SOLOPOS.COM - Susunan batu yang diyakini merupakan perangkat gamelan di situs Kandang Wayang Jenar di Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen. (Youtube/@buana channel)

Solopos.com, SRAGEN — Kabupaten Sragen kaya akan situs budaya yang menyimpan sejarah di masa lalu. Salah satunya adalah situs Kandang Wayang di Desa Jenar, Kecamatan Jenar.

Sesuai namanya, di lokasi ini terdapat peninggalan masa lalu berupa seperangkat wayang dan gamelan. Wayang dan gamelan di situs ini berbeda karena semuanya terbuat dari batu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Situs Kandang Wayang Jenar ini ditemukan belum lama ini. Awalnya, warga setempat banyak menemukan batu-batu berserakan di sekitar lokasi tepatnya di bawah pohon grasak besar. Pohon yang rimbun itu diperkirakan usianya sudah ratusan tahun.

Batu-batuan awalnya tak terlihat istimewa oleh warga. Sampai ada salah satu sukarelawan dari Yayasan Palapa Mendiri Harja (YPMH) yang melihat keanehan pada bongkaran batu-batu itu yang berbentuk mirip bonang, kempul, gong dan lainnya. Begitu pula ada yang mirip wayang.

Dari situ mulai dilakukanlah penelitian oleh pihak desa, pemerhati budaya dan YPMH. Pada Rabu, 16 Maret 2022 lalu, mereka menyepakati kesimpulan bahwa batu-batu itu dulunya adalah seperangkat wayang dan gamelan.

Baca Juga: 5 Objek Wisata Unik di Sragen, Salah Satunya Ada Gamelan dari Batu

Temuan benda-benda di situs itu dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani Kepala Desa Jenar, Samto; Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jenar, Widartiningsih; dan Ketua YPMH Sragen, Joko Piroso, di balai desa setempat, Rabu (16/3/2022). Tanda tangan berita acara itu disaksikan Camat Jenar, Tri Mulyono dan sejumlah perangkat desa serta para pemerhati cagar budaya dari YPMH Sragen.

desa tertinggal di sragen kandang wayang sragen
Para warga Dukuh/Desa/Kecamatan Jenar, Sragen, melakukan pembenahan di lingkungan Kandang Wayang Jenar, Sragen, Sabtu (26/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Benda yang diduga cagar budaya itu terdiri atas wayang berbahan batu berkarakter Srikandi satu unit dan wayang berbahan batu karakter kuda satu unit. Selain itu 26 bebatuan yang membentuk gamelan lengkap di lokasi radius 200 meter dari situs Kandang Wayang.

“Situs itu disebut Kandang Wayang itu karena ada wayangnya dua buah yang terbuat dari batu. Wayang Janaka dan Srikandi. Selain itu ada gong dan gamelan lainnya yang semuanya terbuat dari batu. Jadi seperti tempat wayangan begitu,” ujar Kades Jenar, Samto, Maret lalu.

Saat ini oleh warga batu batu itu disusun dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Kemudian dipagari kayu sederhana jadi seperti dikandang. Mungkin dari situ muncul nama Kandang Wayang Jenar.

Baca Juga: Kandang Wayang Jenar, Situs Budaya Tersembunyi di Sragen

Ada yang menyebut wayang dan gamelan dari batu itu peninggalan zaman Mataram kuno, namun butuh penelitian lebih jauh untuk memastikannya.

Diselimuti Mitos dan Misteri

Keberadaan Kandang Wayang masih menyimpan banyak misteri. Ada mitos yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat yang mungkin berhubungan dengan keberadaan Kandang Wayang Jenar tersebut. Mitos itu berupa pantangan warga sekitar menggelar wayangan.

Kalau ada warga yang nekat menggelar wayangan maka satu keluarga bisa meninggal dunia. Mitos itu sampai sekarang masih diyakini warga Dukuh Jenar. Dukun ini dihuni 200-an keluarga dengan 460 jiwa yang menyebar di lingkungan RT 001 dan RT 002/RW 001.

Samto menjelaskan karena adanya Kandang Wayang itulah maka warga di dua RT itu tidak boleh menggelar wayangan. Warga di RT lain di lingkungan Desa Jenar diperbolehkan.

Baca Juga: Hiii… Kotak Wayang Tua di Jenar Sragen Ditunggui Petruk Bermata Merah

“Saya yang sudah berumur 50 tahun ini belum pernah menyaksikan warga Dukuh Jenar ini menanggap wayang. Sebelum saya lahir belum ada warga yang berani menggelar wayangan,” ungkapnya.

Dari cerita-cerita simbah-simbah dulu, kata Samto, pada zaman dulu pernah ada satu keluarga nekat menggelar wayangan saat pesta pernikahan. Akhirnya, satu keluarga bersama pengantinnya habis, meninggal dunia. “Saat itu mungkin orang tua saya belum menikah,” jelasnya.

Belum tahu apa latar belakang munculnya mitos yang berkembang hingga sekarang itu.

Dukuh Jenar dulunya merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Jenar. Dulu, camat dan danramil tinggal di Dukuh Jenar. Tetapi tempat itu sekarang sudah menjadi ladang tebu. Pusat pemerintahan Kecamatan Jenar kemudian pindah ke Desa Dawung.

Penjelasan Samto soal mitos itu diamini sesepuh Dukuh Jenar, Darso Wiyono, yang saat wawancara ini dilakukan pada Maret 2022 lalu sudah berumur 92 tahun. Darso menerangkan keberadaan Kandang Wayang itulah yang menyebabkan satu Dukuh Jenar tidak boleh menanggap wayangan.

Baca Juga: Desa Jenar, Satu-satunya Desa Tertinggal yang Ada di Sragen

Dia mengungkapkan dulu pernah ada yang nekat menggelar pentas wayang. Satu keluarga itu habis, bahkan sampai generasi ketiga.

“Ya, seperti pagebluk [wabah] begitu. Bahkan saat itu ada suara gaib yang berbunyi mengancam, kalau nekat diulang lagi maka akan dihabis sampai sak keturunannya. Sejak saat itu sampai sekarang tidak ada yang berani menggelar wayangan di dukuh ini,” ungkap Darso.



Ia menjelaskan di Kandang Wayang itu dulu ada dua batu bergambar wayang. Namun sekarang sudah tak ada lagi. Darso tak tahu di mana. “Kalau tidak salah itu batu Janaka dan Srikandi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya