SOLOPOS.COM - Penataan stok beras di Gudang Bulog Sub Divisi Regional Malang-Pasuruan, Selasa (19/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Impor beras akhirnya dilakukan. Setelah data surplus beras BPS diragukan, giliran asosiasi pengusaha beras yang menyebut stok beras menipis.

Solopos.com, JAKARTA — Semakin menipisnya stok beras medium jenis IR3 di pasar induk dianggap sebagai lampu kuning bagi pemerintah untuk segera mengirim beras impor dari Vietnam dan Thailand serta segera melakukan intervensi pasar.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Soekidi, menyebutkan pasokan ke Pasar Induk Beras Cipinang Kamis (12/11/2015) masih terbilang normal, yakni sebesar 3.366 ton. Namun, terdapat penurunan pasokan yang cukup signifikan pada beras IR3 yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

“Sekarang yang paling banyak itu IR1 dan IR super, IR3 yang sedikit, seharusnya imbang. IR3 itu biasanya sehari 1.000 ton, tapi sekarang di kisaran 300-400 ton per hari, itu jumlahnya,” kata Nellys kepada Bisnis, Kamis (12/11/2015). Baca: Tak Ada Impor Beras Sampai Akhir Tahun.

Adapun, menurut Nellys, harga beras jenis medium tersebut saat ini sudah terlalu tinggi. Normalnya, harga beras IR3 di pasar induk berkisar antara Rp7.600-Rp7.700/kg, dan sekitar Rp8.100-Rp8.300 di konsumen. Sementara saat ini, sudah sangat sulit mencari beras IR3 di bawah harga Rp9.000/kg di pasar induk.

Nellys mengatakan beras IR3 merupakan jenis beras yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kendati ada beberapa indikator yang memperlihatkan peningkatan konsumsi beras yang kualitas lebih baik, IR3 masih diperlukan masyarakat, khususnya kalangan bawah. Baca: Indonesia Sudah Ekspor Beras Meski Sedikit.

Menurutnya, kondisi ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah dengan melakukan intervensi pasar agar kenaikan harga tidak terus berlanjut. Setidaknya, untuk intervensi pasar di pasar induk, pemerintah bisa mulai menggelontorkan pasokan beras antara 3.000-4.000 ton. Jumlah tersebut merupakan selisih antara pasokan normal beras IR3 dan pasokan saat ini.

“Ini untuk awal saja, kita kan belum tau perkembangan ke depan. Menurut saya tidak perlu dalam jumlah yang besar, tetapi kesigapan pemerintah bisa menstabillkan harga.”

Pengamat pertanian IPB Hermanto Siregar mengatakan, dengan indikasi pasokan beras IR3 yang mulai menipis di pasar induk menunjukkan bahwa stok sudah berada pada lampu kuning, karena produksi dalam negeri kurang memadai. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa data produksi beras Indonesia tidak akurat.

“Saya sih berharap yang di pasar induk itu tidak sepenuhnya benar. Tapi kalau dalam satu-dua pekan trennya semakin parah, itu sudah betul-betul hal yang membahayakan, sehingga rencana pemerintah untuk melakukan importasi itu harus segera direalisasi.”

Kendati beras premium belum menunjukkan penurunan pasokan, masalah yang dihadapi sebenarnya adalah daya beli masyarakat. Kalau pun, stok beras medium semakin langka, masyarakat mau tidak mau pasti membeli beras premium, tetapi dengan jumlah yang lebih kecil.

Menurutnya, beras yang dibeli oleh pemerintah dari Vietnam dan Thailand harus segera dikirim ke Indonesia, mengingat pengapalan komoditas tersebut membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Yang dikhawatirkan adalah, satu bulan ke depan, stok akan semakin tipis dan harga semakin tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya