SOLOPOS.COM - Solopos Talkshow Virtual bertema Menjawab Tantangan Gizi 2022, pada Rabu (9/2/2022). (Solopos Media Group)

Solopos.com, SOLO — Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyebut angka stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen, artinya dari setiap 100 orang di Indonesia, ada 24 orang mengalami stunting.

Bahkan, Hasto menyebut persoalan stunting hanya muara fenomena gunung es, artinya banyak persoalan di dalamnya. Dia mencontohkan persoalan itu, seperti kondisi remaja. Bahkan, Hasto menyebut kondisi remaja saat ini cukup memprihatinkan. Dia menyebutkan sejumlah data.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kondisi remaja putri berisiko kurang energi kronik sekitar 36,3 persen. Kemudian, remaja putri mengalami anemia 37,1 persen. Kasus lain, remaja putri hamil dengan risiko kurang energi kronik ada 33,5 persen.

Baca Juga : Wah, Beras Bervitamin dari Bulog Ini Diklaim Bisa Cegah Stunting Lho

Hasto mendapatkan data tersebut dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018. “Kalau bicara yang dekat saja, sebagai faktor yang dekat dengan output stunting, ada banyak angka yang cukup menjadi perhatian serius,” jelas dia.

Topik itu dibahas dalam Solopos Talkshow Virtual bertema Menjawab Tantangan Gizi 2022, pada Rabu (9/2/2022). Acara itu juga disiarkan di Youtube Solopos TV. Hasto menjadi salah satu nara sumber yang hadir dalam acara tersebut.

Kasus Stunting di Indonesia

Secara khusus, dia mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki persoalan serius berkaitan dengan stunting. Dari sisi angka, stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen. Itu artinya, dari setiap 100 orang di Indonesia, ada 24 orang mengalami stunting. “Itu menjadi hal yang serius menurut saya. WHO sebenarnya memberikan batas 20 [%] toleransi. Tapi Indonesia susah di atas toleransi itu,” kata dia.

Baca Juga : BKKBN Luncurkan Program Pendampingan Calon Pengantin di Boyolali

Oleh karena itu, pemerintah terus berkomitmen dalam melakukan pembinaan gizi masyarakat untuk mendukung pencapaian target pembangunan Generasi Indonesia Emas 2045. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan itu.

Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Weni Hastuti, menyampaikan persoalan mendasar masalah gizi di antara ada stunting, obesitas, dan lainnya. Menurutnya peningkatan angka stunting lebih banyak disebabkan anemia pada remaja putri. “Ini yang kadang terabaikan. Sebab sebenarnya permasalahan berangkat dari situ,” kata dia.

Tantangan dan Kendala

Remaja putri nantinya akan hamil dan menjadi seorang ibu. Untuk itu, harus dilakukan antisipasi, jangan sampai angka kejadian anemia pada remaja putri tinggi.

Baca Juga : Angka Stunting di Jateng Turun 7%, Tapi…

Menurut Weni, pemerintah sudah melakukan sejumlah program mengantisipasi persoalan di lapangan. Misalnya, pemberian makanan tambahan dalam bentuk biskuit untuk anak, pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil anemia, pemberian suplemen vitamin A untuk yang kekurangan vitamin A, dan sebagainya.

Hanya saja, lanjutnya, intervensi yang diberikan pemerintah masih terkendala banyak faktor. Di antara, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, kurangnya kesadaran tentang kesehatan pada masyarakat, dan tidak ada edukasi efek samping.

Misalnya, efek samping penggunaan tablet tambah darah dan sebagainya. Selain itu, sosialisasi di masyarakat oleh tenaga kesehatan kemungkinan masih kurang karena keterbatasan tenaga kesehatan di lapangan.

Baca Juga : Turunkan Angka Stunting, Taman Sari Boyolali Gelar Festival Ceting

Anggota Pokja 4 TP-PKK Jawa Tengah, Rinaningsih, mengklaim sejumlah program yang diluncurkan pemerintah sudah mendukung penanganan stunting. Dia mencontohkan program lain di Jawa Tengah, seperti Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk mendata ibu hamil. Kemudian program Jo Kawin Bocah untuk mencegah oernikahan dini dan sebagainya.

Tantangannya adalah menjembatani program pemerintah agar bisa menyentuh masyarakat. “Kami punya Posyandu. Sedapat mungkin di Posyandu itu kami fasilitasi secara teknis. Tujuannya agar bisa mendaratkan program dari pemerintah ke masyarakat,” jelas dia.

Wonogiri Zero Stunting

Ketua Tim Penggerak PKK Wonogiri, Verawati Joko Sutopo, menyampaikan bahwa pembicaraan tentang stunting tidak bisa hanya soal angka. Namun juga berbicara pada sisi kemanusiaan. “Bicara mengenai kualitas kehidupan manusia itu akan menurun. Kami melihat stunting dengan aspek yang lebih luas,” kata dia.

Baca Juga : Duh, Ribuan Bayi di Klaten Kekurangan Gizi

Menurut Vera, PKK saat ini mencoba terus mendukung program pemerintah daerah. Wonogiri memiliki target zero atau nol stunting pada 2023 nanti. “Ini sebuah cita-cita mulia yang tentu tidak mudah, mengingat kasus kompleks. Tapi, kami meyakini ini juga bukan hal yang mustahil jika semua stakeholder berbaris tertib bergerak ke arah yang sama,” jelas dia.

Dia menyebutkan stunting tidak bisa dilepaskan dari faktor kemiskinan. Untuk itu, pihaknya mencoba memberikan sosialisasi dan intervensi secara langsung mengenai gizi.

Sasaran edukasi bukan hanya kalangan orang tua, tapi juga remaja calon ibu dan bapak. “Bagaimana mereka kami edukasi untuk memiliki skala prioritas pemanfaatan keuangan keluarga,” ungkap dia.

Baca Juga : Atasi Tengkes, PKK Wonogiri Realisasikan Bumi Limase pada 2022



Dukungan Swasta

Sementara itu, dari kalangan swasta juga berupaya mendukung program pemerintah. Seperti dilakukan salah satu perusahaan manufaktur, Solo Abadi. Saat ini berupaya menciptakan produk yang bisa dimanfaatkan petugas kesehatan sebagai garda terdepan memantau kesehatan masyarakat.

“Ini tanggung jawab multisektoral. Sekiranya apa yang bisa kami lakukan. Maka dua tahun terakhir, kami masif membuat alat yang bisa mendukung program pemerintah. Kalau untuk stunting, kami menyuguhkan alat ukur. Seperti, alat ukur lingkar kepala, berat badan, tinggi badan, dan sebagainya. Kami juga banyak meminta saran dari Kementerian Kesehatan,” jelas Owner Solo Abadi, Dian Untoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya