SOLOPOS.COM - Ilustrasi flu. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, sulit untuk membedakan antara batuk dan pilek karena alergi dengan gejala Covid-19. Namun, terdapat cara untuk menggolongkan jenis batuk dan pilek.

Menurut Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof Budi Setiabudiawan, pilek karena infeksi dan pilek karena alergi berbeda.

Promosi Wow! 99% Total Transaksi BRI Dilakukan Secara Digital

“Kalau di saluran napas bisa batuk, pilek karena alergi atau infeksi? Untuk membedakannya perhatikan ada tidak demam,” dalam virtual gathering Bicara Gizi Allergy Prevention dari Danone SN seperti dikabarkan Kantor Berita Antara, Kamis (25/6/2020).

Dapat pula dilihat dari kapan mengalami batuk dan pilek. Apakah terjadi sepanjang hari atau hanya setiap malam. Perlu juga memperhatikan tekstur dan warna dahak atau ingus.

Gunung Merapi Menggembung, TNI Siapkan Personel Antisipasi Bencana

Jika mengalami demam, kemudian batuk pilek muncul di pagi dan malam hari dengan dahak atau ingus kental berwarna, kemungkinan mengalami infeksi.
“Kalau alergi biasanya tidak disertai demam. Kejadian batuk pileknya terutama pada malam hari dan biasanya dahak atau ingusnya bening, tidak berwarna,” terang Budi.

Budi mengatakan pentingnya deteksi dini alergi terutama pada anak supaya segera mendapat penanganan, agar tidak menganggu tumbuh kembangnya. Selain itu, gejala Covid-19 juga harus dikenali agar bisa membedakannya dengan alergi.

Alergi merupakan suatu respons sistem imun yang tidak normal untuk mengenali bahan-bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh.

“Deteksi dini dan nutrisi tepat mencegah alergi anak. Kalau tidak bisa dicegah bisa menjadi komorbid pada anak yang menempatkannya rentan terkena Covid-19,” jelas Budi.

Jumlah Pengidap Alergi

WHO menyebutkan tingkat penduduk dunia yang mengalami alergen mencapai 30% hingga 40%. Kemudian. hingga 550 juta orang mengalami alergi makanan, salah satunya alergi terhadap susu sapi. Sekitar 7,5% anak Indonesia mengalami alergi susu sapi.

25 Nakes RSUD Moewardi Solo Diduga Tertular Covid-19 Saat Pesta Wisuda, Begini Tanggapan UNS

Alergi dapat diturunkan atau merupakan bakat dari salah satu atau kedua orang tuanya. Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka kemungkinan anak terkena alergi 40% hingga 60%. Risiko bertambah 60% hingga 80% jika kedua orang tua memiliki manifestasi sama.

Namun, jika hanya salah satu yang memiliki alergi, risiko anak terkena alergi hanya sekitar 20% hingga 40%. Jika kedua orang tua tidak memiliki alergi, anak masih memiliki kemungkinan 5% sampai 15% mengalami alergi.

“Apabila dikenali dini, ditangani dini akan optimal tata laksana, sehingga tidak berlanjut ke penyakit seperti eksim, asma, rhinitis alergi. Kalau terlambat diagnosa, akan muncul dampak-dampak disebabkan penyakit alergi, dari sisi kesehatan misalnya menungkatkan resiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, dan sakit jantung,” papar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya