SOLOPOS.COM - KARIKATUR -- Dwi Januwanto menunjukkan karikatur buatannya yang berisi ungkapan kekecewaannya atas sejumlah tokoh politik, Kamis (8/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

KARIKATUR -- Dwi Januwanto menunjukkan karikatur buatannya yang berisi ungkapan kekecewaannya atas sejumlah tokoh politik, Kamis (8/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

(Solopos.com) – Sudah siap diberangkatkan ke tempat kerja di Singapura, seorang TKI perempuan asal Sragen justru mengidap penyakit di mata yang membutuhkan operasi. Kesulitan ekonomi membuat keluarganya kesulitan mencari biaya sehingga dirinya pun tertunda berangkat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di tengah upayanya mengumpulkan uang, sang suami, warga Kampung Teguhan, Sragen Wetan, Sragen, Dwi Januwanto, 28, menyiapkan beberapa lembar lukisan karikatur buatannya saat menggalang bantuan dana untuk biaya operasi mata sebelah kiri istrinya, Murni Utami, 28. Kartun itu berisi kekecewaannya terhadap sejumlah tokoh politik yang dulu didukungnya sebagai kader saat Pilkada. Kepada wartawan yang menjumpainya, Kamis (8/12/2011), dia mulai bercerita panjang lebar tentang nasib istrinya di penampungan.

“Sekitar satu bulan lalu, istri saya berangkat menjadi PRT (pembantu rumah tangga-red) melalui sebuah perusahaan penempatan TKI di Semarang. Semua persyaratan sudah siap. Sebelum berangkat istri saya menghuni tempat penampungan bersama calon tenaga kerja wanita (TKW) lainnya di Semarang. Nah, saat itu tiba-tiba ditemukan benjolan kecil di bawah mata sebelah kiri istri saya,” ujar Dwi.

Setelah diperiksa di Rumah Sakit dr Karyadi Semarang, kata dia, dokter menyebut penyakit itu dengan istilah kista. Akibat penyakit itu, Murni pun tertunda berangkat ke Singapura lantaran harus menjalani operasi penyakitnya di RS. “Saat itu saya bingung karena dokter mengatakan biaya operasi itu menghabiskan uang sekitar Rp 5 juta. Bagi kami, uang segitu besar jumlahnya harus mencari kemana. Saya berusaha meminta bantuan sejumlah tokoh berpengaruh di Sragen seadanya. Sebagai kader politik militan pada pelaksanaan Pilkada 2010, saya berharap mudah mencari bantuan. Ternyata semua jerih payah saya di luar dugaan,” tandasnya.

Dwi mengaku kecewa dengan figur yang diusungnya karena bantuan yang diberikan tidak sesuai harapannya untuk menolong istrinya. Hingga akhirnya, Dwi mendapatkan bantuan dari orang-orang yang tidak terduga. “Syukurlah operasi mata istri saya berhasil dan menghabiskan uang Rp 4,5 juta. Namun karena kesulitan mencari bantuan, istri saya tertunda lebih dari satu bulan untuk bekerja di Singapura. Visanya pun sampai keluar dua kali, tetap belum bisa berangkat. Pekan depan, dia masih harus kontrol ke rumah sakit. Saat ini istri saya masih di penampungan TKI Semarang untuk proses pemberangkatan,” ujar Dwi.

Salah satu momentum dalam penggalangan dana itu diabadikan Dwi dalam bentuk karikatur. Karikatur yang mencantumkan sosok pemuda dan tokoh berpengaruh di Sragen digambarkan secara jelas dan dilengkapi dengan dialog. “Karikatur ini sebagai wujud kekecewaan saya atas figur yang selama ini saya banggakan. Saya berharap semoga yang bersangkutan bisa instropeksi diri,” pungkasnya.

Tri Rahayu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya