SOLOPOS.COM - Aunil menunjukkan roti ganjel rel buatannya di rumahnya Bandarharjo, Semarang Tengah, Selasa (11/10/2022). (Ponco Wiyono-Solopos.com)

Solopos.com, SEMARANG — Mempertahankan warisan budaya tak cukup dengan terus membudidayakan, tapi juga harus berinovasi agar sesuai dengan perkembangan zaman. Hal itu disadari oleh Aunil, perempuan pemilik produk roti khas Semarang, ganjel rel, dengan merek Masjuki.

Di tangan Aunil, roti yang dikenal sebagai roti bertekstur bantat itu menjadi roti yang empuk dan bergizi. Bahkan, produk roti ganjel rel buatan Aunil itu pun mampu bersaing dengan penganan lain yang lebih modern.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Roti ganjel rel, yang menjadi roti khas Semarang memang selama ini dikenal memiliki tekstur yang bantat atau alot. Hal ini membuat roti peninggalan Belanda ini kurang diminati masyarakat, terutama kalangan muda.

Namun, Aunil pun melakukan inovasi. Ia membenahi tekstur dan rasa roti ganjel rel dan memasarkannya dengan brand Marjuki. Ia pun menceritakan awal mula melakukan inovasi terhadap roti ganjel rel atau yang memiliki nama lain sebagai roti gambang.

“Mulanya takmir Masjid Kauman minta saya bikin roti ganjel rel untuk Dugderan dalam tekstur yang asli, yang keras,” jelas Aunil saat dijumpai Solopos.com, Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Koetatoa, Tempat Hangout Baru di Semarang yang Tawarkan Sensasi ala Eropa

Permintaan tersebut dinilai Aunil tidak cocok dengan keadaan yang sudah berubah. Ibu empat anak ini terpikir agar roti ganjel rel yang menjadi kudapan khas Semarang itu tidak hanya menjadi makanan musiman dan tidak memiliki nilai lebih yang lain.

Dugderan tahun 2009 kala itulah yang menjadi momentumnya. “Saya ingin ganjel rel jadi oleh-oleh seperti halnya lumpia, wingko, atau bandeng Akhirnya, dari sana saya mulai benahi tekstur, rasa, sampai nilai gizi,” ujarnya

10.000 Potong

roti ganjel rel semarang
Roti ganjel rel Semarang buatan Aunil dengan merek Masjuki. (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Margarin, telur dan minyak pun dimasukkan ke dalam bahan dasar ganjel rel versi Aunil. Aunil pun tak ragu mengampanyekan roti ganjel rel buatannya memiliki nilai gizi yang tinggi.

Rupanya, inovasi Aunil itu pun berbuah positif. Banyak yang merespons roti ganjel rel buatannya dengan baik dan semakin banyak yang memesan. Pada Dugderan tahun 2012, pesanan takmir Masjid Agung Semarang bahkan mencapai 1.500 potong.

“Sebelum lockdown [pandem Covid-19] pesanan bisa sampai 10.000 potong,” ujar perempuan pemilik toko bahan kue di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Tengah itu.

Baca juga: Roti Ganjel Rel Khas Semarang Unik & Langka, Pernah Coba?

Solopos.com berkesempatan mencicipi roti khas Semarang, ganjel rel, buatan Aunil itu. Memang benar roti ganjel rel buatan Aunil itu beda dengan roti khas Semarang itu pada umumnya. Rasanya manis dengan tekstur yang empuk namun tebal, sehingga mengenyangkan.

Aunil pun terus melakukan inovasi terhadap kuliner legendaris asal Semarang itu. Ia membuat roti khas Semarang, ganjel rel, dengan ukuran yang lebih kecil agar cocok dengan kotak pembungkus. Satu kotak roti ganjel rel merek Masjuki itu dibanderol dengan harga Rp35.000.

“Dulu karena dibuat panjang kalau mau makan roti ini belinya disesuaikan, mau seperempat atau setengah nanti dipotong oleh penjual,” urainya.

Dikutip dari wikipedia.org, roti ganjel rel merupakan roti khas Semarang yang merupakan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Nama asli roti ini adalah roti gambang, karena bentuknya mirip dengan alat musik gambang. Meski demikian, masyarakat Semarang lebih mengenalnya dengan roti ganjel rel karena teksturnya yang keras dan seringkali diibaratkan dengan bantalan rel.

Baca juga: Dugderan di Semarang Bakal Digelar, Masih Pandemi Lho!

Roti ganjel rel ini kerap dibagikan saat acara Dugderan, atau tradisi menyambut bulan puasa. Tradisi membagikan roti ganjel rel ini biasanya digelar di depan Masjid Agung Kauman Semarang oleh Wali Kota Semarang.

Tradisi membagikan roti ganjel rel atau roti khas Semarang ini sebagai simbol tidak ada gangguan. Maksudnya dengan memakan kue ini pelaksanaan puasa tidak ada ganjalan atau gangguan sehingga khusyuk dalam menjalankan ibadah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya