SOLOPOS.COM - Rumah Warga Klinggen yang terdampak proyek pembangunan Tol Solo-Jogja di Kecamatan Sawit. Boyolali. (Istimewa/Waluyo).

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 32 warga terdampak proyek tol Solo-Jogja yang berada di RT 005/ RW 002 Dusun Klinggen, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Boyolali harus gigit jari karena batal membangun perumahan dalam satu kompleks.

Hal itu disebabkan lahan tanah yang akan mereka bangun sebagai kompleks perumahan warga RT 005/003 berharga fantastis.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebelumnya, mereka berencana membuka lahan persawahan untuk dijadikan perumahan satu kompleks di Dusun Klinggen. Namun karena harga tanah meroket, mereka batal membangun perumahan di satu kawasan.

“Keinginan awal satu RT satu kompleks, rencana awal mau beli sawah warga, tetapi kenyataan dari harga tidak deal,” ucap salah satu warga terdampak, Aisyika, 39, kepada Solopos.com, Sabtu (3/9/2022).

Ais mengatakan sebelum nya harga tanah di sekitar warga terdampak tol Solo-Jogja itu kisaran Rp600.000 per meter. Namun, karena adanya pembangunan jalan tol, harga tanah sekitar lokasi menjadi berubah.

Baca juga: Dilalui Jalur Tol, Ekonomi Banyudono Boyolali Diprediksi Berkembang Pesat

Menurut Ais, harga yang ditawarkan pemilik lahan untuk dibangun perumahan lebih tinggi dibandingkan uang ganti rugi yang diberikan pemerintah.
“kami dapat nya kompensasi lahan kan per meter Rp1.200.000, sedangkan pemilik lahan minta nya Rp2.000.000, kami nombok [nambah],” ucap dia.

Keinginan warga agar tinggal satu kompleks mesti dibuyarkan meski pemerintah sudah memberi izin alihfungsi lahan, dari lahan sawah menjadi lahan perumahan.

“Sawah itu sistem sertifikatnya basah, kemarin mengajukan sudah sampai kabupaten, sudah ditinjau kalau untuk satu RT bersamaan di situ [lahan sawah yang rencananya untuk perumahan] diusahakan menjadi lahan kering bisa,” ucap dia.

Ais mengatakan beberapa warga Boyolali terdampak tol Solo-Jogja ini akhirnya membangun rumah secara mandiri dan terpisah.

“Ada yang membangun sendiri, beli lahan sendiri ditempati sendiri. Ada juga yang berkelompok, saya misalnya, saya bersama kelompok membeli sepetak tanah, kemudian dibagi jadi empat sertifikat tanah untuk dibangun rumah,” ucap dia.

Baca juga: Wow, UGR Tol di Polanharjo-Karangnongko Klaten Tembus Rp1,89 Triliun

Meski sudah terpisah, warga setempat yang terdampak membuat satu paguyuban untuk mengeratkan silaturahmi. “Tapi dari kami pisah itu masih ada paguyuban, jadi satu bulan sekali masih ada pertemuan, sudah berjalan dan lokasinya pindah-pindah,” ucap dia.

Selain itu, Ais mengatakan dari sisi administrasi kependudukan warga Dusun Klinggen statusnya belum pindah.

“Dari pihak kelurahan sepakat, RT nya masih disini, meskipun kami pindah tapi masih ada paguyuban, jadi masih domisili warga Dusun Klinggen. Dari pihak kelurahan ada kompensasi seperti itu,” ucap dia.

Warga terdampak lainnya, Waluyo, 40, mengatakan setidaknya ada 16 KK yang membangun rumah baru di luar area Desa Guwokajen. Namun kebanyakan warga yang membangun rumah baru masih di area Desa Guwokajen.

“Kebanyakan warga membangun rumah tidak jauh dari lokasi, yang jauh ada sekitar tujuh rumah, mereka membangun rumah di Kecamatan Banyudono, Pengging, Teras, dan Ngemplak,” ucap dia kepada Solopos.com.

Baca juga: 1 Warga Dapat Uang Rp11,5 Miliar Ganti Rugi Tol Solo-Jogja

Selama proses pengerjaan tol ini, masih ada beberapa warga masih menempati rumah mereka.

“Saat ini ada 12 rumah yang masih ditinggali oleh warga sembari menunggu selesainya pembangunan rumah baru, termasuk saya,” ucap Waluyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya