan Wilsen dan tulisan Brumund disusun kembali oleh C. Leemans menjadi monografi pertama tentang Candi Borobudur. Sejak itu, candi ini mendapat perhatian lebih luas di tengah masyarakat, baik sebagai monumen Buddha maupun karya arsitektur yang artistik.

Lebih dari dua dasawarsa candi ini tidak terawat. Vegetasi tumbuh dengan amat cepat dan hujan lebat selama bertahun-tahun telah melonggarkan ikatan antar batu dan tanah yang ada di balik dinding candi menggelembung.

Meski sudah ditemukan dan diteliti berkali-kali, namun pemerintah Hinda Belanda kala itu belum mengambil langkah serius dalam menangani candi itu.

Kisah Candi Borobudur menemui titik balik saat I.W Ijzerman, ketua masyarakat arkeologi di Yogyakarta menemukan kaki candi yang tersembunyi pada 1885.

Kaki candi paling bawah ini memuat serangkaian relief yang dikenali sebagai Karmawibhangga yaitu contoh-contoh hukum karma.

Baca Juga: Pengunjung Candi Borobudur Jadi Masalah, Begini Kajian Perilaku Mereka

Pada tahun 1890-1891, Ijzerman yang dibantu Kasijan Chepas (fotografer pribumi pertama di Indonesia) merekam relief Karmawibhangga dalam foto. Setelah selesai didokumentasikan kaki candi tersebut ditutup kembali dengan batu-batu asli.

Penemuan Ijzerman ini membuat pemerintah Hindia Belanda lebih serius menjaga Candi Borobudur. Untuk itu dibentuk Komisi Tiga pada tahun 1900 yang terdiri atas J.L.A. Brandes, seorang sejarawan seni yang ternama sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Th. Van Erp seorang insinyur perwira militer dan Van de Kamer, insinyur konstruksi dari Departemen Pekerjaan Umum.

Van de Kamer mengusulkan agar Candi Borobudur dilindungi dari hujan dan sinar matahari dengan membuat payung besar di atasnya dengan didukung oleh 40 pilar besi dan penutup lembaran besi. Usulan ini pun ditolak.

Kemudian pada 1905, pemerintah Hindia Belanda sepakat untuk memberikan 48.000 gulden untuk memugar Candi Borobudur. Masalah teknis pemugaran diserahkan sepenuhnya kepada Van Erp.

“Pemugaran dilakukan mulai tahun 1907 hingga 1911. Pekerjaan Van Erp terutama dipusatkan di teras-teras berbentuk lingkaran yang melesak, pemulihan pagar langkan, dinding teras paling bawah, tangga, relung, dan stupa.”

Pada tahun 1914 penelitian yang lebih menyeluruh mengenai Candi Borobudur dan situs lain yang terdapat di kawasan sekitarnya baru dilakukan dan dilaporkan dalam buku Rapporten van den Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie (ROD).

Baca Juga: Candi Borobudur di Antara Kepentingan Ekonomi dan Konservasi

Dalam laporan itu disebutkan terdapat beberapa candi Hindu dan Buddha di sekitar Candi Borobudur. Adapun situs yang bercirikan agama Buddha termasuk Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon serta arca-arca dewa Buddha baik yang terbuat dari batu maupun perunggu.

Tinggalan arkeologis yang bercorak Hindu antara lain adalah arca-arca dewa Hindu misalnya Durga-mahisasuramardini, Agastya, Ganesha, dan Siwa. Keberadaan bukti tinggalan arkeologi dengan corak Hindu juga terdapat di Museum Borobudur berupa temuan arca lepas dan komponen bangunan candi Hindu.

Saat itu, kisah kerusakan Candi Borobudur mulai terkuak. Pada 1929, pemerintah Hindia Belanda membentuk lagi komisi untuk mengidentifikasi sebab-sebab kerusakan Candi Borobudur.

Kerusakan yang diidentifikasikan, yaitu korosi (kualitas material bangunan asli candi), perembesan air (air yang terkumpul di bagian tengah bangunan), pertumbuhan jamur, pengaruh lapisan oker ketika pemotretan sebelumnya, pelapukan alam, kekuatan mekanik, dan tekanan.



Perembesan air dapat dikurangi dengan pembuatan lapisan kedap air namun harus dikerjakan dalam skala besar. Kerusakan mekanis disebabkan karena pengunjung dan kebanyakan kasus disebabkan oleh kedatangan pengunjung dalam jumlah besar.

Baca Juga: Bangunan Candi Borobudur Alami Penurunan, Jadi Alasan Tiket Rp750.000

Pekerjaan komisi tersebut diterima oleh pemerintah Hindia Belanda, namun kondisi krisis ekonomi global pada tahun 1930-an, menyebabkan kajian tersebut tidak dapat ditindaklanjuti hingga akhirnya meletus Perang Dunia II.

Setelah awal kemerdekaan, tidak banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah baru. Namun, di tengah-tengah gejolak revolusi fisik tahun 1948, pemerintah RI telah mengundang dua orang ahli purbakala dari India untuk menelaah masalah kerusakan yang dialami candi ini.

UNESCO Turun Tangan

Candi Borobudur menjadi perhatian saat pemerintah Indonesia mengajukan permintaan kepada UNESCO agar lembaga tersebut membantu menangani masalah Candi Borobudur pada 1955.

Tenaga ahli didatangkan UNESCO yaitu Prof. Dr, P. Coremans, Kepala Laboratoire Central des Musees de Belgique. Kisah kerusakan Candi Borobudur pun terendus Coremans yang kemudian mendiagnosis bahwa Candi Borobudur menderita penyakit “kanker batu”. “Yang jika dibiarkan akan menghancurkan batu-batunya secara perlahan tetapi pasti,” tulis artikel tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah Belgia menyediakan beasiswa bagi tenaga kerja Indonesia untuk belajar arkeologi kimia selama dua tahun.

Pada 1960, Borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat dan UNESCO dilibatkan lebih aktif dalam upaya pelestarian ini. Pada tahun 1971 dilakukan upaya penyelamatan Candi Borobudur secara besar-besaran.

Kemudian tanggal 23 Februari 1983, Candi Borobudur dinyatakan selesai dipugar dan peresmian pembukaan candi ini untuk dikunjungi masyarakat luas dilakukan oleh Presiden Soeharto.

Baca Juga: Update Tiket Masuk Candi Borobudur, Jokowi akan Putuskan Pekan Depan

Selain berhasil dipugar, berdasarkan perencanaan yang disusun oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) kawasan di sekitar Candi Borobudur dibagi menjadi 5 zona pelestarian.

Pada tahun 1991 Candi Borobudur bersama-sama dengan Candi Pawon dan Candi Mendut ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia yang diberi nama Borobudur Temple Compounds.

Pada tahun 2008 kawasan Candi Borobudur dinyatakan sebagai Kawasan Strategis Nasional serta diikuti dengan peninjauan dan penataan kembali zonasi kawasan tersebut, sehingga seperti sekarang.

Kini pemerintah berencana membatasi jumlah pengunjung yang naik ke bangunan Candi Borobudur yaitu 1.200 orang per hari. Selain itu, tiket untuk naik candi dipatok Rp750.000, sedangkan tiket masuk tetap Rp50.000. Langkah ini sebagai upaya mencegah kerusakan yang lebih parah dari sakit “kanker batu” seperti yang sudah disebutkan Coremans pada 1955.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya