SOLOPOS.COM - Raego merupakan paduan suara tertua di Indonesia dan dunia (indonesia.go.id)

Solopos.com, SOLO -- Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyak di tiap-tiap daeraj. Salah satunya adalah Raego yang  merupakan tarian dan syair tradisional dari Sulawesi Tengah. Raego merupakan paduan suara tertua di Indonesia, bahkan dunia.

Tarian ini milik masyarakat adat Suku Uma, Tobako, Ompa, Moma, dan Tabo yang mendiami sebagaian besar wilayah dataran tinggi Kulawi dan Pipikoro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Suku bangsa ini menamakan Raego dengan penyebutan berbeda.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Suku Kulawi menyebut Raego, Kaili menyebut Rego, dan Bada menyebut Raigo. Penyebutannya berbeda-beda, namun maknanya sama, yaitu sebuah penghormatan terhadap Sang Pencipta.

Eropa Bertumbangan, Jerman, Spanyol, Prancis Masuk Zona Resesi Ekonomi

Sambil menari, mereka akan melantunkan syair. Laki-laki akan mengenakan siga di kepala dan guma atau parang adat di pinggang. Sementara, perempuan mengenakan rok susun tiga dan halili atau baju adat yang lengkap dengan aksesori manik-manik.

Selama menari mereka melantunkan syair. Syair dilantunkan dari paduan suara yang telah ditetapkan sebagai salah satu aset cagar budaya tak benda di Indonesia ini adalah bahasa daerah Uma tua yang sudah tidak dipakai lagi dalam percakapan sehari-hari.

Tarian yang diiringi alunan suara dengan syair-syair yang dilantunkan secara lantang ini punya nilai sakral karena kerap dilakukan saat upacara adat, penyambutan tamu, peresmian rumah adat Lobop, syukuran hasil panen, hingga peristiwa duka.

Syair-syair dalam paduan suara tersebut berisikan pesan moral untuk masyarakat dan memiliki makna simbolis terhadap upacara ritual.

Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, beberapa waktu lalu, warisan budaya ini sulit dilestarikan karena tidak semua suku memiliki sarana komunikasi dalam bentuk tulisan.

Resmi Kena Pajak per 1 Agustus, Ini Tarif Baru Netflix dan Spotify

Sang pewaris pun hanya mengandalkan pada informasi ingatan dan lisan saja. Ditambah lagi, tidak semua lapisan Suku Kulawi memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam mengetahui bahkan menekuni Raego ini.

Hanya beberapa anggota masyarakat berusia lanjut saja yang menjadi pelakunya.

Pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan Raigo menjadi generasi yang terbatas. Apalagi penyebaran informasi dan ilmu dari tarian ini tidak merata di semua lapisan masyarakat. Dampaknya adalah, jumlah dari para pelaku Raego semakin berkurang.

Bukan Suami Istri

Disebutkan kelompok paduan suara di tertua Indonesia ini terdiri atas lelaki dan perempuan. Dalam sejarahnya, pasangan lelaki dan perempuan dalam Reogo bukanlah sepasang suami istri, lelaki yang menjadi pasangannya dalam tarian tersebut harus menyediakan seserahan adat kepada suami atau keluarga dari pasangan dalam Raego.

Saat melantunkan syair-syair, mereka melakukan tarian. Para penari akan membentuk lingkaran dengan tangan saling merangkul, membentuk sebuah simpul yang disimbolkan kebersamaan dalam menghadapai situasi apa pun, bahagia dan duka.

Batu Misterius Watu Sigong Klaten Mau Dijadikan Destinasi Wisata, Ini Gambarannya

Perempuan akan dirangkul oleh tangan kiri laki-laki yang menjadi pasangan. Sementara tangan kanan lelaki memegang parang yang dililitkan di pinggang sebelah kiri. Tarian mereka sangat seirama dengan lantunan syair.

Sesekali menghentakan kakinya di tanah sambil memekik. Mereka pun bernyanyi dengan suara lantang. Semua lagu memiliki khas yang sama, selalu mengulang syair beberapa kali. Perbedaannya adalah melodi dan tempo yang tinggi.

Sejatinya, dalam tarian dan paduan suara tertua ini tak ada iringan musik. Tapi seiring berkembangnya zaman, ada Raigo yang dibawakan dengan diiringi musik, seperti tabuhan gendang dan gitar, terutama saat upacara sesudah panen atau pementasan kesenian.

Pesanggrahan Langenharjo Sukoharjo: Tempat Berlibur dan Kungkum Sang Raja Kini Merana

Tarian dan paduan suara ini sudah melekat pada adat Suku Uma, Tobako, Ompa, Moma, dan Tabo, salah satu suku di Sulawesi Tengah, Indonesia. Sayang, tidak ada penelitian khusus yang mengungkap kapan dan dimana tarian ini pertama kali dibawakan.

Namun, bisa dipastikan paduan suara Raego telah muncul jauh sebelum masa penjajahan Belanda di Indonesia. Itulah sebabnya Raego bisa dikatakan salah satu paduan suara tertua di Indonesia dan dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya