SOLOPOS.COM - Pemuda asal Sumberlawang Sragen, Fajar Sidik Abdullah Kelana berhasil menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di ajang penghargaan internasional James Dyson Award. (Istimewa/dok. Fajar Sidik Abdullah Kelana)

Solopos.com, SRAGEN — Pemuda asal Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Fajar Sidik Abdullah Kelana, 28, berhasil menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di ajang penghargaan internasional James Dyson Award.

Anak buruh tani asal Dukuh Ploso, Desa Jati ini menjadi orang Indonesia pertama yang meraih James Dyson Award. Ini merupakan penghargaan untuk insinyur dan inovator muda internasional yang diselenggarakan oleh James Dyson, salah satu insinyur dan inovator terkemuka asal Inggris.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Tidak menyangka bisa dipilih dan dianugerahi menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di James Dyson Award. Sebuah kebanggaan bagi saya sebagai pemuda Indonesia dan anak dari keluarga petani miskin dari Sragen, Jawa Tengah mendapatkan penghargaan dan diapresiasi oleh James Dyson,” terang Fajar pada Jumat (6/1/2023).

Penghargaan tersebut bentuk apreasiasi, inspirasi, dan dorongan kepada insinyur dan inovator muda di seluruh dunia untuk menciptakan inovasi teknologi yang dapat memecahkan berbagai masalah ril di berbagai sektor strategis di seluruh dunia.

Lantas, siapa sebenarnya Fajar? Fajar lahir di Sragen pada 1994 lalu. Ia hidup bersama ibunya yang single parent. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan sepekan setelah ia lahir. Krisis ekonomi 1998 membuat pertanian di Sragen terdampak. Ibunda Fajar berspekulasi dengan merantau ke Jakarta.

Ibunya bekerja serabutan dengan menjadi asisten rumah tangga (ART), membantu usaha kecil-kecilan, hingga jualan makanan. Dengan keringat sang ibu, Fajar bisa mengenyam pendidikan SD, SMP, hingga SMA di Jakarta.

Setelah lulus SMA, Fajar kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta lewat jalur tes tertulis. Ia lolos dan diterima di Program Studi Teknik Mesin pada 2012. Ia hampir menyerah untuk lanjut S1 itu karena tak punya biaya. Ia beruntung mendapatkan orang tua asuh untuk membiayai kuliah dan mendapatkan keringanan biaya dari kampusnya.

Fajar lantas menempuh pendidikan S2 di bidang Manajemen Inovasi dan Pengembangan Produksi di KHT Royal Institute Swedia. Ia mendapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari pemerintah.

Fajar mengembangkan inovasi teknologi bernama Banoo, sebuah alat microbubble generator untuk budidaya ikan. Alat ini bisa menghasilkan gelembung udara berukuran 40 mikron di dalam air dan mampu meningkatkan dissolved oxygen atau oksigen terlarut di dalam air hingga 10 ppm.

pemuda sragen inovator teknologi raih James Dyson Award
Teknologi Banoo ciptaan Fajar Sidik Abdullah Kelana. (Istimewa/dok. Fajar Sidik Abdullah Kelana)

Sejahterakan Petani

“Peningkatan oksigen terlarut hingga 10 ppm dengan menggunakan teknologi Banoo sudah terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan pertumbuhan ikan. Dan terbukti bisa meningkatkan hasil panen pembudidaya ikan di Indonesia 78% lebih banyak daripada alat aerasi kolam yang ada di pasaran. Jadi pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan pembudidaya ikan di Indonesia juga naik,” terang Fajar.

Teknologi Banoo juga terintegrasi dengan IoT (Internet of Things) water quality sensor sehingga alat Banoo beroperasi secara otomatis tergantung kualitas air di kolam atau tambak.

“Teknologi Banoo bekerja dengan sistem otomasi yang berdasarkan pada data kualitas air secara real-time. Ketika oksigen terlarut di dalam air rendah dan terbaca oleh IoT water quality sensor, maka sensor akan menyalakan alat untuk memproduksi gelembung oksigen berukuran mikron. Dan sebaliknya, ketika oksigen di dalam air sudah cukup tinggi, sensor akan memberikan sinyal ke alat untuk berhenti beroperasi. Fitur dan sistem ini bertujuan untuk menghemat konsumsi energi listrik.” paparnya.

Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga sedang dikembangkan lebih lanjut untuk terkoneksi dengan smartphone melalui aplikasi. Harapannya pembudidaya ikan dan petambak di seluruh dunia, terutama di Indonesia, dapat mengetahui kondisi kualitas air di kolam di lokasi mana pun.

Selain itu, di tengah isu potensi krisis energi dan permasalahan lingkungan di seluruh dunia, teknologi Banoo ke depannya juga akan dikembangkan untuk menggunakan listrik dari panel surya sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Sumber motivasi dan semangatnya dalam mengembangkan teknologi Banoo adalah latar belakang Fajar dari keluarga petani miskin di Sragen. Dari situlah ia memiliki semangat untuk menciptakan inovasi dan teknologi yang bermanfaat untuk rakyat kecil.

“Anak muda Indonesia harus terus semangat dan berjuang untuk berkarya dan memberikan kontribusi kepada bangsa Indonesia dalam bentuk apa pun. Penghargaan dari level nasional dan internasional bukan menjadi tujuan utama, tapi hanya bonus atas jerih payah dan kerja keras kita untuk bangsa Indonesia. Yang paling penting jadilah individu terbaik yang bermanfaat untuk orang lain, terutama untuk kesejahteraan dan kemakmuran tumpah darah Indonesia,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya