Solopos.com, KLATEN – Secara turun temurun, warga Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten melestarikan keahlian yang ditularkan dari nenek moyang mereka menjadi perajin gerabah. Sentra kerajinan gerabah berada di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan.

PromosiMitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di dukuh itu ada lebih dari 200 orang yang membuat kerajinan gerabah. Salah satu teknik pembuatan gerabah yang hingga kini masih dilestarikan yakni teknik putaran miring. Teknik itu dilakukan kaum perempuan untuk membikin produk gerabah berukuran kecil seperti lepek, mangkuk, tempat sayur, dan lain-lain.

 

Perajin membuat gerabah menggunakan teknik putaran miring di salah satu tempat produksi di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten, Rabu (19/1/2022). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Baca Juga: Omzet Pengrajin Gerabah Melikan Klaten Sempat Melonjak Hingga 100% Selama Pandemi

Tradisi membuat gerabah dengan teknik putaran miring itu diyakini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Teknik tersebut menyedot perhatian dunia. Seniman keramik dunia salah satunya guru besar Kyoto University Chitaru Kawasaki pun khusus datang ke Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan untuk melakukan observasi dan penelitian tentang teknik putaran miring.

 

Pagerjurang dikenal dengan sentra kerajinan gerabah dengan salah satu keunikan proses pembuatannya menggunakan teknik putaran miring. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

 

Teknik putaran miring dilakukan kaum perempuan untuk membikin produk gerabah berukuran kecil seperti lepek, mangkuk, tempat sayur, dan lain-lain. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi