SOLOPOS.COM - Salah satu buruh pabrik di Boyolali, Dimas Pratama, 24, saat bekerja paruh waktu menjadi pramusaji katering di area Boyolali, Minggu (4/12/2022). Ia menjadi pegawai paruh waktu pramusaji sepekan sekali untuk menambah penghasilan. (Istimewa)

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI – Banyak cara dilakukan karyawan dengan gaji setara upah minimum kabupaten (UMK) di Boyolali untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup. Ada yang mencari penghasilan tambahan dengan pekerjaan sampingan, berjualan hingga berutang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Agung Pramana, 50, salah satu pekerja pabrik di Banyudono, Boyolali, mengatakan ia dan istrinya sama-sama bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji masing-masing setara UMK di Boyolali pada 2022 yakni Rp2.010.299. Kendati begitu, gaji yang dikumpulkan tiap bulan oleh pasangan suami istri itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dia masih butuh uang tambahan untuk membiayai pendidikan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. “Sebenarnya gaji UMK enggak cukup, hanya saja tetap dicukup-cukupkan, utang sana-sini tapi dibuat senang saja,” jelasnya kepada Solopos.com, Senin (5/12/2022).

Lebih lanjut, ia mengatakan gaji UMK sebenarnya juga belum cukup mengingat hasil survei kebutuhan hidup layak (KHL) sebesar Rp3.087.0000. Terlebih, seusai harga bahan bakar minyak (BBM) naik pengeluarannya juga ikut naik mulai dari bensin, uang saku anak, dan sebagainya.

Akan tetapi, ia tak menyerah dengan keadaan. Agung tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berjualan sebuah produk air herbal yang menurutnya hasilnya lumayan. Lebih lanjut, pria asal Batan, Banyudono tersebut juga mengapresiasi perusahaannya yang telah memberikan fasilitas BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Ia juga mengaku setiap tahunnya mendapatkan jatah cuti 12 kali dan tunjangan hari raya (THR).

Baca Juga: KSPN Kukuh Usulkan Penetapan UMK Boyolali 2023 Gunakan Nilai Alfa 0,3

“Saya sudah bekerja di pabrik sejak 1994. Untuk jam kerja sepekan masuk Senin – Sabtu, pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB, tapi untuk Sabtu hanya setengah hari sekitar jam 13.00 WIB. Ada juga karyawan lain yang bekerja Senin – Jumat, tapi pulangnya pukul 17.00 WIB,” jelasnya.

Selanjutnya, Agung menanggapi usulan UMK Boyolali yang tambah sekitar Rp145.000. Menurutnya, jumlah tersebut sebenarnya masih kurang dan ia tetap menghendaki kenaikan sebesar KHL. Namun, ia tetap menerima berapapun nanti hasilnya.

Agung berharap pemerintah lebih memedulikan nasib buruh dan membuat kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan buruh. “Termasuk juga semoga mempermudah ekspor dan impor agar pangsa pasar penjualan barang kembali normal. Kalau normal, kesejahteraan buruh bisa terangkat. Seperti tahun kemarin, kami dapat bonus dari perusahaan karena penjualan bagus. Semoga tahun ini dapat,” jelasnya.

Baca Juga: UMK Diusulkan Tambah Rp145.000, Serikat Pekerja Boyolali: Jauh dari Hidup Layak

Sementara itu, salah satu buruh pabrik asal Ampel, Boyolali, Dimas Pratama, 24, mengaku gaji UMK sebenarnya juga masih kurang untuk pria lajang sepertinya. Untuk menambal kekurangan, Dimas mengaku bekerja paruh waktu sebagai pramusaji katering setiap sepekan sekali. Dari bekerja paruh waktu, ia mengaku mendapatkan uang sekitar Rp200.000 – Rp300.000 per bulan.

Lelaki yang bekerja di salah satu pabrik di Sambi tersebut mengaku setiap harinya berangkat dari rumah pukul 6.40 kemudian kembali sekitar pukul 16.30 WIB. “Gaji saya UMK, Rp2 juta tambah sedikit. Untuk kebutuhan sehari-hari cukup enggak cukuplah, tinggal mengatur keuangan saja,” jelasnya.

Dari gaji tersebut, ia mengaku membagi kebutuhannya untuk orang tua, belanja bulanan, kuota, menabung untuk menikah, dan bersenang-senang. Walaupun bergaji UMK, Dimas mengaku tak mau berutang karena terlalu banyak risiko jika gagal membayar.

Baca Juga: Terus Bertambah, Berikut Daftar 21 Perusahaan yang PHK Karyawan

Terlebih, lanjut dia, keadaan ekonomi kurang bagus untuk mengambil utang. “Dari PT sendiri selain gaji ada juga fasilitas BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, ada klinik juga, fasilitasnya bagus untuk itu,” jelasnya.

Menanggapi UMK yang diusulkan bertambah Rp145.000, Dimas mengaku jika benar terealisasi maka dia bisa menerima. Namun, jika memang memungkinkan untuk naik, diharapkan meningkat jadi Rp2,5 juta.

Jumlah tersebut pun menurutnya juga belum cukup akan tetapi cukup membantu mengkaver pengeluaran BBM per bulannya yang naik akibat kenaikan harga. “Misal pun naik Rp2,5 juta pun saya juga akan tetap cari kerja sampingan karena harus tetap ada penghasilan lain,” jelasnya.

Baca Juga: Akhirnya, Gibran Teken UMK Solo 2023 Senilai Rp2.174.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya