SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar, Juliyatmono. (Instagram/@juliyatmono.1)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kebijakan Bupati Karanganyar, Juliyatmono, untuk tidak mengadakan acara yang mengundang keramaian dan memutuskan untuk menutup Alun-alun Karanganyar mendapatkan respons beragam dari masyarakat. Pro kontra terjadi di kalangan masyarakat menanggapi kebijakan tersebut.

Tim Gabungan Tertibkan Pedagang Oprokan di Pinggir Jl. Kopral Sayom Klaten

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satunya diungkapkan oleh warga Karanganyar, Nuryana, 23, yang setuju dengan kebijakan Bupati terkait pengkondisian malam pergantian tahun di Karanganyar. Pasalnya, dia menilai momen saat ini bukan waktunya masyarakat untuk bersenang-senang lantaran kasus Covid-19 yang masih tinggi. Dia pun mengaku saat ini lebih memilih di rumah tanpa merayakan malam pergantian tahun 2021.

“Kalau saya setuju saja. Toh saat ini lagi Covid-19. Karanganyar kan termasuk tinggi angkanya. Tidak seharusnya berkerumun dan merayakan. Intinya saling menjaga lah. Biar Covid-19 bisa segera usai wabahnya. Kalau sudah aman kan nanti bisa merayakan lagi. Tidak perlu terlalu mengejar keinginan sesaat,” beber dia kepada Solopos.com Jumat (18/12/2020).

Warga Selokaton, Muhammad Abdul Aziz, 20, mengatakan kebijakan Bupati terkait pembatasan saat malam tahun baru memiliki dua efek. Salah satunya kebijakan tersebut dianggap bagus karena dapat membantu mengontrol potensi persebaran virus corona. Sedangkan, sisi buruknya menurutnya kondisi saat ini banyak masyarakat yang ingin merefreshing pikiran karena penat dengan kondisi pembatasan aktivitas.

Pelintasan KA Siboto Sragen Tak Bisa Dibuka, Bakal Dibangun Underpass?

“Jadi bisa juga tidak perlu menutup tapi pengetatan pengawasan. Kalau ada kerumunan langsung di urai. Tapi kembali lagi masyarakat hanya bisa mematuhi kebijakan,” terang dia.

Pedagang Kecewa

Terpisah, Salah satu pedagang di Alun-alun Karanganyar, Fery Ayu Suryaningrum, 22, mengatakan para pedagang kecewa dengan kebijakan Bupati menutup Alun-alun saat momen pergantian baru. Pasalnya, momen tersebut digunakan oleh pedagang untuk mendapatkan penghasilan lebih dibandingkan hari biasa. Dikhawatirkan pedagang justru malah nekat berdagang di pinggir jalan dan tidak tertata akibat hal tersebut.

“Kalau dibilang kecewa ya kecewa dengan kebijakan tidak boleh dagang di Alun-alun. Kunjungan wisata itu jadi sumber nafkah kami. Penjual di Alun-alun itu tidak hanya sebagai pekerjaan sampingan, tapi sumber penghasilan utama. Mereka membutuhkan itu untuk menghidupi keluarga. Tapi kami juga tahu sebagian pedagang menyetujui karena untuk kepentingan antisipasi persebaran virus corona,” beber dia.

Angka Kemiskinan Sragen Tertinggi di Soloraya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya