SOLOPOS.COM - Suasana gudang milik Paguyuban Petani Organik Wonogiri (PPOW) Wonoagung Desa Kebonagung, Sidoharjo, Wonogiri, Senin (22/8/2022). (Solopos.com/ Andika Wahyu Purnama).

Solopos.com, WONOGIRI — Selesai dengan Batik Giriarum di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, perjalanan Tim Ekspedisi UMKM 2022 Solopos Media Group (SMG) dilanjutkan menuju Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Pengayom Tani Sejagad yang berada di Desa Kebonagung, Sidoharjo, Wonogiri, Senin (22/8/2022).

BUMP yang berada di bawah naungan Paguyuban Petani Organik Wonogiri (PPOW) Wonoagung pimpinan Hanjar Lukito Jati, 36, ini menjadi contoh sukses kelompok tani yang dikelola milenial. Menggaet 1.500-an petani organik, mereka mampu menaklukkan pasar ekspor di Amerika hingga Eropa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bersama 1.500-an petani dari delapan kecamatan di Wonogiri, PT Pengayom Tani Sejagad mampu memproduksi hampir 60 ton beras organik per bulan. Sebanyak 40 ton beras organik dijual ke pasar Eropa dan Amerika. Sisanya baru ke retail dan pasar dalam negeri.

“Kurang dari sepuluh negara yang rutin kami pasok per bulan. [Untuk beras organik] malah lebih mudah mencari pasar di luar negeri, daripada dalam negeri,” kata Hanjar di sela obrolan santai kami di kompleks Rumah Diskusi Petani milik PPOW Wonoagung, Senin (22/8/2022) sore.

Rumah Diskusi Petani di pinggir danau yang menyediakan olahan makanan organik tersebut dibangun berdasarkan hasil fair trade atau perdagangan adil dalam konsep kemitraan dagang di pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Baca juga: Ekspedisi UMKM 2022: Kisah Perjuangan Pengrajin Batik Girilayu Karanganyar

Hasil fair trade selama ekspor ke wilayah Eropa dan Amerika sejak 2019 hingga 2022 juga telah diwujudkan untuk membeli bank sampah, Rumah Diskusi Petani, hingga pembelian mesin traktor.

Hanjar mengatakan PT Pengayom Tani Sejagad merupakan BUMP dengan pemegang saham sepenuhnya yakni 1.500-an petani sebagai anggota. Menariknya, sebanyak 40% anggotanya merupakan petani milenial di bawah usia 40 tahun. Ditambah 30-an pengelola yang semuanya juga anak muda.

Saat ini mereka memiliki dua gudang utama yang dikelola untuk menampung hasil panen petani. Pertama yakni gudang di wilayah Sidoharjo yang menampung beras organik para petani.

Kedua, pengelolaan Sistem Resi Gudang (SRG) dengan menyewa gudang Pemkab Wonogiri yang sebelumnya mangkrak untuk menampung hasil panen padi nonorganik. Gudang tersebut mampu menampung 1.500-an ton beras milik petani di Wonogiri sebelum dijual ke konsumen langsung.

Track record yang tak main-main dalam pengelolaan bahan pangan bahkan membuat BUMP di wilayah Sidoharjo, Wonogiri, tercatat menjadi tim pengendali inflasi daerah di Wonogiri.

UMKM di Wonogiri
Salah seorang inisiator Paguyuban Petani Organik Wonogiri (PPOW) Wonoagung, Hanjar Lukito Jati, 36. (Solopos/Andika Wahyu Purnama).

Baca juga: Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Hanjar mengatakan besarnya paguyuban tani ini bukan didapat dengan cara instan. Ia dan timnya memulai sejak 2008. Ia menginisiasi paguyuban tani tersebut pada 2008 setelah selesai mondok di Pondok Pesantren Modern Gontor.

Hanjar bersama sang kakak dan seorang rekannya membentuk organisasi petani organik dengan anggota lima petani di desanya. Upaya tersebut sempat menemui hambatan karena mereka bingung mencari pasar. Terlebih awalnya mereka hanya menjual beras putih organik yang ternyata kurang menarik.

Sampai akhirnya kepikiran mengembangkan beras merah organik dan gencar dipromosikan dari pameran ke pameran. Gayung bersambut, mereka mendapat tawaran kerja sama dengan salah satu perusahaan besar untuk memasok beras ke sana pada 2012.

Sejak saat itu semakin banyak petani yang bergabung hingga menjadi 1.500-an orang. Setelah usahanya kian besar, paguyuban kemudian membuat PT dengan pemegang saham sepenuhnya adalah petani.

Awalnya tak mudah menggaet petani mau bergabung, namun akhirnya mereka bersedia. Jika dihitung, biaya produksi beras organik lebih murah dengan nilai jual lebih tinggi.

Baca juga: UKM Solo Nasrafa Ikuti Empat Pameran Luar Negeri Tahun Ini

Pengembangan mereka hingga ekspor ke luar negeri juga diawali dari pameran. Pada 2017 lalu Hanjar bertemu dengan WNA berdarah Indonesia yang tinggal di Singapura.

Dari pertemuan itu mereka bersekapat kerja sama menggagas ekspor beras organik. Setelah persiapan hingga dua tahun akhirnya ekspor ke kawasan Eropa dan Amerika terwujud sampai hari ini.

“Ketemu [partner yang mengenalkan soal ekspor] di pameran 2017, kemudian prepare setaun, 2019 kami ekspor. Butuh sertifikasi internasional bukan hanya satu negara, tapi hingga tiga negara standar AS, Eropa, dan Jepang,” jelasnya.

Di bawah bimbingan Bank Indonesia, PPOW Wonoagung saat ini sedang berupaya mengembangkan diversifikasi pangan berupa mi beras organik.

Hanjar dan tim telah melakukan riset selama tiga bulan, dan siap melakukan ekspor ke wilayah Asia sebulan lagi. “Ini [mi beras organik] sebagai upaya diversifikasi kami. Sebulan lagi kami siap ekspor,” kata Hanjar.

Baca juga: Kabar Baik untuk UMKM Soloraya, BPOM akan Bangun Balai Besar di Solo



PPOW Wonoagung di bawah komando Hanjar mengajarkan banyak hal soal pentingnya peran anak muda. Setelah ini, perjalanan tim ekspedisi masih berlanjut ke sejumlah UMKM hebat lainnya.

Ekspedisi UMKM 2022 yang digelar Solopos Media Group ini didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Shabat Warna Gemilang, dan Sun Star Motor.

Banner Ekspedisi UMKM 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya