SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Bisnis hotel diprediksi mulai rebound tahun ini setelah sempat terpuruk karena pandemi Covid-19. Optimisme ini muncul dengan dimulainya vaksinasi di Indonesia. Sehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha mulai meningkat. Selain itu, ditambah pula dengan ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh 4,4% tahun ini.

Founder & CEO Azana Hotels & Resorts, Dicky Sumarsono, optimistis bisnis hotel mulai rebound di tahun ini walaupun secara bertahap dengan alasan yang sederhana. Yakni dimulainya vaksinasi, melihat data pertumbuhan ekonomi sesuai dengan APBN 2021 sebesar 4,4%. Ditambah dengan adanya modal besar Indonesia berupa populasi penduduk yang mencapai 270 juta jiwa.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Banyaknya acara leisure, holiday, maupun meeting yang tertunda di tahun lalu. Menurut riset Inventure Alvara, setalah vaksin mulai disebar, mayoritas [63,3%] akan segera melakukan liburan setelah jenuh dan bosan di rumah. Hasilnya, destinasi wisata lokal akan ramai dikunjungi. Di sisi lain, adanya pembatasan akses antarnegara membuat destinasi domestik menjadi lebih diminati,” kata dia, kepada wartawan, Senin (25/1/2021).

Empat Fase

Selain itu, jarak yang dekat dan bisa diakses dengan kendaraan pribadi akan membuat masyarakat merasa lebih nyaman dan aman dalam bepergian. Carsome Consumer Survey menyebut selama PSBB, 60% pengguna transportasi umum dan 74% pengguna transportasi online beralih ke kendaraan pribadi. Dicky menilai mobilitas masyarakat Indonesia juga tinggi sehingga menjadi indikator opstimisme bisnis hotel pada 2021.

Dicky menilai prediksi roadmap pertumbuhan bisnis hotel di Indonesia pada 2021 terdiri dari empat. Fase pertama terjadi pada Januari – Februari. Menurutnya, bisnis hotel memasuki masa storming akibat libur akhir tahun yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 menjadi sangat tinggi.

Kondisi ini ditambah dengan kebijakan baru dari pemerintah yang sangat membatasi ruang gerak masyarakat dalam berkegiatan di luar rumah maupun di hotel. Selain itu, secara siklus tahunan pada Januari - Februari merupakan periode low season atas dasar tersebut okupansi hotel yang ada di Indonesia menjadi sangat rendah yang menyebabkan banyak bisnis hotel harus melakukan cost leadership secara besar-besaran.

Baca juga: Investor Pasar Modal Diprediksi Tumbuh Pesat, Ini Alasannya

Ada Perbaikan

Fase kedua pada Maret – Mei disebut fase surfing. Di mana fase ini menuju perbaikan bisnis dengan adanya vaksinasi nasional yang mulai masif dilakukan di berbagai daerah. Hal ini akan mendorong kegiatan bisnis serta mobilitas masyarakat Indonesia yang meningkat, travelling jarak dekat, liburan, dan acara meeting mulai banyak diselenggarakan di hotel. Dalam hal ini, okupansi hotel akan terlihat ada perbaikan yang signifikan dengan syarat jika kebijakan dari pemerintah tentang keterbatasan ruang gerak dan berkegiatan dicabut.

Selanjutnya fase ketiga pada Juni - Agustus yang merupakan masa envolving atau fase pengembangan. Pada fase ini bisnis hotel akan terlihat jauh lebih baik karena semakin banyak masyarakat Indonesia yang divaksinasi. Selain itu, pada bulan-bulan tersebut adalah musimnya orang berkegiatan seperti wedding, seminar, meeting, termasuk belanja pemerintah dan perusahan. Pada periode ini akan banyak acara leisure yang diselenggarakan di hotel, keyakinan masyarakat terhadap efektifnya vaksinasi di Indonesia lebih meningkat apalagi vaksinasi mandiri oleh pihak swasta mulai digencarkan.

Fase Keempat adalah fase returning pada September - Desember. Menurutnya, hampir semua hotel yang berhasil memanfaatkan momentum tahun lalu dan awal 2021 akan mengalami perbaikan revenue secara signifikan. Apalagi bagi hotel yang berhasil menciptakan bisnis model baru yang lebih relevan dengan situasi pasar.

“Adanya kelancaran operasional dan banyak hotel yang beradaptasi dengan teknologi digital, tim dan struktur organisasi yang baru yang lebih ramping serta agile bisa menghasilkan cashflow lebih optimal. Pada fase ini bisnis hotel bisa dibilang mulai rebound [harvesting period], destinasi wisata lokal akan semakin diminati,” papar dia.

Baca juga: Butuh Waktu hingga Tercapai Herd Immunity

Siapkan Strategi

Namun demikian, pihaknya menggarisbawahi sejak 2020 hingga sekarang bisnis hotel tidak bisa hanya fokus mengelola krisis saja tanpa menyiapkan strategi dan peluang pulihnya bisnis pada tahun ini. Dengan demikian, ketika ekonomi membaik, bisnis ini tidak ketinggalan. Menurutnya, pada saat itu manajemen harus tahu jika customer behavior,needs customer, hingga bisnis model berubah, maka kompetisi pun ikut berubah.

“Pengusaha hotel jangan melihat krisis ini hanya secara biasa-biasa saja, tetapi lihat secara ekstrem jangan mengeluh tentang situasi eksternal. Di samping itu, pastikan agar organisasi kita bisa adaptif, cepat bergerak, dan siap berkompetisi. Hanya mereka yang produktif dan inovatif, yang memiliki spirit entrepreneurship yang akan melihat kondisi ini hanya dari sisi peluang,” jelas dia.

Dicky Sumarsono memberikan penjelasan kepada awak media. (Istimewa)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya