SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan jantung (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, SOLO — Serangan jantung bisa terjadi pada siapa saja, tua, muda, kaya, miskin. Bagi si kaya, pola makan yang tidak teratur dan kolesterol tinggi, menjadi penyebab serangan jantung. Sedang bagi si miskin, stres tinggi, dapat memicu hal yang sama.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Tidak bisa dimodifikasi Bisa dimodifikasi
Usia Kencing manis
Jenis kelamin laki-laki Hipertensi
Riwayat keluarga PJK Merokok
Riwayat PJK sebelumnya Obesitas
Kurang olah raga
Stres psikis

Untuk itu perlu upaya pencegahan gangguan jantung. Di antaranya dengan menghilangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Selain itu, kesadaran pola hidup sehat juga penting untuk diperhatikan.

Dokter spesialis jantung Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Trisulo Wasyanto, menjabarkan makna kata S-E-H-A-T. Kata itu adalah akronim dari seimbang gizi, enyahkan rokok, hindari stres, awasi tekanan darah, dan teratur berolahraga.

Ada piramida makanan yang patut diperhatikan yakni di puncak adalah makanan tinggi garam, lemak, minyak, alkohol dan gula. Makanan ini disarankan untuk paling sedikit dikonsumsi. Di level tengah ada makanan daging, ikan, ayam, buncis, kacang-kacangan dan telur. Selain itu juga susu, keju, dan yogurt.

Di level paling bawah adalah buah-buahan dan sayuran, roti dan sereal. Makanan tersebut sangat baik untuk kesehatan, terutama kesehatan jantung. Trisulo menjelaskan pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala. Beberapa jenis pemeriksaan di antaranya pemeriksaan fisik oleh dokter, laboratorium, foto thorax, cek electrocardiogram EKG, treadmill test, ekokardiografi atau kateterisasi jantung.

“Banyak yang enggan check up takut tahu penyakitnya,” kata dia saat seminar Mengenal Gejala Awal Penyakit Jantung dan Penanganannya di RS PKU Solo, Sabtu (28/12/2013).

Screening lebih baik dilakukan jika usia sudah lebih dari 40 tahun meski tanpa keluhan. Selain itu juga pada anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes, dan mati mendadak di usia kurang dari 50 tahun.

Sedangkan untuk memulihkan gangguan jantung terutama gangguan pembuluh darah koroner jantung, maka pasien disarankan ikut program rehabilitasi. Program ini, kata dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Noer Rachma, untuk menjamin terbentuknya kondisi fisik, psikologi maupun sosial.

“Program rehabilitasi jantung yang komprehensif di antaranya edukasi dan konseling. Kedua upaya mengontrol faktor risiko, serta program latihan fisik dan konseling aktivitas fisik,” jelas dia, Selasa.

Tim rehabilitasi jantung terdiri dari beberapa ahli, di antaranya spesialis jantung, bedah thorax, spesialis rehabilitasi medik, psikiater, fisioterapi, psikolog, petugas sosial medik, okupasi terapi dan ahli gizi.

Tujuan program rehabilitasi pada penderita gangguan jantung adalah meminimalisasi risiko terjadinya serangan ulang, dengan mendorong penderita melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Noer menambahkan latihan fisik memiliki manfaat vital, namun dapat pula mencetuskan serangan ulang.

Guna meminimalisasi hal tersebut, sebelum memulai program latihan fisik, penderita harus mendapatkan rekomendasi dari dokter. Latihan fisik terbagi atas beberapa macam, di antaranya aerobik dan anaerobik. Contoh aerobik antara lain lari, jalan, treadmill, bersepeda dan renang.

Efek aerobik adalah kesegaran kardiorespiratori, karena olahraga ini mampu meningkatkan serapan oksigen, meningkatkan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen dan denyut nadi menjadi lebih rendah saat istirahat maupun aktivitas. Latihan dihentikan jika timbul rasa nyeri dada, dan sesak nafas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya