SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (Solopos-dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri mengimbau warga waspada terhadap bencana yang berpotensi terjadi akibat fenomena kemarau basah pada tahun ini.

Seperti diketahui, dua pekan terakhir terjadi hujan di Kabupaten Wonogiri dan daerah sekitarnya. Namun, lokasi yang diguyur hujan tidak merata dan tidak setiap hari. Kadang hujan mengguyur saat siang, sore, atau tengah malam. Pernah terjadi gerimis pada pagi hari. Kadang hujan deras kadang tidak deras.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, kepada Solopos.com, Minggu (27/6/2021), menyampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyebut mulai masuk kemarau pada April lalu. Puncak kemarau terjadi pada Agustus mendatang.

Baca Juga: Isolasi Mandiri, Perempuan Wonosari Klaten Ditemukan Gantung Diri

Meski begitu pada periode sebelum puncak Agustus diprediksi masih terjadi hujan dengan intensitas curah hujan rendah. Ini biasa disebut kemarau basah. Fenomena ini pernah terjadi pada 2016 atau 2017 lalu.

“Terjadinya hujan pada April, Mei, dan Juni sudah diprediksi BMKG. Wonogiri termasuk salah satu daerah yang diguyur hujan. Kami selalu memberi informasi prakiraan cuaca kepada masyarakat. Ini agar masyarakat waspada,” kata Bambang saat dihubungi.

Dia melanjutkan, hujan yang terjadi akhir-akhir ini di Kabupaten Wonogiri tidak merata seperti saat musim penghujan. Saat ada wilayah yang diguyur hujan sebagian wilayah lain tidak hujan. Hingga Minggu BPBD tidak menerima laporan adanya bencana.

Kendati demikian Bambang mengimbau warga selalu waspada. Hujan meski tidak deras tetap berpotensi mengakibatkan bencana, seperti angin kencang atau longsor. BPBD juga mengambil langkah antisipasi, yakni dengan mengecek alat pendeteksi dini longsor atau early warning system (EWS) di sejumlah kecamatan.

Ada beberapa EWS yang slingnya putus. Alat yang tertancap di tanah itu berfungsi sebagai pendeteksi getaran. BPBD akan mengganti sling yang putus tersebut. “Ada EWS yang akan kami pindah ke lokasi rawan bencana lain. Itu karena area lokasi yang dipasangi EWS tersebut sudah stabil, tidak ada pergerakan lagi,” ulas Bambang.

Di sisi lain, kemarau basah ini membawa berkah bagi warga Kabupaten Wonogiri wilayah selatan. Hujan membuat debit air yang keluar dari sumber air meningkat, sehingga warga dapat memanfaatkannya lebih lama. Sebelum hujan debit air mulai minim. Itu seperti terjadi di Kecamatan Giriwoyo. Bahkan, sebagian warga Kecamatan Paranggupito sudah sempat membeli air bersih.

Baca Juga: Mau Tanya Seputar Covid-19 di Jateng, Ini Nomornya…

Camat Paranggupito, Sulistyani, mengatakan saat ini warga yang membeli air bersih sudah berkurang karena bisa memanfaatkan air hujan. Pemanfaatan air hujan bagi warga Kecamatan Paranggupito sudah lazim, karena minim sumber air. Warga menampung air hujan di bak khusus.

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari sejumlah berita, BMKG memperkirakan iklim global La Nina meningkatkan curah hujan hingga 40 persen saat penghujan 2020-2021 di Indonesia. Pengaruh La Nina berpeluang menyebabkan terjadinya kemarau basah. BMKG menyebut Mei lalu merupakan masa transisi dari penghujan ke kemarau.

Pada masa transisi itu berpotensi terjadi hujan dengan curah hujan sedang hingga rendah. Hujan diperkirakan masih terjadi pada Juni-Agustus di sebagian besar wilayah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Sulawesi Selatan, Lampung, Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi Selatan, Papua, dan Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya