Solopos.com, SOLO — Kegiatan bertemakan wellness tourism atau wisata kebugaran ternyata belum terakomodasi dalam usulan kalender event Kota Solo 2023. Padahal pemerintah tengah menggaungkan tren wisata itu saat maupun setelah Pandemi Covid-19.
Solo didapuk menjadi salah satu kota percontohan wellness city dan wellness tourism atau kota kebugaran dan wisata kebugaran di Indonesia. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo, Aryo Widyandoko, mengaku bakal fokus memperkuat elemen pendukung wisata kebugaran.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Misalnya, elemen pendukung wisata olahraga, wisata kesehatan, wisata penyembuhan, dan sebagainya. Pemkot akan menata jalur pedestrian agar pengunjung tidak bosan, demikian juga rutenya.
Baca Juga: Dipromosikan ke Jawa Timur, Ini Loh Sebaran Titik Wellness Tourism Solo
“Kami tidak memiliki event khusus wellness tourism karena problem tren wisata ini terdiri dari banyak ragam, jadi kalau mau mengusung kebugarannya sendiri untuk jadi event belum kami arahkan ke situ. Tapi branding keseluruhan kami gunakan wellness tourism,” katanya Solopos.com seusai diskusi kelompok terbatas yang digelar di Hotel Swiss-Bell Saripetojo, Solo, Kamis (3/2/2022).
Wakil Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah, Daryono, mengatakan wellness tourism menjadi salah satu dari empat minat khusus yang dikembangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca Juga: Pariwisata Solo Butuh Atraksi dan Inovasi
Mencari Diferensiasi
Solo masuk radar bersama Bali dan Jogja, sehingga menurutnya harus dimanfaatkan dengan baik. “Bagaimana mengembangkan potensi ini dengan mencari diferensiasi. Walaupun praktiknya nanti harus saling melengkapi,” katanya.
Ia lantas mengusulkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk melakukan penelitian serta riset tentang peluang dan tantangan dari industri wellness tourism tersebut.
Baca Juga: Meningkatkan Okupansi dan Wisata Soloraya Lewat Hotel Expo 2022
Wellness tourism, sambung Daryono, menyangkut pikiran, tubuh, dan jiwa, sehingga pengunjung baru bisa merasakan manfaatnya setelah mendapatkan pengalaman dari situ.
“Industri ini di negara lain sudah dikembangkan lebih cepat. Industri ini tidak melulu soal medis, tapi makanan, aroma, rempah, dan sebagainya. Memang butuh waktu, tapi seharusnya sudah masuk timeline dan segera promosi. Enggak hanya Solo, tapi kolaborasi dengan daerah lain di Soloraya,” ucapnya.