SOLOPOS.COM - Penampakan gua kuno yang jadi petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021).(Moh. Khodiq Duhri/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang tokoh masyarakat Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang, Sragen, bernama Karman, mengaku sering bertapa di Gua Mangkubumi. Ia juga menyebut keistimewaan gua di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen tersebut.

“Kompleks Gua Mangkubumi itu diduga semacam padepokan untuk ilmu kadigdayan. Saya masih memiliki ilmu dari sana, yakni ilmu manunggal sajiwa saraga. Ada dua tokoh sakti dari gua itu bernama Blabak Pengantol-antol dan Bendrong Geni. Mereka itu pengikutnya siapa, saya tidak tahu,” jelasnya, saat ditemui Solopos.com, Selasa (2/11/2021).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Gua mangkubumi
Sejumlah guru dari SMP PGRI 11 Sidoharjo, Sragen, berkunjung ke Goa Mangkubumi yang terletak di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Selasa (2/11/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Dia menerangkan Blabak Pengantol-antol merupakan aji-aji milik panegak Pandawa, yakni Werkudara yang juga dikenal dengan nama Bratasena. Sementara Bendrong Geni merupakan nama jembatan di Dukuh Celep, Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen.

Baca Juga: Di Gua Mangkubumi Sragen Dulunya Ada Relief Wayang, Tempat Bertapa

Seorang warga Celep, Suyadi Kurniawan, membenarkan bila ada jembatan di Desa Celep, Kedawung, yang bernama Bendrong Geni. Suryadi mengatakan jembatan itu menghubungkan RT 019 dan RT 023.

Dia menyampaikan tokoh Bendrong Geni itu merupakan cikal bakal Dukuh Celep. “Saya pernah ziarah ke makam Mbah Bendrong Geni dan menemukan uang VOC berangka tahun 1700. Kemungkinan tokoh Mbah Bendrong Geni itu merupakan tokoh pada zaman kolonial atau kerajaan dulu,” ujarnya.

Seperti diberitakan, selain ditemukan arca, di Gua Mangkubumi di Dukuh Gebang Kota, Desa Gebang, Kecamatan Masaran Sragen juga pernah ditemukan ada relief wayang. Relief itu menggambarkan tokoh Pandawa dan Punakawan.

Di kompleks gua itu juga disebut-sebut pernah menjadi padepokan untuk olah ilmu kadigdayan.

Baca Juga: Penemuan Arca Tanpa Kepala Jadi Magnet Baru Gua Mangkubumi Sragen

Penjelasan itu disampaikan warga yang tinggal seberang Sungai Kedung Kidang, yakni masuk wilayah Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Karman, saat ditemui Solopos.com bersama Tim Ekspedisi Sukowati dari Yayasan Palapa Mendira Harja (YPMH) Sragen, Selasa (2/11/2021). Karman yang juga canggah Demang Gebang menyampaikan sejak masih kecil sering diajak simbahnya dulu untuk laku di Gua Mangkubumi itu.

“Dari cerita simbah-simbah saya, gua itu memang kecil tetapi bisa untuk bersembunyi orang banyak. Jumlahnya [orang yang bisa masuk] puluhan dan bahkan ratusan,” jelas Karman.

Sukardi, 46, warga Gebang Tengah RT 009/RW 004, Gebang, Masaran, Sragen, menunjukkan arca Agastya temuan di depan mulut Gua Mangkubumi, Selasa (2/11/2021). (Tri Rahayu/Solopos)
Sukardi, 46, warga Gebang Tengah RT 009/RW 004, Gebang, Masaran, Sragen, menunjukkan arca Agastya temuan di depan mulut Gua Mangkubumi, Selasa (2/11/2021). (Tri Rahayu/Solopos)

Baca Juga: Warga Gebang Sragen Temukan Arca Agastya, Begini Penelusurannya

“Saat bersembunyi itu, ada yang membawa uang dan ada yang tidak membawa uang. Setelah dirasa aman, mereka keluar dari gua. Mereka membeli makanan dengan uang yang dibawanya. Ternyata uang yang mereka bawa itu sudah tidak laku karena zamannya sudah berubah,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya