Solopos.com, KARANGANYAR -- Gabah hasil panen petani di Kabupaten Karanganyar menjadi incaran bakul dari wilayah Pantura. Terutama dari Kebakkramat dan Jaten.
Solopos.com mendapatkan cerita itu dari Kepala Seksi (Kasi) Distribusi dan Cadangan Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan (Dispertan PP) Kabupaten Karanganyar, Budi Sutrisno. Sejumlah wartawan berkesempatan mengecek penyerapan gabah oleh Gudang Bulog Triyagan di salah satu petak sawah di Desa Gaum, Kecamatan Tasikmadu pada Jumat (26/3/2021).
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Budi juga mengingatkan Bulog agar lebih gesit menyerap gabah hasil panen petani pada musim tanam kali ini. "Kalau Bulog kurang cepat, bisa kalah cepat dari pembeli [pantai utara] Pantura. Banyak bakul dari Pantura masuk. Misalnya Demak," kata Budi saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (27/3/2021).
Baca juga: Pengin Tambahan Penghasilan, Seratusan Ibu-Ibu Karanganyar Antusias Jadi Duta Sasa Santan
Bakul dari Demak itu, lanjut Budi, mengincar hasil panen gabah di wilayah Kecamatan Kebakkramat dan Jaten. Menurut Budi, bakul-bakul dari wilayah Pantura itu sudah mengetahui jadwal panen di dua kecamatan tersebut.
"Kalau Kebakkramat mulai panen, mereka pasti datang. Itu luar biasa. Yang diincar itu Jaten dan Kebakkramat. Gabah diolah menjadi beras lalu dijual," tutur dia.
Dia juga menyebut bahwa bakul dari Pantura itu tidak seperti tengkulak. Mereka, kata Budi, menghargai gabah sesuai kualitas panen. "Jadi sistemnya [pembelian] seperti Bulog. Ada kualitas, ada harga. Mereka datang sudah bawa truk untuk mengangkut gabah. Tinggal cepet-cepetan dengan Bulog," jelas dia.
Setor Uang Muka
Disinggung tentang cara kerja tengkulak, Budi menjelaskan tengkulak akan membayar uang muka kepada petani bahkan sebelum padi dipanen. Sistem itu sering disebut panjar. Budi malah menyebut tengkulak seolah-olah tahu akan seperti apa kualitas panen di sawah tersebut.
Baca juga: Bulog Triyagan Berkejaran dengan Tengkulak Serap Gabah Petani Karanganyar
"Ini masalah klasik. [Tengkulak] mau beli dimana itu dipanjari. Baru mulai berbunga itu saja sudah dibayar. Tengkulak kayak tahu ini nanti panen akan bagus makanya berani panjar," ujar Budi terkekeh.
Budi berharap petani menghentikan kebiasaan menjual gabah sebelum panen. Dia mendorong petani menunda penjualan apabila harga gabah jatuh. Sayangnya, pemerintah hanya dapat memberikan imbauan.
"Kami enggak bisa memaksa karena petani butuh uang untuk masa tanam berikutnya. Lagipula kalau menunda jual, petani tidak punya sarana prasarana memadai. Misal tidak ada lantai jemur, oven," ungkap dia.
Baca juga: Pemdes Dayu Karanganyar Kembangkan Ekosistem Wisata, Modalnya dari Iuran Masyarakat
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar melalui Dispertan PP melaksanakan MoU dengan Bulog Subdivre Surakarta pada 18 Maret lalu. MoU berkaitan dengan penyerapan 15.000 ton gabah hasil panen Maret hingga April. Budi menyampaikan sudah mengumpulkan koordinator penyuluh pertanian di setiap kecamatan untuk menyukseskan program itu.
"Peluang penyerapan Bulog di Tasikmadu, Jaten, dan Kebakkramat. Kalau Bulog terlambat ya sudah. Setidaknya di situ masih ada 3.000 hektare. Matesih dan Karangpandan masing-masing 50 hektare. Mojogedang dan Karanganyar sudah panen semua."