SOLOPOS.COM - Gunawan Maryanto. (Instagram/@gunawanmaryanto)

Solopos.com, SOLO-Aktor, penulis, sekaligus sutradara teater Gunawan Maryanto mengembuskan nafas terakhir pada Rabu (6/10/2021) pukul 20.00 WIB di RS Ludira Husada, Yogyakarta. Diketahui dari pihak keluarga, seniman kelahiran 10 April 1976 tersebut meninggal dunia karena serangan jantung.

Mengutip dari akun Instagram Teater Garasi, jenazah Gunawan Maryanto dikebumikan pada Kamis (7/10/2021) ini di Karang Malang. Kepergiannya yang begitu mendadak tersebut tak pelak menyisakan duka yang begitu mendalam bagi keluarga dan rekan-rekannya.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Ketua Humas Persatuan Artis FIlm Indonesia (Parfi), Evry Joe, pun mengucapkan duka yang mendalam atas kepergian seniman yang akrab dipanggil Cindhil itu.

Baca Juga: Perempuan Lebih Mudah Kedinginan? Ini Penjelasan Para Ahli

“Saya Evry Joe, Ketua Humas Parfi mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulang dengan mendadaknya sahabat kita, seniman dari Jogja, mas Gunawan Maryanto,” katanya, dikutip dari Antara.

Semasa hidup,  Gunawan Maryanto telah berkecimpung di dunia seni sejak tahun 90-an. Ia aktif mengelola Teater Garasi sebagai associate artistic dan Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) sebagai penata program.

Sebelumnya, ia mendapat sorotan positif setelah berhasil memerankan Wiji Thukul dengan membawa pulang penghargaan dari Usmar Ismail Award 2017 pada kategori aktor pria terbaik. Film lain yang pernah dibintangi Gunawan yakni Toilet Blues, Optatissimus, Mencari Hilal, dan Aach… Aku jatuh Cinta!

Mengutip laman Bisnis.com, Kamis (7/10/2021), Gunawan Maryanto pernah memenangkan Piala Citra Film Festival Indonesia (FFI) 2020 berkat perannya sebagai Siman dalam film Hiruk- Pikuk si Al-Kisah (2019).

Baca Juga: Tukul Arwana Pendarahan Otak, Nunung Akui Syok

Selain di dunia film, pria dengan nama panggilan Cindil itu juga terkenal sebagai penulis yang kerap menorehkan banyak penghargaan.

Salah satu karya yang pernah mendapat penghargaan Khatulistiwa Literary Award untuk buku puisi Sejumlah Perkutut buat Bapak. Karya sastra miliknya yang lain yakni Galigi Kumpulan Cerita Pendek (2007), Perasaan-Perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya (2008), Kembang Sepasang (2017) dan Sakuntala Buku Puisi (2018).

Baca Juga: Deretan Artis Kehilangan Motor, Dimaling Hingga Dibawa Kabur Karyawan

Dirinya berhasil memimpin sejumlah pementasan berjudul This Republic Need More Semeleh (Wayang Bocor Project, 2011), Catur Kuncoro and Yennu Ariendra dalam karya Perseteruan Getah Bening (Wayang Bocor Project, 2010). Selain itu, Penagih Hutang (karya Anton Checkov, 1999) berkolaborasi bersama Eko Nugroho, Kisah Cinta Dll (karya Arifin C Noer, 1997), Lawan Catur (karya Sir Kenneth William Goodman, 1996), dan bersama Teater EMWE SMAN 6 Yogyakarta menggarap “Tanda Silang” (karya Eugene Oneil, 1995).

Adapun sejumlah karya pernyutradaraannya bersama Teater Garasi di antaranya adalah Sri (adaptasi dari Yerma karya F Garcia Lorca, 1999), Repertoar Hujan (2001, 2005), Gandamayu (2012), dan Krontjong Mendoet (2012).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya