SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI — Penyebab keracunan makanan 215 warga Dukuh/Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, hingga saat ini masih samar. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Boyolali belum mau gegabah mengungkapkan penyebab dugaan sementara penyebab keracunan makanan dan memilih menunggu hasil penelitian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang.

Sebelumnya, sebanyak 215 warga Dukuh/Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, mengalami gejala keracunan makanan seperti mual, muntah, pusing dan diare seusai menyantap hidangan di pesta hajatan ngunduh mantu pasangan Sukimin-Mulyani, Minggu (24/2/2013) lalu. Sembilan warga menjalani rawat inap di sejumlah rumah sakit. Sedangkan sisanya menjalani rawat jalan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Puskesmas Ngemplak, Ony Handoko, ketika ditemui Solopos.com, Senin (4/3/2013), mengatakan saat ini kondisi keracunan sejumlah warganya sudah pulih. Sedangkan pasien yang dirawat inap sudah diperbolehkan pulang.

Ihwal, penyebab keracunan makanan yang selama ini diungkapkan ke publik berasal dari hidangan penutup es buah yang dikonsumsi tamu undangan, Ony hingga kini juga belum mengetahui hasilnya.

“Kami belum tahu penyebabnya. Karena penyelidikan langsung kami limpahkan ke DKK Boyolali dan BPOM Semarang,” terangnya.

Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Achmad Muzayin, ketika ditemui Solopos.com di kantornya, memaparkan dari penyelidikan sementara DKK Boyolali ditemukan banyak bakteri pada es buah yang disajikan di pesta hajatan warga Desa Sobokerto.

Es buah yang disajikan di pesta hajatan tersebut terdiri dari potongan buah nanas, agar-agar, kolang-kaling dan disiram dengan sirup buatan dari resep yang dijual di pasar tradisional. Seluruh hidangan dibuat secara gotong-royong oleh warga sekitar.

Ketika pihaknya bersama dengan BPOM Semarang meneliti bahan baku pembuatan sirup es buah, lanjut Muzayin, ditemukan kejanggalan bahan baku pada resep sirup warna merah tersebut.

“Pewarnanya disinyalir menggunakan pewarna tekstil karena warnanya tidak lekas hilang saat dibasuh air. Padahal itu resep yang sudah terdaftar di BPOM. Diduga bahan resep palsu,” ungkapnya.

Meskipun sudah mengantongi sejumlah bukti hasil penelitian, Muzayin mengatakan pihaknya enggan gegabah mengungkapkan penyebab keracunan makanan ke publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya