SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelecehan seksual terhadap anak. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Pelaku pelecehan seksual tidak jarang merupakan orang terdekat korban seperti dialami komedian Aming, lalu bagaimana cara sikapi hal ini? Pelecehan seksual selalu meninggalkan trauma yang mendalam, tak hanya bagi korban, tetapi juga orang-orang terdekat korban.

Dosen Fakultas Psikologi (FPSi) Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych., M.Sc., memberikan penjelasan. Menurutnya, pada beberapa orang, mungkin bisa terjadi keinginan membalas dendam dan marah. Simak ulasannya di tips parenting kali ini.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Saat anak atau saudara kita mengalami pelecehan seksual oleh orang terdekat, kita harus tahu bagaimana cara mensikapinya. Bukan hanya menangani korban, melainkan juga mengawal kasusnya agar pelaku mendapatkan hukuman setimpal.

“Karena ketika kita marah, kehilangan, benci sebenarnya yang ingin dikejar adalah pemuasan kemarahan diri. Jadi ingin memuaskan kebutuhan diri untuk membalas dendam. Ini bukan yang terbaik untuk korban karena sebenarnya kita sedang melayani emosi pribadi,” jelas Retha seperti dikutip dari unair.ac.id pada Minggu (3/4/2022).

Baca Juga: Aming Blak-Blakan Pernah Diperkosa dan Dilecehkan

Retha menjelaskan, marah dan rasa ingin balas dendam adalah sangat mungkin terjadi. Apalagi, berdasarkan pengamatannya, sebagian besar pelaku kejahatan seksual adalah orang terdekat korban. Para pelaku ini bisa saja guru, keluarga, bahkan orang tua sendiri. Hal itu, ungkapnya, yang membuat korban maupun keluarga korban menjadi lebih terpukul.

“Kerusakannya lebih parah karena yang dijarah bukan hanya tubuh, tetapi juga kepercayaan,” tandasnya.

Lantas bagaimana cara sikapi korban pelecehan seksual yang pelakunya adalah orang terdekat sendiri seperti dialami Aming? Untuk itu Retha menyarankan bahwa yang perlu dipahami adalah posisi korban kejahatan seksual membutuhkan dukungan keluarga atau orang-orang terdekat. Sehingga, alih-alih menghabiskan energi pada keinginan membalas dendam, lebih baik fokus memberikan dukungan bagi korban untuk melanjutkan hidupnya.

Lantas bagaimana sikapi pelaku kejahatan seksual yang merupakan orang terdekat korban? Dia menyarankan agar pihak keluarga atau orang terdekat mengakses bantuan hukum jika kejahatan seksual telah terjadi. Namun, sambung Retha, bukan berarti keluarga yang harus mencari keadilan sendiri. Tetapi menggunakan jalur dan proses hukum.

Baca Juga: Pernah Lakukan Pelecehan Seksual, Penulis Udji Kayang Buat Pengakuan

“Keluarga bisa membantu polisi agar bisa melakukan penyelidikan lebih cepat. Sehingga pelaku atau tersangka dapat segera dihentikan agar tidak melakukan pengulangan kejahatan,” ujarnya.

Dia menggarisbawahi dukungan dan bantuan dari lingkungan terdekat adalah hal utama yang dibutuhkan oleh korban. Jika korban kejahatan seksual adalah anak-anak, sangat diharapkan bukan hanya keluarga, tetapi juga sekolah turut memberikan dukungan.

Meski demikian, sejauh ini yang terjadi di Indonesia masih jauh dari harapan Retha. Korban kejahatan seksual dianggap harus mengundurkan diri dari sekolahnya.  “Misalkan sampai terjadi kehamilan, itu yang terjadi adalah anak diminta mengundurkan diri dari sekolah. Ini kita tambah melukai korban dan membuat korban bertambah traumanya. Karena dia bukan hanya trauma diperkosa, tetapi juga trauma diambil haknya dari pendidikan,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya