SOLOPOS.COM - Dosen Unnes, Dr. Hendi Pratama, S.Pd. M.A. (edutrans.id)

Solopos.com, SEMARANG — Praktisi pendidikan yang juga dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr Hendi Pratama S Pd, MA, berharap penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur mandiri dihapus. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi praktik korupsi dalam penerimaan mahasiswa baru PTN seperti yang saat ini menjerat Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof Dr Karomani.

Karomani saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan kasus suap dalam proses penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri di Unila. Karomani ditangkap dalam operasi tangkap tangan atau OTT di Bandung, Jawa Barat (Jabar), Sabtu (20/8/2022) dini hari.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Hendi menilai praktik-praktik korupsi yang terjadi di Unila bisa saja terjadi di kampus perguruan tinggi negeri (PTN) lainnya. Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan korupsi itu terjadi, yakni adanya jalur ketiga dalam penerimaan mahasiswa baru PTN atau jalur mandiri, dan tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di kampus negeri.

“Adanya jalur mandiri ini membuka kampus untuk berbuat yang aneh-aneh. Ini karena proses penerimaan pada jalur mandiri itu diserahkan secara langsung pada perguruan tinggi. Beda dengan SBMPTN dan SNMPTN yang proses seleksinya tersistem di pusat dan bisa diawasi masyarakat banyak, kalau jalur mandiri enggak, hampir semuanya tertutup,” ujar Hendi saat dihubungi Solopos.com, Senin (22/8/2022).

Melalui jalur mandiri, lanjut Hendi, pihak perguruan tinggi bisa menentukan sendiri mahasiswa baru yang layak diterima di kampusnya. Alhasil, praktik korupsi atau suap menyuap pun rentan terjadi demi meloloskan calon mahasiswa tertentu untuk kuliah di perguruan tinggi negeri, seperti yang terjadi di Unila.

Baca juga: Beragam Modus Korupsi Bersemai di Perguruan Tinggi

Selain jalur mandiri, Hendi juga menilai faktor lain yang menyebabkan terjadinya korupsi di lingkungan kampus adalah tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada program studi (prodi) tertentu yang dianggap memiliki masa depan cerah. Hal ini pun membuat perguruan tinggi negeri berlomba-lomba membuat prodi-prodi baru yang memiliki daya tarik tinggi seperti Kedokteran maupun Hubungan internasional (HI).

“Pandangan masyarakat inilah yang akhirnya membuat kampus berlomba-lomba membuat prodi baru. Bak gayung bersambut, banyak masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di prodi tertentu itu. Padahal, belum tentu si anak ini mampu. Akhirnya, praktik-praktik seperti itu [korupsi dan suap menyuap] rentan terjadi,” jelas pria yang meraih gelar doktor Linguistik dari Univeristas Sebelas Maret (UNS) Solo itu.

Hendi pun sepakat jika penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri di PTN dihapus. PTN harusnya cukup menerima mahasiswa dari jalur SBMPT dan SNMPTN.

Baca juga: Terganjal Jadi Guru Besar, Dosen Undip Ini Tuntut Mantan Suami

“Kami dari perguruan tinggi negeri ingin calon-calon yang berkualitas dan layak. Kalau memang tidak mampu ya jangan dipaksakan. Masih ada alternatif lain yang bisa diambil calon mahasiswa kok kalau tidak diterima di perguruan tinggi negeri,” tegas pria yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Rekor IV Unnes itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya