SOLOPOS.COM - Masjid Laweyan di Kampung Batik Laweyan Solo. (Kampoengbatiklaweyan.org)

Solopos.com, SOLO — Kampung Batik Laweyan Solo menyimpan jejak peradaban Islam di Kota Bengawan. Ada jejak kampung santri serta masjid tertua di Solo di kawasan tersebut.

Dikutip dari laman resmi Kampung Batik Laweyan, Kamis (24/3/2022), sejarah Islam di Kota Solo bisa ditelusuri dari Masjid Laweyan. Masjid ini dibangun pada masa Jaka Tingkir, sekitar tahun 1546. Masjid ini merupakan yang pertama dibangun di Kerajaan Pajang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sebelumnya, masjid tertua di Kota Solo itu berupa pura Hindu yang dipimpin seorang biksu. Seiring berjalannya waktu, pura tersebut beralih fungsi menjadi masjid.

Baca juga: Rumah Tertua di Jawa Tengah Ada di Kampung Batik Laweyan Solo

Kampung Santri

Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena banyaknya santri, pesantren ini tidak pernah berhenti menanak nasi untuk makan para santri. Selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan (beluk = asap).

Pemilik masjid tertua di Solo ini adalah Kyai Ageng Henis (kakek Susuhunan Paku Buwono II). Layaknya sebuah masjid, Masjid Laweyan berfungsi sebagai tempat untuk nikah, talak, rujuk, musyawarah, dan makam.

Kompleks masjid menjadi satu dengan makam kerabat Keraton Pajang, Kartasura, dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pada makam terdapat pintu gerbang samping yang khusus dibuat untuk digunakan oleh Sunan Paku Buwono X untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan sekali saja karena satu tahun setelah kunjungan itu dia wafat.

Makam Kyai Ageng Henis. (Kampoengbatiklaweyan.org)

Baca juga: Bungker Kerajaan Pajang di Kampung Batik Laweyan Solo Dulu Tempat Simpan Harta Karun

Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu diantaranya adalah:

  1. Kyai Ageng Henis
  2. Permaisuri Paku Buwono V
  3. Pangeran Widjil I Kadilangu sebagai Pujangga Dalem Paku Buwono II-Paku Buwono III yang memprakarsai pindahnya Keraton dari Kartasura ke Surakarta.
  4. Nyai Ageng Pati
  5. Nyai Pandanaran
  6. Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
  7. Dalang Keraton Kasunanan Surakarta yang menurut legenda pernah diundang oleh Nyi Roro Kidul untuk mendalang di Laut Selatan.
  8. Kyai Ageng Proboyekso, yang menurut legenda merupakan jin Laut Utara yang bersama pasukan jin ikut membantu menjaga keamanan Kerajaan Kasunanan Surakarta.

Baca juga: Kisah Mbok Mase, Wanita Tajir Juragan Batik di Kampung Laweyan Solo

Di makam ini terdapat tumbuhan langka Pohon Nagasari yang berusia lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh naga yang paling unggul. Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme perlindungan dari Betari Durga.

Makam direnovasi oleh Paku Buwono X bersamaan dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya