SOLOPOS.COM - Stasiun Solo Balapan. (Solopos-dok)

Solopos.com, SOLO — Dani Saptoni, Ketua Solo Societeti, sebuah komunitas pecinta sejarah Kota Solo menyatakan kawasan Stasiun Solo Balapan dulunya adalah tanah lapang yang dipakai untuk latihan berkuda pasukan legiun Pura Mangkunegaran.

Hal itu merujuk merujuk buku sejarah yang dibaca Doni Saptoni. “Setahu saya itu tempat berlatih berkuda pasukan MN,” dia Doni kepada Solopos.com, Sabtu (19/3/2022).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pernyataan Doni itu untuk mengklarifikasi pemberitaan di Solopos.com sebelumnya yang menyebutkan kawasan Stasiun Solo Balapan dulunya merupakan Alun-alun Utara Pura Mangkunegaran.

Baca Juga: Rel Layang Joglo Bakal Membentang dari Stasiun Balapan

Menurut dia, sejak berdirinya Pura Mangkunegaran Solo ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan disetujui oleh Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa. Hal itu merujuk hasil Perjanjian Salatiga yang dilakukan pada 17 Maret 1757.

Menurut Dani ada empat syarat yang diberikan pemerintah Belanda kepada RM Said untuk berdirinya Pura Mangkunegaran. Keempat syarat tersebut yaitu Pura Mangkunegaran tidak boleh memiliki alun-alun seperti di Keraton Kasunanan Solo.

Selain itu Mangkunegaran tidak boleh menanam pohon beringin kembar, KGPAAN Mangkunagoro tidak boleh duduk di kursi dampar (singgasana), serta tidak boleh menjatuhkan hukuman mati. Keempat syarat itu disetujui Pangeran Sambernyawa.

Baca Juga: Ini Arti Lirik Lagu Stasiun Balapan Didi Kempot

Artinya, Dani menjelaskan, dalam perjalanan sejarah kelahiran dan eksistensi Pura Mangkunegaran tak pernah punya alun-alun. “Mangkunegaran tak pernah punya alun-alun. Dari awal berdirinya itu salah satu syaratnya,” ujar dia.

Dani juga mengungkapkan kawasan di sebelah utara dari Stasiun Solo Balapan dulunya merupakan sawah larangan bernama Si Cinde. Tepatnya ketika era Mangkunagoro I hingga Mangkunagoro II. Sawah itu hanya boleh digarap oleh Mangkunagoro.

Lalu oleh putra dari MN II, yaitu Pangeran Suryanataningrat, kawasan itu diubah menjadi lahan tebu. Namun seiring perkembangan zaman, kawasan tersebut berubah menjadi perkampungan penduduk. Saat ini tempat ini bernama Kampung Cinderejo.

Ihwal tanah lapang yang dipakai untuk berlatih berkuda pasukan Mangkunegaran yang kini menjadi Stasiun Solo Balapan, menurut Dani, juga kerap digunakan untuk berlatih pacuan kuda kalangan bangsawan, utamanya dari Pura Mangkunegaran.

Baca Juga: Penebangan Pohon Stasiun Balapan Solo Tuai Kritik

“Jadi dulu kalangan bangsawan Mangkunegaran juga kerap berlatih pacuan kuda di situ, selain Pasukan Legiun Divisi Setabel atau Pasukan Berkuda. Kandang kudanya berada di Kampung Setabelan, dekat Pasar Legi sekarang,” papar dia.

Sementara untuk pembangunan Stasiun Solo Balapan setahu Dani baru dilakukan pada era KGPAA Mangkunagoro IV. Sedangkan untuk luas tanah lapang yang dipakai untuk berlatih berkuda Legiun Divisi Setabel Mangkunegaran, dia tidak tahu persis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya