SOLOPOS.COM - Ketua Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Joko Susanto, saat mengecek Anggrek Merapi di green housenya, Minggu (29/1/2023). Ada sekitar 23 varian Anggrek Merapi yang dikonservasi di sana. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Berawal dari keprihatinan karena populasi anggrek Merapi semakin berkurang, Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, berupaya melakukan penyelematan.

Sejak 2017, mereka membudidayakan anggrek tersebut. Ketua Kelompok Karya Muda, Joko Susanto, mengungkapkan ada 11 orang yang menjadi anggota kelompoknya. Mereka, ungkapnya, prihatin populasi anggrek merapi yang semakin berkurang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Awal mula kami terbentuk itu karena kami kasihan melihat anggrek Merapi itu berkurang. Kalau ke kawasan taman nasional melihat anggrek , dulu itu banyak yang diperjualbelikan secara besar-besaran. Sekarang anggreknya sudah enggak ada, jadi enggak ada yang jual beli,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com di green house Omah Anggrek Merapi, Minggu (29/1/2023).

Ia mengungkapkan saat ini sudah ada seratusan pohon anggrek Merapi yang dikembangkan oleh kelompok warga Mriyan, Boyolali. Angrek tersebut terdiri dari 23 varian, salah satunya Vanda tricolor.

Joko mengatakan jumlah varian anggrek Merapi seharusnya ada lebih dari 90-an jenis. Seratusan pohon anggrek tersebut berada di dalam sebuah green house berukuran 4 meter x 6 meter.

Joko dan kawan-kawan akan merawat anggrek di tempat tersebut selama 1,5 hingga 2 tahun sebelum dilepasliarkan ke area Gunung Merapi. Tak hanya dirawat di green house, di lokasi konservasi tersebut juga ada laboratorium kultur jaringan untuk memperbanyak anggrek.

“Sebelas orang dari kami itu enggak ada yang punya latar belakang pendidikan pertanian. Namun, kami benar-benar petani yang belajar di lapangan,” ujarnya.

Walaupun bukan berlatar belakang ilmu pertanian, Joko mengungkapkan kelompok warga Mriyan, Boyolali, itu mendapatkan bantuan dari beberapa instansi dalam budidaya angrek Merapi. Alat-alat di laboratorium kultur jaringan juga didapat dari bantuan corporate social responsibility (CSR) salah satu perusahaan air minum.

Kemudian, untuk merawat dan mengkultur jaringan, Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk belajar dari instansi terkait yang ahli dengan anggrek. “Waktu itu salah satu instansi dari Sleman, karena memang di sana yang sudah terbiasa dengan Anggrek Merapi,” ujarnya.

Adopsi Anggrek Merapi

Joko menjelaskan untuk kultur jaringan dimulai dari mengawinkan bunga anggrek. Setelah lima hingga enam bulan akan tumbuh ribuan biji yang selanjutnya ada proses penyortiran ukuran biji besar dan kecil.

Biji-biji tersebut kemudian akan disimpan selama setahun baru kemudian ditumbuhkan dan ditaruh di green house Anggrek Merapi. “Ditaruh di green house sebelum dilepasliarkan itu kami menunggu 1,5 sampai dua tahun. Kami juga membuka proses adopsi anggrek. Jadi proses adopsi ini anggrek dibeli sama orang, tapi nanti ditaruh kembali ke habitat asal,” kata dia.

Ia mengungkapkan beberapa orang yang telah mengadopsi anggrek membayar dari mulai Rp500.000 hingga Rp1 juta per pohon. Orang-orang tersebut biasanya dari para-para pejabat kementerian dan badan nasional lainnya.

Lebih lanjut, gerakan yang pada 2017 hanya dikawal 11 orang sekarang telah merata menjadi satu dusun. Paling tidak, ujarnya, satu rumah akan memiliki satu anggrek Merapi. “Cita-cita kami adalah suatu saat menjadi kampung anggrek seperti di Kediri,” kata dia.

Sementara itu, salah satu anggota yang juga ketua RT setempat, Painu, mengatakan alasannya bergabung juga karena khawatir generasi ke depan tidak mengenal Anggrek Merapi.

Saat ini, jelasnya, anak-anak muda Dukuh Gumuk banyak yang mengoleksi anggrek Merapi. Bahkan, di setiap rumah pasti ada anggrek Merapi, termasuk di rumahnya. Ia mengoleksi anggrek Merapi jenis Vanda Tricolor.

“Kalau di rumah warga itu untuk koleksi saja, tidak diperjualbelikan. Yang memang untuk konservasi di tempat Pak Joko, itu kesepakatan awalnya seperti itu,” kata dia.

Ia berharap dengan semakin banyaknya orang-orang yang membudidayakan anggrek Merapi dapat melestarikan tanaman yang hampir punah tersebut. Sehingga, anak cucunya dapat melihat dan mengetahui anggrek-anggrek yang tumbuh di sekitar Gunung Merapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya