SOLOPOS.COM - Suasana cerah berawan dan hamparan sawah di Desa Pandeyan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Rabu (31/8/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI –  Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Bambang Jiyanto, diwakili Analis Pasar Hasil Pertanian, Agung Hariyono, mengatakan menyebutkan beberapa daerah yang diprediksi panen raya dengan luas yang cukup besar pada Februari dan April 2023 antara lain Kecamatan Sambi, Nogosari, Klego, Andong, Simo, Banyudono, Ngemplak, Sawit, dan Teras.

Kemungkinan daerah yang panen raya Februari-April 2023 dengan luasan yang cukup besar di Kecamatan Sambi, Nogosari, Klego, Andong, Simo, Banyudono, Ngemplak, Sawit dan Teras.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebelumnya, ia mengatakan puncak luas tambah tanam (LTT) di Boyolali akan terjadi pada November dan Desember 2022.

Agung memprediksi LTT pada November sebesar 9.400 hektare dan Desember seluas 7.800 hektare. Jika ditanam pada November dan Desember, ia menjelaskan puncak panen akan terjadi sekitar Februari hingga April 2023.

“Prediksi panen raya seluas 17.200 hektare dengan asumsi provitas 58,6 kuintal per hektare maka prediksi produksi sebesar 100.792 ton GKG,” jelasnya.

Baca juga: Bulog: Stok Cadangan Beras Pemerintah Menipis

“Apakah Boyolali perlu impor beras atau tidak, berdasarkan luas panen dari Januari hingga Oktober 2022 sebesar 47.270 hektare dengan asumsi provitas tahun kemarin 55,48 kuintal per hektare, maka produksi sampai akhir Oktober sebesar 262.258 ton GKG atau dikonversi menjadi beras sebesar 150.505 ton. Sampai akhir Oktober surplus 50.990 ton, jadi tidak perlu impor beras,” ujarnya.

Lebih lanjut, terkait harga beras yang naik, Agung menyatakan karena panen padi pada Agustus – Oktober panen tidak terlalu banyak, kemungkinan mengakibatkan harga beras naik.

“Panen pada bulan Agustus, September dan Oktober masing-masing seluas 1.498 hektare, 1.645 hektare dan 3.255 hektare,” kata dia.

Sementara itu, salah satu pedagang sembako di Pasar Boyolali Kota, Tari, 41, mengatakan harga beras di tokonya telah naik sebulan terakhir. Ia menyebutkan untuk beras C4 kemasan lima kilogram naik dari yang sebulan yang lalu sekitar Rp55.000 menjadi Rp56.000 – Rp57.000.

Kemudian untuk merk beras premium naik bervariasi mulai dari Rp55.000 per lima kilogram menjadi Rp56.000 – Rp58.000 per lima kilogram.

Baca juga: Surplus 66 Ribu Ton: Boyolali Tak Perlu Impor Beras, tapi Harga Dipastikan Naik

Walaupun harga beras naik, Tari mengaku penjualan tetap stabil karena beras menjadi kebutuhan pokok masyarakat. “Penyebab pasti naiknya saya sih enggak tahu, tapi mungkin kan ini masuk musim hujan jadi petani kesulitan mengeringkan gabah,” jelasnya.

Dinas Ketahanan Pangan (DKP) mencatat estimasi stok beras hingga pekan ketiga bulan November 2022 surplus sebesar 66.695 ton. Stok tersebut diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan beras warga Boyolali selama tujuh bulan berikutnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Boyolali diwakili Kepala Bidang (Kabid) Ketersediaan Distribusi dan Cadangan Pangan DKP Boyolali, Dhian Mujiwiyati, menyatakan stok beras termasuk aman.

“Komoditas padi atau beras hingga pekan ketiga bulan November, memiliki estimasi ketersediaan 152.299 ton, sedangkan kebutuhan masyarakat hingga pekan ketiga November 85.604 ton, jadi surplus,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di halaman kantornya dalam acara Pekan Metal Pekan Pangan Boyolali, Senin (21/11/2022).

Selain itu, ia menyebutkan beberapa komoditas yang surplus seperti jagung, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan telur.

Baca juga: Jamin Pasokan Beras Aman Enam Bulan ke Depan, Bulog akan Gelar Operasi Pasar

Sementara untuk komoditas lain yang defisit, Dhian menjelaskan ada lima barang yang didominasi oleh barang-barang buatan pabrik. Barang-barang tersebut defisit karena pabrik-pabrik pembuatnya tidak berada di Boyolali.

Kelima barang yang defisit antara lain minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, kedelai dan bawang putih. Kedelai dan bawang putih termasuk komoditas pertanian Boyolali yang keberadaannya dipasok dari daerah lain.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Bambang Jiyanto, diwakili Analis Pasar Hasil Pertanian, Agung Hariyono, menyebutkan angka sementara luas panen dan produksi padi di Boyolali ada 51.555 hektare.

“Itu data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik [BPS]. Luas panen padi sebesar 51.555 hektare dan produksi sebesar 302.311 ton GKG [gabah kering giling]. Berarti produktivitasnya sebesar 58,6 kuintal per hektare atau 5,86 yon per hektare,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya