Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Setelah Guru Tampar Murid, SMPN 1 Sawit Boyolali Deklarasi Sekolah Ramah Anak

Setelah Guru Tampar Murid, SMPN 1 Sawit Boyolali Deklarasi Sekolah Ramah Anak
author
Ika Yuniati Senin, 7 November 2022 - 15:06 WIB
share
SOLOPOS.COM - Siswa saat menandatangani deklarasi Sekolah Ramah Anak di SMPN 1 Sawit Boyolali, Senin (7/11/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI –Permasalahan guru tampar murid di SMPN 1 Sawit Boyolali dianggap selesai setelah adanya jalur damai bersyarat. Setelah itu, SMPN 1 Sawit Boyolali mendeklarasikan diri menjadi sekolah ramah anak (SRA) pada Senin (7/11/2022).

Sebelum deklarasi, diadakan kegiatan upacara bendera yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Deklarasi tersebut diucapkan oleh Plt Kepala SMPN 1 Sawit, Agus Winarno, kemudian diikuti tanda tangan oleh seluruh warga sekolah seusai kegiatan upacara bendera merah putih.

Turut ikut bertanda tangan dalam deklarasi tersebut jajaran adalah Kepala Disdikbud Boyolali, jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Sawit, komite sekolah, dan kepala Puskesmas Sawit.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa hari yang lalu ada kejadian negatif di sini. Tentu kami tidak ingin itu terulang kembali. Justru dari kejadian ini kami jadikan pelajaran bagi kita semua,” ujar Darmanto kepada wartawan di sela-sela acara deklarasi.

Baca juga: Kronologi Guru Tampar Murid di SMP Boyolali, Berawal dari Es Teh Tumpah

Ia mengatakan dengan penandatanganan dan deklarasi tersebut maka telah ada kesepakatan bersama bahwa SMPN 1 Sawit menjadi sekolah yang ramah anak dan tidak ada kekerasan fisik maupun nonfisik.

Kesepakatan tersebut, sebut dia, telah ditandatangani oleh seluruh elemen yang hadir, utamanya dari anak-anak, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Darmanto berharap dengan adanya deklarasi sekolah ramah di SMPN 1 Sawit, maka dapat membuat siswa menjadi nyaman, menjadi senang, dan merasa terlindungi. Sehingga mampu belajar dengan baik untuk masa depan mereka.

Saat disinggung mengenai langkah konkret sekolah ramah anak di SMPN 1 Sawit, Darmanto mengatakan dirinya akan terus memantau dan mengevaluasi berjalannya deklarasi tersebut.

“Ketika ada kesalahan, mestinya kita saling mengingatkan. Manusia yang baik bukan berarti manusia yang tidak pernah salah. Manusia yang baik itu tahu akan kesalahan dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi dan memperbaiki diri. Itu hakikat manusia yang baik sehingga tidak ada trauma di sini, anak nyaman, bapak-ibu guru nyaman,” ujarnya.

Baca juga: Guru Tampar Murid di Boyolali: Pelaku Berstatus PNS yang akan Pensiun Juli 2023

Sementara itu, Agus Winarno, menegaskan SMPN 1 Sawit berkomitmen bahwa pendidikan di sekolahnya tetap kondusif, aman, dan nyaman terlepas dari kejadian sebelumnya.

Ia juga mengatakan anak-anak merasa situasi juga kondusif. Bahkan, guru dan murid yang berada dalam video viral juga ikut menandatangi deklarasi tersebut.

Agus juga mengatakan dengan deklarasi sekolah yang layak dan ramah anak di SMPN 1 Sawit. Sehingga tidak ada kekerasan fisik maupun nonfisik sesuai yang diamanatkan Kepala Disdikbud Boyolali.

“Sehingga kami dengan bapak ibu guru, dengan anak, dengan semuanya, masuk semua. Tidak ada trauma terkait dengan kejadian ini, sehingga dengan deklarasi ini menjadi tonggak pembelajaran bersama semua stake holder di sekolah ini,” jelasnya.

Saat disinggung adakah perlindungan bagi murid yang menjadi korban, Agus mengatakan deklarasi sekolah ramah anak ini menandakanan SMPN 1 Sawit menolak apa pun bentuk kekerasan.

Baca juga: Guru Tampar Murid di Boyolali Berakhir Damai, Ortu Korban: Guru Harus Dimutasi!

“Selain deklarasi, kami juga memberikan pendidikan karakter bagi anak. Etika edukasi terkait dengan hal tersebut. Sehingga ada sopan santun, unggah-ungguh, dan sebagainya. Lalu 5 S, senyum, sapa, salam, sopan, dan santun kami terapkan. Yang penting adalah keteladanan,” kata dia.

Dengan pendidikan karakter yang kuat, Agus mengatakan maka rasa saling menghormati antara guru dan murid terjalin.

Sehingga tidak akan ada kekerasan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, atau guru dengan guru. Sehingga, lingkungan belajar yang nyaman akan tercipta dengan baik di SMPN 1 Sawit.

“Pendidikan menjadi tanggung jawab sekolah, masyarakat, dan orang tua. Pemerintah turut serta juga. Jadi, kami setiap pagi, anak hadir disambut oleh guru, itu keteladanan yang kami kuatkan lagi untuk pendidikan karakternya,” jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video viral seorang guru perempuan SMPN 1 Sawit, RH (sebelumnya tulis RS) menampar murid laki-laki kelas VIII, A, di salah satu ruang kelas.

Baca juga: Bermesraan dengan Murid di Ruang Sekolah, Guru GTT SMK di Boyolali Dipecat



Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto, dalam berita sebelumnya mengatakan berdasarkan laporan sementara yang ia terima, kronologi kejadian viral tersebut berawal saat istirahat dan ada siswa yang membeli es teh dalam plastik akan tetapi tidak ditali.

Kemudian, es teh dalam plastik tersebut dimasukkan ke dalam kantong tas dan diletakkan di meja kemudian tersenggol atau dipindah temannya sehingga tumpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN