SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Penampilan ciamik para pemain tim nasional sepak bola Indonesia di bawah asuhan Shin Tae Yong (STY) saat ini menurut saya tak lepas dari pengaruh Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir.

Erick memimpin PSSI adalah  pengejawantahan konsep the right man on the right place. Jauh sebelum Erick menjabat Ketua Umum PSSI periode 2023-2027, ia pernah menjabat Presiden Inter Milan pada November 2013 hingga 2018.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Inter Milan adalah klub papan atas di Liga Italia. Erick juga pernah memiliki klub DC United (klub sepak bola di Amerika Serikat) dan pernah memiiliki klub bola basket NBA Philadelphia 76ers.

Keputusan Erick membeli klub sekelas Inter Milan adalah bukti “kegilaan” terhadap sepak bola. Ini menjadi modal awal menduduki jabatan Ketua Umum PSSI. Orang yang memimpin PSSI harus benar-benar “gila bola”.

Tanpa memiliki rasa cinta terhadap sepak bola, mustahil memajukan sepak bola Indonesia. Berdasarkan data peringkat FIFA pada 21 Desember 2023, tim nasional Indonesia berada di posisi ke-146 dunia.

Memasuki awal April 2024, posisi tim nasional Indonesia melesat ke peringkat ke-134 dunia. Prestasi ini layak diapresiasi. Tak mudah meraih prestasi itu. Kabar gembira lagi, peringkat tim nasional Indonesia berpeluang merangkak naik setelah melihat potensi anak asuh STY yang mengandalkan pemain naturalisasi.

Sebagai penggila sepak bola, Erick seolah-olah mengetahui harus berbuat apa agar peringkat tim nasional Indonesia terus membaik. Pada awal kepemimpinan di PSSI, Erick pernah menyampaikan penting memiliki peta jalan 100 tahun membangun sepak bola Indonesia.

Erick mulai bekerja dengan perencanaan yang matang dan mematok target yang masuk akal. Ia memiliki roadmap yang jelas. Tak malu untuk meniru cara Jepang memajukan sepak bola. Tak salah meniru hal yang baik.

Target jangka pendek Erick adalah membawa tim nasional Indonesia menempati peringkat ke-100 dunia. Guna mewujudkan itu, Erick menjadi tokoh penting dalam memperkuat tim nasional Indonesia melalui proyek naturalisasi.

Proyek ini tak gampang. Jika bukan dilakukan orang yang tepat, bisa-bisa proyek naturalisasi sia-sia. Berbekal jaringan dan wawasan, proyek naturalisasi menghadirkan  pemain berkelas. Tak mudah merayu pemain sekelas Jay Idzes, Tom Haye, Ragnar Oratmangoen, dan lainnya.

Kedekatan Erick dengan Presiden FIFA Gianni Infantino berdampak positif bagi kemajuan sepak bola negeri ini. Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 pada 2023. Di bawah Erick, tim nasional Indonesia pernah menjajal kekuatan tim terbaik dunia Argentina.

Ini menjadi pengalaman berharga bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Experience is the best teacher. Pertandingan tim nasional Indonesia versus tim nasional Argentina pada FIFA Matchday Juni 2023 semakin meneguhkan kepemimpinan Erick Thohir di PSSI.

Ini juga akan menjadikan STY sebagai pelatih dunia akan selalu menghormati ketokohan Erick Thohir. Bisa jadi STY tak pernah membayangkan tim nasional Indonesia akan meladeni perlawanan tim nasional Argentina.

Kini perjalanan tim nasional senior masih on the track. Sebagai pencinta sepak bola, saya sangat berharap tim nasional senior suatu ketika bisa tampil di Piala Dunia. Melihat tim nasional senior berlaga di ajang Piala Dunia tentu menjadi harapan semua anak bangsa ini, terlebih bagi para pemain, pelatih, ofisial, dan PSSI.

Sepak bola telah menjadi cabang olahraga populer di seluruh penjuru dunia. Saking bergengsinya sepak bola, ada adagium yang menyebut setiap kontingen yang meraih juara umum di ajang multievent kurang lengkap jika tak meraih medali emas di sepak bola.

Hal itu berlaku di pekan olahraga pelajar daerah (popda), pekan olahraga provinsi (porprov), PON, SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade. Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda pernah berlaga di Piala Dunia di Prancis, yaitu pada 1938.

Meski hanya berlaga sekali, perjuangan di pentas dunia itu tercatat dalam sejarah Piala Dunia. Setelah itu tim nasional senior belum pernah lagi tampil di Piala Dunia. Yang perlu dilakukan Erick selanjutnya adalah menjamin tim nasional senior bermain di ajang Piala Dunia.

Ini bukanlah impian yang muluk-muluk. Melihat filosofi permainan bola dari kaki ke kaki yang ditampilkan anak asuh STY, tentu tak berlebihan berharap penampilan tim nasional Indonesia di Piala Dunia hanya persoalan waktu.

Proses regenerasi tim nasional Indonesia saat ini sudah benar. Sudahi mempersoalkan pemain naturalisasi dan pemain lokal. Sepanjang pemain memiliki keinginan membela tim nasional secara sungguh-sungguh, terlebih dapat membuahkan prestasi gemilang, tentu sebagian besar suporter di negeri ini akan memberikan dukungan penuh.

Ini juga menjadi bagian globalisasi sehingga sistem pemilihan pemain menjadi lebih kompetitif. Siapa pun itu, mau pemain naturalisasi atau lokal, jika memang dipandang layak, tentu berhak membela tim nasional Indonesia.

Proses pemilihan pemain dilakukan secara profesional dan dijauhkan dari budaya titip-menitip. Di antara pemain naturalisasi berpeluang menerapkan ilmu “gethok tular” tentang keseriusan Indonesia membangun tim nasional.

Hal itu membuat pemain keturunan yang berkualitas tak ragu-ragu bergabung karena tim nasional Indonesia memiliki daya tarik tersendiri. Dalam memilih pemain, pelatih pasti melakukan sistem promosi dan degradasi.

Pemain naturalisasi dan lokal yang tak bagus pasti akan diganti yang lain. Pemain yang layak menggunakan jersey tim nasional adalah yang berkualitas dan paling siap bermain secara tim alias bukan individual.

Pemain yang dicari adalah yang bisa mendukung build up dari kaki ke kaki karena itulah sepak bola modern. Salah satu cara membikin suporter selalu jatuh hati kepada tim nasionalk Indonesia dengan meraih prestasi di kancah internasional.



Bisa dibayangkan ketika tim nasional sepak bola kita tampil di Piala Dunia. Mata dunia tak hanya menyorot permainan, tapi juga aksi kreativitas pemain ke-12 di pinggir lapangan.

Percayalah, jika Indonesia konsisten membangun sepak bola sebagaimana yang dilakukan PSSI yang dipimpin Erick Thohir, tim nasional Indonesia akan terbang tinggi meraih prestasi.

Sekiranya masa kepemimpinan Erick Thohir di PSSI sudah berakhir, saya menganggap sampai saat ini ia masih sangat layak menjabat Ketua Umum PSSI. Ia adalah seorang tokoh penting di balik kebangkitan tim nasional Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 16 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya