SOLOPOS.COM - Dokter spesialis paru RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Enny S. Sardjono (kanan), mengenakan APD lengkap saat akan menangani pasien Covid-19 di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI - Dokter spesialis paru RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Enny S. Sardjono, mengaku tak patah semangat menjadi dokter yang menangani langsung pasien positif Covid-19 di Wonogiri.

Dia paham betul berpotensi tertular. Dokter asal Solo itu bersyukur meski berkontak dengan pasien selama lebih dari dua bulan ini dirinya tetap sehat. Bagi dia berjuang melawan Covid-19 adalah jihad.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

60 Karyawan Perusahaan Makanan Cepat Saji di Jogja Dipaksa Resign, Gara-Gara Minta THR?

Dia tak memungkiri merasa takut tertular. Namun, karena sudah terbiasa rasa takut itu sirna dengan sendirinya. Sebagai manusia biasa, Enny juga kadang merasa jenuh. Betapa tidak, setiap hari dia harus mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap yang proses pemakaiannya membutuhkan waktu lebih kurang 30 menit.

Proses melepasnya pun sama lamanya. Hal itu karena karena sarana yang dikenakan dan dilepas tak hanya satu lapis. Belum lagi harus disemprot dengan disinfektan. Pemakaian dan pelepasan APD setiap hari harus sesuai prosedur.

Saat memakai tidak boleh ada sarana atau alat yang terlewat. Satu saja ada yang tak terpakai atau proses pemakaian dan pelepasan ada yang terlewat, bisa fatal akibatnya.

Relaksasi PSBB dan Kampanye The New Normal Skenario Herd Immunity di Indonesia?

Enny mengenakan APD pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB atau selama tiga jam sehari setiap sesi penanganan pasien. Rasanya gerah bukan main. Ditambah dia kerap mendengar pasien yang mengeluh bosan diisolasi dan ingin segera pulang.

“Karenanya, saya memberi penjelasan kepada pasien tentang program-program tindakan medis. Misalnya kapan harus dirontgen, menjalani pengambilan sampel untuk tes swab, dan lainnya. Dengan mengetahui program-program itu pasien bisa memahami dirinya masih perlu menjalani perawatan,” ucap Enny saat dihubungi Solopos.com.

Sedih & Menangis

Belakangan ini dokter di Wonogiri ini sedih, bahkan sampai menangis. Sebab, di saat dirinya dan tenaga medis (nakes) lainnya berjuang melawan Covid-19, banyak orang yang justru berbelanja di mal, jalan-jalan, dan aktivitas di luar rumah lainnya tanpa urgensi yang mendesak.

Mereka seperti tak berpikir Covid-19 mengintai dan seakan mengabaikan perjuangan para nakes melawan Covid-19. Melihat orang beraktivitas di luar rumah untuk sekadar bersenang-senang membuat Enny naik pitam.

Beredar Hoaks Warga Jateng Boleh Salat Id di Lapangan, Ini Seruan Ganjar

Dia berpikir untuk bertukar peran dengan mereka. Bahkan, dia kadang merasa ingin menyampaikan, jika terinfeksi Covid-19 silakan diobati sendiri, gantian saya yang refresing, karena saking mangkelnya.

“Kalau keluar rumah karena terpaksa harus bekerja atau berdagang untuk memenuhi tuntutan menghidupi keluarga, enggak masalah, karena sekarang kondisi serba susah. Tapi kalau keluar rumah hanya untuk jalan-jalan ke mal atau sekadar mencari hiburan, bikin kami [nakes] ndongkol [mendongkol]," katanya.

"Bisa-bisanya mereka melakukan itu. Apa mau merasakan diisolasi, enggak boleh bertemu keluarga, teman, hanya di ruang tertutup dengan fasilitas seadanya dalam waktu cukup lama? Sedih saya. Kalau begitu terus, terserah lah,” lanjut Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya