SOLOPOS.COM - Suasana pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (23/2/2018). (Bisnis-Dok)

Solopos.com, SUKOHARJO -- DPRD Kabupaten Sukoharjo meradang ihwal bau busuk yang ditimbulkan limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM) hingga kini belum teratasi.

Ketua DPRD Sukoharjo Wawan Pribadi mengancam penutupan pabrik serat rayon tersebut apabila PT RUM tidak bisa mengatasi masalah bau dari limbah yang dikeluarkan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

"Kalau memang tidak bisa dibenahi ya sudah ditutup saja pabriknya. Ini bukan masalah tidak mendukung investasi, kalau investasi justru mengganggu masyarakat, ya harus dihentikan," katanya, Senin (25/11/2019).

Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo bersama jajaran Muspida telah memanggil pihak manajemen PT RUM guna mengatasi persoalan limbah bau busuk itu pada Kamis (21/11/2019) lalu.

Dalam pertemuan itu disampaikan secara gamblang solusinya untuk mengurangi bau busuk limbah dari PT RUM. Yakni PT RUM tidak boleh memproduksi rayon diatas 90 ton. Namun, Wawan menduga masih munculnya bau busuk disebabkan karena PT RUM masih memproduksi diatas 90 ton.

"Bagi masyarakat awam tidak penting limbah masih dibawah baku mutu atau lainnya seperti disampaikan manajemen PT RUM. Yang penting buktinya masih ada bau menyengat," kesalnya.

Wawan juga mengatakan jika persoalan limbah bau PT RUM sudah berlangsung dua tahun lebih. Namun hingga kini perusahaan belum bisa mengatasinya dan dampaknya semakin meluas hingga Kabupaten Wonogiri.

Pemkab Sukoharjo sudah berulang kali memanggil dan meminta manajemen PT RUM untuk menyelesaikan masalah limbah bau itu. Tetapi persoalan limbah bau belum teratasi. "Intinya, kalau PT RUM tidak bisa mengatasi masalah bau ini, ya tutup saja pabriknya," katanya.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Sukoharjo Agus Santosa meminta PT RUM untuk mentaati surat Pemkab Nomor 660.1/4091 /X/2019 tertanggal 26 Oktober 2019.

Dalam surat yang ditandatanganinya meminta manajemen PT RUM mengurangi produksi serat rayon. Namun jika belum mampu mengatasi bau, PT RUM diminta berhenti produksi sementara waktu.

"Kalau belum bisa mengatasi masalah bau berhenti produksi terlebih dahulu. Apalagi saat ini dirasakan terasa lebih menyengat baunya," pinta Agus.

Saat dimintai konfirmasi, PT RUM saat ini tengah berupaya melakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan agar meminimalisasi bau limbah pabrik tersebut.

"Kami melakukan perbaikan dan penyempurnaan agar dampak bau bisa terus ditekan," papar pejabat humas PT RUM Bintoro Dibyoseputro.

Soal kemungkinan bau yang keluar lantaran dugaan kebocoran gas H²S yang lolos dari Web Scrubber. Guna mengantisipasi gas H²S yang keluar tanpa melalui Web Scrubber pihaknya sudah memasang blower penyedot udara tambahan dalam ukuran besar. Penambahan blower ini dinilai memerlukan proses pemasangan.

"Kami berharap, setelah blower penyedot terpasang semua gangguan udara bisa menjadi reda atas gangguan udara," katanya.

Sementara itu warga masih mengeluhkan bau busuk dari limbah PT RUM hingga meminta Pemkab Sukoharjo melakukan langkah konkret untuk mengatasinya.

"Sangat bau, seperti septic tank. Sangat mengganggu aktivitas warga. Banyak yang sampai muntah dan kami tidak bisa lagi merasakan tidur nyenyak dua tahun ini," keluh Sumardi, warga Gupit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya