SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sejak lama persaingan di kalangan penghuni perumahan Pondok Orde Baru Indah (POBI) di Kota Cilegon, berkisar di antara pemelihara kucing, kelinci dan burung perkutut. Binatang paling terkenal yang dipelihara mereka adalah biawak, tupai dan bunglon.

Saya sendiri memelihara dua kucing angora berwarna putih dengan bulu-bulunya yang lebat, dan masing-masing saya beri nama Dani dan Dina. Selain itu, saya juga memelihara kura-kura yang saya beli dari seseorang yang diam-diam menjualnya di kapal laut, dalam perjalanan dari Sumatra menuju Jawa di sekitar Pelabuhan Merak, Banten.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Suatu pagi, tepat pada pukul 06.00 WIB, ketika saya sedang menyiram tanaman di pekarangan sambil memberi makan piaraan, tiba-tiba muncul seseorang yang katanya dari Blok C2. Ia meminjam koran yang belum sempat saya baca, kemudian membuka-buka koran itu sambil duduk manis di ayunan serambi rumah saya.

Sebenarnya, saya tidak kenal lelaki paruh baya itu. Ketika saya perhatikan dari ekor mata, ternyata ia tidak membaca koran melainkan menatap Dani dan Dina yang sedang makan dengan tatapan berkaca-kaca, sambil geleng-geleng kepala. Keesokan harinya, lelaki itu mampir kembali sambil memamerkan seekor tupai yang baru dibelinya.

Dari balik tembok sekitar serambi rumah, pembantu tetangga sebelah menguping percakapan kami soal pakan angora, usia kucing, kebiasaan tupai, juga tentang cara-cara membersihkan kutu-kutu di bulunya. Lalu, dua hari kemudian, majikannya tiba-tiba menunjukkan tiga ekor kelinci kepada kami.

Sekarang tak ada lagi hal menarik yang perlu dicatat mengenai penghuni perumahan kami. Sampai kemudian di hari Jumat pagi, pada acara pengajian di Masjid Nurul Ikhlas, ada seorang ibu yang membawa tas agak besar dengan corak batik yang berlubang-lubang.

Sebentar-sebentar ada kepala mungil yang menjulur keluar melalui lubang-lubang kecil yang agak transparan itu. Beberapa ibu di dekatnya tiba-tiba melompat dan menjerit-jerit histeris. Ternyata, di dalam tas itu ada seekor kadal mungil yang konon baru dibelinya pada Kamis kemarin sore.

Hari Minggu pagi, ketika saya berolahraga di sepanjang trotoar perumahan, tahu-tahu kaki saya tersandung anjing pudel yang kemudian mengaik-ngaik keras, hingga seisi rumah keluar dan bertanya-tanya ada apa. Siang harinya, sepulang dari minimarket, seorang ibu berlari-lari ketakutan hingga belanjaannya berhamburan di sepanjang jalan gara-gara dikejar seekor beruang pemakan semut, milik penghuni rumah di Blok D12.

Mendengar kabar itu, seorang ibu penghuni Blok D13 merinding ketakutan. Saya tak pernah melihat ibu itu lagi yang biasanya pagi-pagi menyiram tanaman di pekarangan rumahnya. Suatu hari, tiba-tiba dia muncul di sekitar pagar untuk menandatangani petugas pengiriman paket, yang kemudian menurunkan sebuah akuarium besar, lengkap dengan ikan arwana di dalamnya.

Persaingan di Pondok Orde Baru Indah (POBI) kian memuncak tak tertahankan. Beberapa tetangga tak menggubris sapaan saya lagi. Mungkin mereka merasa jengkel dengan ulah saya. Warung yang menjual sayur dan lauk-pauk melarang saya untuk berutang. Tiap hari ada saja pesan-pesan anonim yang mengumbar umpatan dan caci-maki.

Ketika istri saya mengancam akan pulang ke rumah orang tuanya, kalau saya sampai membeli seekor anak macan, saya pun menahan diri selama beberapa hari. Tapi hasrat dan keinginan ini begitu menggebu-gebu, sampai-sampai saya harus berutang kepada seorang sahabat karib.

Akhirnya, saya menjalani hari-hari dengan segala kerepotan yang tak pernah saya alami sebelumnya. Saya jadi benar-benar menghemat, bahkan merokok pun harus berhenti. Tiap pagi dan sore, saya harus memberi makan kucing, kura-kura dan anak macan yang sangat eksotis, imut dan sangat menggemaskan.

Ketika penghuni rumah Blok B9 mengetahui saya memelihara anak macan, dia pun segera berencana membeli seekor macan tutul. Dia itu menjabat sebagai pegawai negeri di kantor kecamatan, karena itu mustahil apa yang dicita-citakannya bakal terwujud. Tetapi sialnya, entah melalui cara apa, beberapa minggu kemudian akhirnya berhasil juga dia memiliki seekor macan tutul dengan matanya yang tajam dan menarik.

Tak lama kemudian, ada lagi orang yang mengaku-aku seniman dan tinggal di Blok E14, jalan-jalan di sore hari sambil membawa-bawa anak komodo yang konon dibelinya dari Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Entahlah, bagaimana caranya dia bisa bawa-bawa komodo dari seberang lautan sana, menuju Pulau Jawa. Apakah dia berenang sendirian dengan getek, atau dengan kedebok pisang, ataukah dia mahir berjalan di atas air seperti dalam kisah Dodoli Dodolipret.

Yang membuat saya jengkel justru orang-orang yang tidak paham kualitas melainkan sibuk mengurusi kuantitas semata. Melihat ada orang memiliki anak macan dan macan tutul, seorang pengusaha dan politikus yang menghuni rumah Blok B1, pikirannya telah digelapkan hingga keesokan harinya membangun kandang besar di samping rumahnya, yang kemudian diisi oleh seekor jaguar.

Dengan sendirinya, banyak orang berpaling pandangannya pada seekor jaguar, ditambah dengan sikap sok tahu dan angkuh dari pemiliknya, yang hanya bicara soal ukuran besarnya binatang, tetapi bukan pada seni dan nilai eksotiknya. Gara-gara jaguar dan pemiliknya yang politikus itu, para tetangga jadi terpengaruh dan berencana untuk memperbarui piaraan-piaraan mereka.

Kini, apa boleh buat, apa mau dikata dan dinyana. Yang tadinya rumah saya menjadi kosmos magnet dan pusat perhatian lantaran anak macan yang lucu dan menggemaskan, mereka semua beralih memandangi jaguar brengsek itu. Sekarang, kedudukan anak macan jadi biasa-biasa saja di mata mereka. Saya tidak lagi menjadi “tokoh penting” yang layak diperhitungkan, dan boleh jadi akan terhempas dalam percaturan sejarah.

Yang membuat saya tak habis pikir, konon si politikus edan itu sedang merancang proyek baru untuk penangkaran buaya setelah tanggal 30 September tahun ini. Proyek itu akan dibangun di atas lahan ribuan meter di sekitar Kampung Jombang, dan konon ia berencana meneladani jejak-langkah Soeharto dan Orde Baru, untuk mengubah nama kampung itu menjadi Kampung Lubang Buaya.

Pada malam Minggu, obsesi saya agak terhambat gara-gara mendengar percakapan istri dengan lelaki tak dikenal, yang juga tak diketahui nomor ponselnya.

Sepertinya, saya juga merasa kesulitan untuk mengubah satu-satunya alternatif yang mungkin dicapai. Tetapi kemudian, bisikan itu begitu kuat menggedor-gedor hasrat dan keinginan. Sehingga, saya pun bersejingkat dari tempat duduk, lantas menjual beberapa perabot rumah untuk membeli seekor ular sanca yang panjangnya sekitar tiga meter, dan beratnya mencapai 20 kilogram.

Sesaat kemudian, kembali saya menjadi idola dan menduduki peringkat atas di seluruh penghuni kompleks perumahan.

Namun, tak berselang lama, keberadaan ular sanca itu semakin merusak solidaritas dan kesetiakawanan sosial. Ia telah menepiskan sikap saling menghormati dan menghargai antarsesama. Betapa tidak, dalam hitungan beberapa hari kemudian, tahu-tahu di seantero kompleks perumahan telah berlipat-lipat jumlah warga yang memelihara singa, gorila, komodo, bahkan buaya.

Pada Jumat pagi, ketika pengajian digelar di Masjid Nurul Ikhlas, kemudian Ustaz Bahri – yang sering tampil di layar televisi – menyampaikan materi ceramahnya, tiba-tiba sebagian ibu-ibu berteriak-teriak ketakutan, lantaran munculnya beberapa ekor kalajengking dan laba-laba dari kantong baju kokonya.

Rupanya mereka belum tahu, kalau Ustaz Bahri yang tinggal di Blok C7, dan datang dengan mengendarai sedan mewah itu, juga penggemar jenis hewan primata dan pemamah-biak. Bahkan, di serambi kediamannya ada seekor kera dan burung beo, yang pintar menjawab salam ketika suatu hari saya bertandang ke rumahnya sambil mengucap salam.



Tetapi apa pun alasannya dan bagaimanapun dalilnya. Meskipun sang ustaz memperbolehkan masyarakat memelihara binatang, dan dinyatakan sah dan halal secara agama, pada dasarnya apa-apa yang terjadi di kompleks perumahan POBI itu adalah soal persaingan, bahkan persaingan sengit yang cenderung saling menjatuhkan.

Kenyataan ini semakin kentara jelas, ketika seorang pengusaha besar dan anggota DPRD yang tinggal di Blok A1, yang sebenarnya tidak paham apa-apa soal perawatan binatang, tiba-tiba memutuskan untuk memelihara macan kumbang, yang bahkan kebun binatang saja jarang memilikinya.

Dapat dibayangkan apa yang terjadi kemudian. Suara-suara ringkikan, auman dan raungan membahana di seluruh penjuru kompleks perumahan. Bermalam-malam kami tak bisa tidur akibat suara-suara yang saling sahut-menyahut itu. Belum lagi, bau-bau dari aroma berbagai jenis hewan reptil, primata dan pemamah-biak, membuat udara di sekitar perumahan menjadi pengap dan sesak. Ditambah lagi berdatangan tiap hari truk-truk pembawa sayur, ikan dan daging berton-ton, yang membuat perumahan itu sudah tidak layak huni lagi.

Ketika semua orang mengungsi dan berpindah tempat tinggal, saya berusaha bertahan di situ selama berbulan-bulan. Teman baik saya tinggal seorang penjaga pintu gerbang perumahan yang sering memandikan jerapah miliknya dengan air sabun yang busanya mengalir di sepanjang jalan. Setelah itu, ia menggiring jerapah menuju rumahnya di Blok B10, tak jauh dari tempat tinggal saya.

Yang bikin saya jengkel, jerapah itu sering melongokkan mukanya, lalu menggedor-gedor jendela rumah pada tengah malam. Ia tak pernah mau berhenti menggedor-gedor jendela, sebelum saya menyodorkan sepotong roti yang kemudian langsung dilahapnya.

Beberapa bulan kemudian, ketika pandemi Covid-19 merebak, dan kesulitan ekonomi melanda negeri ini, binatang-binatang di perumahan POBI tidak lagi memperoleh asupan makanan yang semestinya. Mereka berkeliaran ke mana-mana di sekitar desa dan perkampungan.

Saya sendiri merasa kesulitan untuk menjual ular sanca piaraan saya. Tetapi, Ustaz Bahri masih bisa menyampaikan ceramah di masjid agung Cilegon, sambil mempromosikan dan menjual burung beo dan kalajengking piaraannya.

Muakhor Zakaria
Cerpenis dan dosen sastra di perguruan tinggi La Tansa, Rangkasbitung, Banten Selatan, menulis cerpen dan esai sastra di berbagai harian nasional luring dan daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya