Solopos.com, MADIUN — Harga minyak goreng yang melambung tinggi beberapa pekan terakhir ini berdampak pada produsen kerupuk di Kabupaten Madiun. Produsen terpaksa mengurangi ukuran kerupuk untuk menyiasati tingginya biaya produksi.
Pengurangan ukuran kerupuk ini salah satunya dilakukan produsen di Desa Mojopurno, Kecamatan Wungu. Kariman, pemilik pabrik kerupuk itu, mengatakan saat ini harga minyak goreng mencapai Rp20.000/kg. Padahal sebelumnya hanya Rp10.000 sampai Rp12.000 per kilogram.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Harga minyak goreng yang naik dua kali lipat ini sangat menyulitkan kariman. Terlebih usahanya sangat membutuhkan minyak goreng. “Kebutuhan minyak goreng per hari mencapai 75 kg,” kata Kariman.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Mahal, Produsen Rambak Klaten Hanya Bisa Bertahan
Sekali beli, ia bisa membeli empat drum minyak goreng dengan kapasitas 180 kg/drum. Itu sebelum harganya naik. Kini, ia hanya bisa membeli satu drum.
“Satu drum minyak goreng berisi 180 kg itu sebelumnya hanya seharga Rp2,7 juta. Tetapi sekarang mencapai Rp3,5 juta. Satu drum minyak itu untuk produksi kerupuk dua hari,” jelasnya.
Untuk menyiasati supaya tidak terlalu rugi, Kariman memperkecil ukuran kerupuknya. Selain itu, dia juga mengurangi jumlah karyawan. Dari sebelumnya 13 orang, saat ini hanya tingga 7 karyawan.
Baca Juga: Kendalikan Harga, Pemerintah Sediakan Minyak Goreng Murah untuk 6 Bulan
“Meski ukuran sudah diperkecil, itu juga tidak menyelesaikan masalah. Masih rugi. Karena pengurangan ukuran pun tidak bisa menutupi biaya produksi,” kata dia.
Dia berharap harga minyak goreng bisa turun seperti harga sebelumnya. “Kapaistas produksi kerupuk saya sekitar 200 kg/hari. Itu untuk jenis kerupuk bandung dan rambak,” ujarnya.