SOLOPOS.COM - Bakul tahu di Pasar Bunder Sragen meladeni pembelinya di tengah harga kedelai yang melambung, Rabu (5/10/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN–Para bakul tahu di Pasar Bunder Sragen mengeluh dengan harga kedelai impor yang melambung tinggi sejak dua pekan terakhir.

Harga kedelai yang awalnya Rp11.600/kg naik menjadi Rp12.800/kg. Mereka terpaksa harus mengurangi ukuran tahu agar bisa mendapatkan laba meskipun para pembeli juga mengeluh.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seorang bakul tahu asal Teguhan, RT 009, Sragen Wetan, Sragen, Erna Wijayanti, 39, mengatakan harga kedelai naik sejak dua pekan terakhir.

Erna membeli kedelai itu sak-sakan. Setiap saknya berbobot 50 kg. Dia mengatakan biasanya beli satu sak itu Rp580.000/sak atau 11.600/kg sekarang harganya menjadi Rp640.000/kg atau Rp12.800/kg.

“Saya tidak tahu penyebab naiknya harga kedelai tersebut. Kemungkinan dolar naik kemudian harga kedelai ikut naik. Ini kan kedelai impor. Kami menyiasati dengan mengurangi takarannya. Biasanya satu sak jadi tujuh ember sekarang dibagi menjadi delapan ember. Ukuran tahunya menyesuaikan,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (5/10/2022).

Baca Juga: Mendorong Kedelai Lokal Naik Kelas

Dia mengatakan para bakul hanya bisa menyiasati karena kalau protes mau protes kepada siapa? Dia mengatakan dulu sudah protes seperti itu juga tidak ada solusi bagi para bakul. Dalam sehari, kata dia, biasanya bisa habis 100 kg.

“Para pembeli tidak mau kalau harganya naik. Bakul-bakul tahu ini susah. Harga kedelai naik, solar naik, kalau beli harus membawa surat izin usaha, kemudian harga sekam untuk memasak juga naik. Terpukul benar ini,” ujarnya seraya mengatakan dengan kondisi seperti itu yang penting usaha bakul tahu masih jalan.

Bakul tahu lainnya, Eny, mengatakan harga kedelai naik luar biasa. Sepekan yang lalu harga sudah Rp12.300/kg dan sekarang menjadi Rp12.700/kg. Masalahnya apa, Eny tidak mengetahui. Bagi Eny yang penting bakul masih jalan.

“Iya ukurannya jadi kecil meskipun pembeli juga mengeluh. Pembeli ya tetap beli walaupun mengeluh dengan ukuran yang kecil. Produksinya juga berkurang, awalnya 2,5 kuintal juga berkurang. Kalau saya belinya ton-tonan. Yang jelas setiap tonnya itu naik Rp350.000,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya