SOLOPOS.COM - Aktivitas perajin gerabah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Kamis (21/7/2022). Kerajinan gerabah di desa setempat berlangsung secara turun-temurun sejak nenek moyang mereka. (Solopos.com/Wildan Farih Kurniawan)

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah orang di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten telah menekuni usaha gerabah secara turun-temurun. Tak hanya tembus di pasaran lokal, pemasaran gerabah asal Desa Melikan sudah tembus hingga mancanegara.

Salah seorang perajin gerabah asal Desa Melikan, Leli Rahmad, mengaku sudah menekuni usahanya sejak tahun 2006. Leli terus berinovasi mengembangkan produknya hingga sekarang. Produk gerabah di Melikan ada yang dicetak, ada pula yang dibikin secara manual (buatan tangan).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Ini usaha dari simbah-simbah terdahulu. Dulu, awalnya dimulai dari kendi dan celengan yang berasal dari tanah liat,” katanya kepada Solopos.com, Kamis (21/7/2022).

Gerabah buatan warga Desa Melikan memiliki ciri khas, yakni terdapat kilap cahaya ungu saat terkena sinar matahari. Cahaya ungu itu hasil dari proses pengasapan dengan daun munggur.

Pemasaran gerabah di Melikan terdiri dari lokal dan mancanegara. Di tingkat lokal, pemasaran mencakup Jogja, Solo, Salatiga, dan daerah lainnya. Di tingkat mancanegara, pemasaran sudah menembus Australia dan Belanda.

Baca Juga: Teknik Putaran Miring Gerabah Melikan Klaten Sedot Perhatian Dunia

“Sudah pernah mengirim hingga Australia dan Belanda. Omzet per bulan senilai Rp12 juta. Permasalahan yang diharapi perajin gerabah saat ini, menipisnya bahan baku berupa tanah liat. Bahan baku mulai sulit dan saya berharap pemerintah dapat memfasilitasi perajin gerabah di Melikan,” katanya.

Kendala bahan baku yang dialami perajin gerabah juga disampaikan Sekretaris Desa (Sekdes) Melikan, Sukanta. Pemdes sudah usul berkali-kali ke pemerintah tingkat atasnya guna menyikapi persoalan tersebut. Hingga kini, belum ada respons terkat usulan tersebut.

“Kendala yang utama soal bahan baku tanah untuk gerabah,” katanya.

Baca Juga: Dikenal Teknik Putaran Miring, Melikan Bangun Wisata Edukasi Gerabah

Pemdes Melikan siap berkolaborasi dengan siapapun yang bisa memfasilitasi dan memberi solusi bersama bagi keberlangsungan kerajinan gerabah.

Produk gerabah di Melikan, seperti tempat dawet, pot, peralatan dapur, guci, wastafel. Harganya bervariasi, Rp15.000-Rp1 juta per unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya