SOLOPOS.COM - Ilustrasi Masjid Agung Kotagede atau Masjid Gede Mataram. (Solopos.com-Antara)

Solopos.com, JOGJA — Mendengar nama Kotagede, pikiran kita pasti akan langsung tertuju pada kerajinan perak. Namun, Kotagede tidak hanya terkenal akan kerajinan perak. Di wilayah yang berada di sisi tenggara Kota Jogja ini juga terdapat masjid tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yakni Masjid Agung Kotagede atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Gede Mataram.

Berdirinya Masjid Agung Kota Gede atau Masjid Gede Mataram tidak bisa dilepaskan dengan sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram pada 1586 silam. Ada yang menyebut Masjid Agung Kota Gede didirikan pada tahun 1575, setelah wafatnya Ki Ageng Pemanahan yang merupakan ayah dari Panembahan Senopati, raja pertama Mataram. Namun ada juga yang menyebut Masjid Agung Kota Gede didirikan pada tahun 1587, atau setahun setelah Kerajaan Mataram Islam berdiri.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Diolah dari berbagai sumber, berdirinya Masjid Agung Kota Gede tidak bisa dilepaskan dari sosok Sunan Kalijaga, yang merupakan tokoh Wali Songo. Kala itu, Sunan Kalijaga meminta kepada Panembahan Senopati untuk membangun masjid yang letaknya berdekatan dengan tempat tinggal atau keraton. Hal ini merupakan filosofi Catur Tunggal, di mana bangunan masjid menjadi salah satu bagian penting dari pusat pemerintahan kerajaan selain keraton atau istana, pasar, dan juga alun-alun.

Baca juga: Masjid Tertua di Indonesia Ternyata di Banyumas, Ada Sebelum Wali Songo

Pada awal berdirinya, masjid tertua di Yogyakarta ini hanya berbentuk sebuah langgar, atau musala. Namun pada masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin Sultan Agung Anyakrakusuma pada tahun 1640, masjid ini direnovasi menjadi bangunan yang lebih megah.

Konon saat itu, renovasi Masjid Gede Mataram ini melibatkan seluruh elemen masyarakat baik yang beragama Islam, Hindu, dan Buddha. Pemeluk agama Islam bergotongroyong membangun bangunan utama masjid. Sementara masyarakat Hindu dan Buddha membangun pagar dan gapura masjid tersebut.

Renovasi

Oleh sebab itu, meski merupakan tempat ibadah umat Islam, pagar maupun gapura Masjid Agung Kotagede terlihat mirip bangunan khas umat Hindu. Kendati demikian, bentuk gapura dan pagar ini tidak boleh diubah sampai kapan pun.

Sejak berdiri hingga saat ini, tercatat Masjid Agung Kotagede telah mengalami dua kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan saat Kesultanan Mataram dipimpin Sultan Agung Anyakrakusuma pada tahun 1640. Kala itu, renovasi dilakukan dengan menambah bangunan serambi dan tiang kayu di masjid tertua di Yogyakarta itu. Sedangkan renovasi kedua dilakukan Sri Susuhunan Pakubuwono X, yang merupakan Raja Keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1893-1939.

Baca juga: Sosok Suciati, Berbisnis dari Nol Hingga Bangun Masjid Megah di Sleman

Masjid Agung Kotagede dibangun dengan arsitektur Jawa limasan, yang terdiri dari sepasangan bangunan, yakni aula utama dan aula depan, atau yang disebut serambi. Ruang salat merupakan bangunan berdinding polos yang tebal. Sedangkan bangunan serambi merupakan bangunan semi-serambi.

Di sekeliling serambi terdapat parit, yang bertujuan untuk mencelupkan kaki jemaah sebelum mencapai serambi. Hal itu sebagai simbol menyucikan diri dari hal apa pun sebelum masuk ke dalam masjid.

Masjid Agung Kotagede ini terletak di selatan Pasar Kotagede, Kalurahan Jagalan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY. Di sebelah barat masjid terdapat kompleks pemakaman raja-raja Mataram.

Di masjid tertua di Yogyakarta ini juga terdapat sebuah beduk yang konon usianya juga hampir setengah milenium. Konon beduk itu merupakan buatan Sunan Kalijaga yang kayunya hadiah dari Nyai Pringgit dari Desa Dondong, Kabupaten Kulonprogo. Beduk berukuran panjang 184 sentimeter (cm) dengan diameter mencapai 85 cm itu hingga kini masih kerap dibunyikan sebagai penanda waktu salat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya