SOLOPOS.COM - Tembok Baluwarti sisi barat bagian luar Keraton Kartasura, Sukoharjo, yang dijebol warga diberi garis polisi, Jumat (22/4/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kasus penjebolan benteng bekas Keraton Kartasura di Kampung Krapyak Kulon, Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, menggegerkan masyarakat. Bagian yang dibongkar dengan alat berat adalah tembok Baluwarti sisi barat bagian luar Keraton Kartasura sepanjang sekitar enam meter.

Berdasarkan catatan Solopos.com, bangunan benteng bekas Keraton Kartasura yang tersusun dari tumpukan batu bata setinggi empat meter dan tebal dua meter terlihat masih kokoh, tapi kondisinya kurang terawat dan terdapat lubang menganga di beberapa sudutnya. Bagian bawah benteng tertutup rumput dan ilalang liar. Hal itu cukup memprihatinkan mengingat benteng itu bagian penting dari sejarah kejayaan dinasti Kerajaan Mataram Islam di Jawa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kondisi benteng bekas Keraton Kartasura cukup memprihatinkan. Yang paling utama kebersihan di dalam area benteng. Selain itu, banyak lubang di benteng. Sebagian batu bata dicuri oleh oknum tak bertanggung jawab untuk dikoleksi,” kata juru kunci benteng bekas Keraton Kartasura, Mas Ngabehi Suryo Hastono, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (21/2/2020).

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Keraton Kartasura memiliki dua benteng yakni benteng bagian dalam bernama Srimanganti dan benteng bagian luar bernama Baluwarti. Di dalam area benteng ada bangunan lain seperti masjid, bangsal dan permakaman. Sejatinya, ada bangunan lain yang telah dipindah Keraton Solo pada 1745 silam.

Baca juga: Warga Jebol Benteng Keraton Kartasura, Keraton Solo Desak Proses Hukum

Satu-satunya peninggalan Keraton Kartasura hanya dua benteng, Srimanganti dan Baluwarti. Lokasi Benteng Baluwarti ada di sisi barat, sekitar 450 meter dari Keraton Kartasura. Namun sebagian besar bagian benteng Baluwarti sudah tidak tampak lagi. Peninggalan Benteng Baluwarti yang masih bisa ditemukan hanyalah sepanjang sekitar 100 meter.

Mengutip laman borobudurtour.co.id, Jumat (22/4/2022), Sri Susuhunan Amangkurat II adalah raja yang membangun Keraton Kartasura pada tahun 1680. Jika dihitung mundur, tahun 2022 ini bangunan Keraton Kartasura berumur sekitar 342 tahun. Pascaperistiwa Geger Pacinan tahun 1742, istana Kesultanan Mataram tersebut dipindah ke Keraton Surakarta di Solo.

Pengendara sepeda motor melewati benteng bekas Keraton Kartasura di Kelurahan/Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jumat (21/2/2020). (Solopos-Bony Eko Wicaksono)
Pengendara sepeda motor melewati benteng bekas Keraton Kartasura di Kelurahan/Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jumat (21/2/2020). (Solopos-Bony Eko Wicaksono)

Tembok benteng Sri Manganti menjadi saksi bisu Keraton Kartasura yang dibangun pada tahun 1680-1742 oleh Amangkurat II. Berawal dari pemberontakan Trunajaya dari Madura pada tahun 1677, yang menyerbu di Keraton Mataram lama yang terletak di Plered. Saat itu Adipati Anom yang bergelar Amangkurat II, melarikan diri ke hutan Wanakarta dan mendirikan Keraton Kartasura.

Benteng bata merah Sri Manganti masih tampak kokoh berdiri mengelilingi kompleks utama Keraton Kartasura seluas 2,5 hektare. Ketinggian benteng dahulu mencapai hingga 6 meter dengan lebar 2 meter. Namun kini tinggi benteng sudah banyak berkurang, kurang lebih hanya sekitar 4 meter. Ada pula beberapa bagian benteng yang rusak dimakan usia.

Baca juga: Warga Jebol Benteng Keraton Kartasura Ngaku Tak Tahu Berstatus BCB 

Keraton Kartasura ini menghadap ke utara-selatan dengan 2 buah pintu gerbang. Pintu gerbang bagian utara sudah ditutup dan menyisakan pintu gerbang bagian selatan untuk akses keluar masuk benteng. Tembok yang dijebol Mas Garendi saat peristiwa Geger Pecinan tahun 1742, menjadi penanda perpindahan Keraton Kartasura menuju Keraton Surakarta Hadiningrat.

Saksi Pemberontakan Mas Garendi

Adanya lubang besar berdiameter 2 meter di bagian utara benteng Sri Manganti adalah saksi pemberontakan Mas Garendi yang dibantu etnis Tionghoa. Mereka menyerbu dan menghancurkan Keraton Kartasura dengan menjebol benteng menggunakan mesiu. Saat itu, Pakubuwono II yang bertakhta, melarikan diri ke Ponorogo dan otomatis Keraton Kartasura dikuasai oleh Mas Garendi dan diberi gelar Amangkurat V.

Tahun 1743, Pakubuwono II kembali ke Kartasura karena pemberontak sudah dikalahkan. Namun kondisi keraton yang porak poranda dan rusak, membuat dirinya memilih untuk memindahkan keraton Kartasura ke Sala yang saat ini dikenal dengan Surakarta atau Solo. Pakubuwana II menempati Keraton Surakarta pada tahun 1745.

keraton kartasura
Benteng Keraton Kartasura yang jebol dalam peristiwa Geger Pecinan. Foto diambil Agustus 2017. (Solopos-Mariyana Ricky PD)

Bentuk Keraton Kartasura tidak dibuat persegi empat, namun segi enam. Sejak ditinggalkan, Keraton Kartasura terbengkalai dan menjadi Hutan Keraton. Kemudian pada 1811, Paku Buwana IV memerintahkan abdi dalem untuk menengok kembali keraton lama. Namun yang tersisa hanyalah benteng cepuri saja.

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Sesalkan Warga Nekat Jebol Benteng Keraton Kartasura

Setelah dibersihkan selama 5 tahun, dan bertepatan pada tahun 1816 tersebut, punggawa Kraton Surakarta bernama Mas Ngabehi Sutorejo meninggal. Dia dimakamkan di Keraton Kartasura ini dan menjadi penanda berubahnya Keraton menjadi kompleks pemakaman.

Namun sejak adanya Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010, Hastana Keraton Kartasura sudah tidak dipergunakan lagi untuk makam baru. Sejak saat itu juru kunci terus merawat dan membersihkan kompleks Makam Keraton Kartasura ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya