SOLOPOS.COM - Para pedagang sapi datang melihat situasi Pasar Hewan Nglangon, Sragen, yang ditutup dengan dipasangi baliho di depan pintu masuk pasar, Selasa (31/5/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN–Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Sragen membengkak dari 39 kasus pada Minggu (29/5/2022) menjadi 82 kasus per Senin (30/5/2022) malam.

Puluhan kasus itu semua menyerang ternak sapi milik warga di 11 kecematan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebanyak empat ekor sapi di antaranya mati dan tujuh ekor lainnya dipotong serta dikonsumsi. Sebanyak 13 ekor yang lainnya dinyatakan sembuh.

Penjelasan itu diungkapkan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen Rina Wijaya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela pemantauan penutupan Pasar Hewan Nglangon, Sragen, Selasa (31/5/2022).

Rina menjelaskan kasus PMK itu diperbarui secara harian.

Baca Juga: Ada PMK, Stok Sapi Potong Boyolali Dijamin Cukup Jelang Iduladha 2022

Dia mengatakan kasus sebelumnya baru 39 kasus di 10 kecamatan, sekarang bertambah 82 kasus di 11 kecamatan, yakni di wilayah Kecamatan Plupuh, Tanon, Karangmalang, Jenar, Sidoharjo, Sumberlawang, Miri, Ngrampal, Kalijambe, Gemolong, dan Kedawung.

“Ada empat ekor sapi yang menderita PMK mati. Sapi-sapi yang mati ini merupakan sapi dengan umur masih kecil atau masih pedet. Anak yang baru berumur empat bulan sudah mati. Jadi anakan sapi menjadi riskan terhadap PMK ini. Keempat kasus kematian sapi akibat PMK ini berada di wilayah Desa Gading, Tanon,” ujar Rina.

Dia melanjutkan untuk sapi-sapi dewasa relatif bisa disembuhkan karena hingga sekarang sudah ada 13 ekor sapi yang sembuh, yakni di Plupuh, Tanon, Sumberlawang, dan Kedawung.

Rina menerangkan ada pula petani yang terpaksa memotong tujuh ekor sapi yang terserang virus PMK. Dia mengatakan sapi yang terjangkit dipotong itu tidak apa-apa dan dagingnya dikonsumsi juga tidak apa-apa karena PMK ini bukanlah penyakit zoonosis atau tidak menular ke manusia.

“Kalau dikonsumsi itu yang penting dagingnya. Selama dimasak dengan kematangan sempurna maka tidak berbahaya. Kalau empat ekor sapi yang mati itu tidak dipotong tetapi langsung dikubur,” jelas Rina.

Baca Juga: Suspek Bertambah, Ini Zona Persebaran PMK pada Sapi di Boyolali

Dia menjelaskan dengan banyaknya kasus PMK itu maka kebijakan penutupan pasar hewan menjadi penting dilakukan supaya penyakit tidak masuk ke Sragen.

Dia mengatakan kasus PMK itu merupakan kasus pendatang dari Ngawi dan Grobogan serta belakangan ada yang dari Boyolali.

“Bahkan yang dari Miri itu membeli sapi dari Nglangon. Artinya, di Pasar Hewan Nglangon itu sudah ada kasus PMK. Jadi beli satu ekor lalu menular ke sapi lainnya. Dengan kondisi seperti ini saya kira dokter-dokter hewan tidak berani mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan [SKKH]. Untuk pengawasan di kandang peternak, kami menggerakan mantri hewan untuk berkeliling,” jelasnya.

Seorang pedagang sapi asal Nguwer, Sidoharjo, Sragen, Paryadi, 60, menyatakan tidak sependapat dengan penutupan pasar hewan karena mematikan penghasilan para pedagang sapi.

Dia mengatakan kalau tutupnya hanya satu kali pasaran tidak masalah, ternyata tutupnya sampai tiga kali pasaran.

Baca Juga: Kasus PMK Jadi 35 Kasus, Disnakkan Sragen akan Tutup Pasar Hewan

“Kalau pasar hewan ditutup kami makan apa? Kami mengandalkan pendapatan dari pasar hewan, khususnya yang ada di Nglangon ini. Penutupan sampai 14 Juni itu kelamaan, tidak setuju saya. Suwe-suwe orang madhang [lama-lama tidak makan],” ujar Paryadi.

Dia menerangkan persoalan PMK itu urusan mantri hewan kalau pedagang yang penting dagangan laku.

Dia mengatakan pedagang tidak tahu menahu soal penyakit.

“Semua hewan ada penyakitnya. Kalau tidak sembuh ya mati begitu saja. Penyakit hewan itu ada sudah lama. Jadi soal penyakit itu tidak berpengaruh pada jual beli sapi. Harga sapi itu tergantung barangnya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya