SOLOPOS.COM - Amirudin, guru honorer di Karanganyar yang Nyambi jualan sayur keliling. (Istimewa/dok. Amirudin)

Solopos.com, KARANGANYAR — Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2022 masih dihiasi cerita  tentang perjuangan guru yang harus menjalankan tugasnya sebagai pendidik sekaligus berjuang mempertahankan hidupnya sendiri.

Adalah Amirudin, guru SDN 03 Wukirsawit, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar yang setiap hari mengajar tetapi juga harus berjualan sayur keliling sepulang dari sekolah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ditemui di Jatiyoso beberapa waktu lalu, Amirudin mengatakan bahwa kedua pekerjaan itu memang harus sama-sama ia jalankan. Pasalnya, sebagai guru wiyata bakti alias honorer ia hanya dibayar Rp200.000 per bulan. Honor segitu tentu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apalagi ia sudah berkeluarga.

Oleh sebab itu, ia harus memiliki pendapatan lain untuk menopang hidupnya. Amirudin pun memilih berdagang sayur keliling setelah selesai mengajar. Berjualan sayur sebenarnya sudah ia geluti sejak 2009 atau saat ia masih duduk di bangku SMA.

Baca Juga: 448 Guru Honorer Karanganyar Daftar PPPK, tapi 7 Gugur

Saat ia menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Solo, Amirudin juga berjualan sayur keliling untuk membiayai sendiri kuliahnya. Hingga sekarang sudah menjadi guru, Amirudin tetap menekuni pekerjaan itu untuk kelangsungan hidupnya.

Warga Desa Wukirsawit ini menceritakan untuk menjalankan dua pekerjaan tersebut memang harus pandai-pandai mengatur waktu. Yakni dengan memulainya sejak pagi-pagi. Seusai menjalankan salat Subuh ia mempersiapan diri untuk berangkat ke pasar tradisional di daerahnya.

Mengendarai sepeda motor lawas yang sudah dilengkapi dengan keranjang sayur, ia membawa buah pisang yang sudah ia siapkan di rumah untuk dijual kepada pedagang-pedagang sayur di sana. Sembari berjualan pisang itu, Amirudin juga kulakan sayuran serta berbagai kebutuhan dapur untuk dagangannya sendiri.

Baca Juga: Kisah Guru Honorer Boyolali: Nyambi Jual Susu Sapi demi Penuhi Kebutuhan Harian

Selesai beraktivitas di pasar, Amirudi langsung meluncur ke Desa Beruk, Jaityoso, sejauh sekitar 6 kilometer dari rumahnya. Di sana ia berjualan sayur. Amirudin memiliki tempat langganan berjualan dan biasanya sudah ditunggu ibu-ibu yang ingin berbelanja sebelum ia datang.

Uniknya, Amirudin tak menunggui atau melayani para pembeli itu. Amirudin justru meninggalkan dagangannya itu untuk berangkat ke sekolah di SDN 03 Wukirsawit untuk mengajar olahraga. Ibu-ibu atau siapa pun ia biarkan memilih dan membayar sendiri apa yang mereka beli.

“Setelah dari pasar, saya langsung ke Beruk. Di sana sepeda motor dan dagangan saya tinggal. Siapa aja yang mau berbelanja silakan ambil sendiri dan bayar sendiri sesuai dengan harga yang sudah biasa mereka ketahui,” ujarnya.

Andalkan Kejujuran Pembeli

Amirudin hanya mengandalkan kejujuran pembelinya dalam bertransaksi. “Iya, itu [dagang] sayur kejujuran. Dagangan dan motornya saya tinggal untuk mengajar di Wukirsawit. Nah, untuk pergi ke sekolah, saya pinjam sepeda motor yang nganggur kepada orang-orang di Beruk. Alhamdulillah, pasti ada saja yang meminjamkan untuk saya. Yang penting saya isi bensin,” ujar Amirudin.

Baca Juga: Haikal Satu-Satunya Siswa Baru SDN 4 Pare Wonogiri, Ini Komentar Kasek

Seusai mengajar, sekitar pukul 09.30 WIB, ia kembali lagi ke pangkalan sayur. Biasanya dagangannya masih cukup banyak sehingga kemudian ia berkeliling desa untuk menjajakan sayurannya.

“Dari Beruk biasanya saya keliling sampai ke Desa Wonorejo [Kecamatan Jatiyoso] sampai dagangan habis atau sekiranya tinggal sedikit. Lalu saya pulang,” imbuh laki-laki kelahiran 1992 ini.

Dalam perjalanan pulang ia menyempatkan untuk kulakan pisang mentah dari petani. Pisang itu aa matangkan di rumah sebelum dijual di pasar.

Amirudin tak mengeluhkan dengan apa yang ia jalani selama ini. Baginya, mengabdi sebagai guru merupakan panggilan hati meskipun ia mendapatkan honor yang tak setimpal. Sedangkan berdagang sayuran keliling merupakan cara untuk hidup agar ia tetap bisa mengabdi.

Baca Juga: Disebut akan Gantikan Tenaga Honorer, Berapa Gaji Outsourcing?

Meski demikian, ia menyimpan harapan bisa menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) atau bahkan pegawai negeri sipil (PNS). “Mengajar atau berbagi ilmu kepada murid-murid ini saya niatkan ibadah dan semoga menjadi tabungan amal untuk kehidupan saya di akhirat nanti. Soal kehidupan saya, sementara ini saya cukupi dengan berjualan sayur,” ujar Amirudin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya