SOLOPOS.COM - Para siswa saat menandatangani deklarasi Sekolah Ramah Anak di SMPN 1 Sawit, Senin (7/11/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI–Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Iwan Setiyoko, menilai perlunya pendampingan psikologis bagi korban dan pelaku dalam kasus guru tampar murid di SMPN 1 Sawit Boyolali.

Menurut Iwan, pendampingan psikologis diperlukan untuk menggali secara mendalam dari dua sisi. Ia mengatakan bisa jadi sesuatu yang tampak di luar tidak menggambarkan kondisi di dalam benak dan psikologis seseorang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“[Korban] trauma atau tidak kan tidak tahu, kalau tidak digali secara mendalam. Jadi menurut saya, tetap paling tidak ada pendampingan psikologis oleh teman-teman psikolog. Karena sekecil apa pun kejadian kekerasan, pasti akan memunculkan trauma,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (8/11/2022).

Ia mengatakan setelah pendampingan psikologis, maka tinggal bagaimana korban memulihkan proses traumatik dengan cepat atau tidak.

Jika korban secara kebetulan memiliki psikologis yang kuat, lanjut Iwan, maka proses pemulihan dari trauma bisa secara cepat.

Baca Juga: Kasus Guru Tampar Murid di Boyolali, Disdikbud: Sanksi untuk Guru Tunggu Bupati

Ia juga mengatakan pendampingan psikologis juga harus diberikan untuk pelaku atau guru.

“[Pendampingan psikologis] bagi guru untuk memastikan bahwa ini menjadi sebuah pembelajaran yang baik. Jadi ketika suatu saat mengalami kejadian yang sama, dia bisa merespons dengan lebih baik,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala DP2KBP3A Boyolali, Ratri S. Survivalina, mengatakan timnya akan memberikan asesmen hingga pendampingan kepada pelaku dan korban yang terlibat dalam kejadian guru tampar murid tersebut.

Ia mengatakan sudah mengagendakan untuk datang ke sekolah pada pekan ini atau pekan depan.

Baca Juga: Setelah Guru Tampar Murid, SMPN 1 Sawit Boyolali Deklarasi Sekolah Ramah Anak

“Kami sudah mau melangkah ke sana, kebetulan kejadiannya lebih cepat medianya [memberitakan] daripada kami yang dinas melangkah. Karena setelah ter-blow up memang [sekolah] agak tertutup menerima kunjungan dari luar, sehingga kami baru berupaya untuk menjadwal pertemuan dengan sekolah tersebut,” jelas dia.

Lina mengatakan diperlukan asesmen untuk menyatakan anak memiliki trauma atau tidak. DP2KBP3A, jelas Lina, belum melakukan asesmen. Sehingga, ia akan tetap terjun untuk melakukan pendekatan kepada pelaku dan korban yang terlibat dalam insiden guru tampar murid di SMPN 1 Sawit.

“Pendekatan kami lebih melihat kondisi psikologis anak dan guru. Dua-duanya. Pasti dua-duanya ada latar belakang yang mendasari sehingga kami akan coba urai. Sehingga, ke depannya stigma itu kalau sudah melekat, nanti tidak ada perubahan. Akan kami coba keduanya, baik guru maupun siswa,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya