Solopos.com , SRAGEN — Program percepatan belajar atau akselerasi dicanangkan pemerintah sejak 2000 dengan tujuan mewadahi siswa dengan kemampuan cerdas istimewa (CI) dan bakat istimewa (BI). Setelah menuai pro dan kontra, program akselerasi akhirnya dihentikan sejak tahun ajaran baru 2015-2016, tepatnya setelah dua tahun Kurikulum 2013 diterapkan.
Seorang perempuan asal Sragen bernama Nitya Ade Santi, belakangan menjadi perbincangan. Prestasinya meraih gelar doktor di usia yang terbilang masih sangat muda, yakni 25 tahun, menjadi alasan di baliknya.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.