SOLOPOS.COM - Ilustrasi gantung diri. (Solopos-Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI — Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Wonogiri, Kurnia Listiyarini, menyebut tingginya angka kasus bunuh diri adalah bencana sosial. Guna mencegah atau pun menanggulanginya, perlu kepedulian masyarakat di lingkungan sekitar.

Sebagaimana diketahui, kasus bunuh diri terjadi di sebuah desa di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Senin (28/3/2022). Kasus yang menimpa SJ, 80, menjadi kasus keempat sepanjang kurun waktu Januari 2022 hingga Maret 2022.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Artinya, dalam triwulan pertama 2022, kasus bunuh diri sudah berjumlah separuh dari jumlah kasus sepanjang tahun sebelumnya, 2021. Di antara penyebab bunuh diri, yakni sakit menahun dan memiliki riwayat sebagai pasien orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Hingga sekarang, Pemkab Wonogiri telah mengupayakan untuk memberi pelayanan kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Diduga Depresi, Warga Sidoharjo Wonogiri Meninggal Gantung Diri

“Pemkab Wonogiri sudah memiliki program Sehat Wargane. Hal itu berupa jaminan kesehatan dengan sasaran warga tidak mampu yang juga dijamin oleh Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari APBN. Pemkab sudah menganggarkan Rp30 miliar mengakomodasi warga miskin yang belum dibiayai APBN atau pun warga yang anggota keluarganya sakit kronis atau penyandang disabilitas [butuh pengobatan rutin],” kata Kurnia Listiyarini, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (2/4/2022).

Meski upaya tersebut telah dilakukan, kasus bunuh diri tetap saja terjadi. Kurnia mengatakan butuh kerja sama lintas sektoral dalam menyelesaikannya.

“Kasus bunuh diri itu sebenarnya bukan menjadi tugas dan fungsi khusus Dinsos. Kami menangani orang-orang yang bermasalah sosial, contohnya orang sakit tapi miskin, bagaimana caranya biar mereka mendapat pelayanan kesehatan. Kemudian penyandang disabilitas, bagaimana agar mereka dapat diberdayakan,” imbuhnya.

Baca Juga: Depresi, Warga Kismantoro Wonogiri Ceburkan Diri dalam Sumur 8 Meter

Pemkab Wonogiri terus mengimbau masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan yang memiliki masalah sosial pelik. Kasus bunuh diri yang terjadi di Wonogiri biasanya disebabkan korban menderita sakit lama. Penderitaan itu membuat mereka tak sabar dan lalu memutuskan bunuh diri.

“Bukan karena tidak bisa berobat. Cuman dengan sakitnya yang menahun banyak dari mereka yang tidak sabar. Sementara, kepedulian lingkungan sekitarnya dibutuhkan untuk lebih memperhatikan,” imbuhnya.

Kejadian bunuh diri, sambung dia, bukan perkara yang bisa diprediksi di waktu sebelumnya. Pihaknya mengklaim telah memiliki upaya preventif.

Baca Juga: Karyawan Pinjol Pemicu Warga Wonogiri Bunuh Diri Bergaji Rp15 Juta

“Kalau penyebabnya sakit, kami harus hadir memberi pelayanan kesehatan terbaik. Itu upaya untuk mencegah bunuh diri,” katanya.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengaku sudah mengetahui penyebab menanggapi maraknya kasus bunuh diri di wilayahnya.

Pinjaman Online

“Penyebabnya bukan karena tidak dapat bantuan seperti BLT. Tapi, biasanya berinteraksi dengan pinjaman online, mendapat tekanan dari rentenir yang lalu menyebabkan stres. Dinsos pun sudah kooperatif selama ini, tinggal orang tuanya. Selama ini yang terjadi ada rasa gengsi, perawatannya bagaimana, besoknya bagaimana, itu masalah yang kami temui,” kata Jekek saat ditemui Solopos.com, Rabu (30/3/2022).

Baca Juga: Cerita Ngenes Nasabah Pinjol Wonogiri yang Nyaris Bunuh Diri

Bupati Jekek meragukan anggapan penyebab tingginya angka kasus bunuh diri di Kabupaten Wonogiri karena faktor ekonomi.

“Kalau mau melihat data, warga yang belum punya rumah di Wonogiri paling rendah, kemiskinan walau mengalami kontraksi, angkanya masih pertengahan. Indeks pembangunan manusia [IPM] naik, ekonomi tumbuh. Apakah kasus bunuh diri bisa dikorelasikan dengan kebijakan pemerintah? Bisa iya bisa tidak,” imbuhnya.

Peringatan

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, atau pun klinik kesehatan mental.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Berikut lima rumah sakit juga disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565



RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Ada pula nomor hotline Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya