SOLOPOS.COM - Pegawai Bappeda Klaten menunjukkan sampel beras Rajalele Srinuk dan Srinar yang diluncurkan di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten, Selasa (22/10/2019). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Peminat beras Rajalele Srinuk asal Klaten diklaim sangat tinggi. Bahkan ada pembeli dari luar Klaten yang berani membayar dengan harga mahal sampai Rp15.000/kilogram (kg).

Informasi yang diperoleh Solopos.com, saat ini jatah beras Rajalele Srinuk untuk aparatur sipil negara (ASN) di Klaten semakin terbatas. Beras Rajalele Srinuk merupakan beras dari padi varietas unggulan Klaten.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Varietas itu hasil penelitian kerja sama antara Pemkab Klaten dengan Batan. Selain Srinuk, penelitian itu menghasilan varietas padi Rajalele Srinar. Untuk memasyarakatkan beras Rajalele Srinar dan Srinuk, para ASN di Klaten dikerahkan membeli beras tersebut.

Bupati mengeluarkan Instruksi Bupati Klaten No 1/2021 tentang Gerakan Memasyarakat Beras Rajalele Srinar dan Srinuk bagi ASN dan pegawai BUMD di lingkungan Pemkab Klaten. Pembelian beras Rajalele Srinuk untuk ASN difasilitasi melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) Aneka Usaha (Perseroda) Klaten.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan stok beras Rajalele Srinuk yang didistribusikan ke ASN setiap bulan semakin menipis. Jika per bulan ASN mendapatkan jatah sekitar 10 kg per bulan beras Rajalele Srinuk, pada Februari ini jatah mereka dikurangi menjadi 5 kg saja per orang lantaran terbatasnya stok.

Diperkirakan, pada Maret 2023 stok beras Rajalele Srinuk untuk ASN habis. Kondisi itu tak lepas dari tingginya minat pembeli dari luar Klaten terhadap beras Rajalele Srinuk. Para pembeli berani membayar lebih tinggi dibandingkan harga pembelian beras Rajalele Srinuk dari ASN senilai Rp13.000 per kg.

“Karena di distributor ini sudah kewalahan menerima pembelian dari luar. Distributor Klaten yang kerja sama dengan kami [menyediakan beras Rajalele Srinuk untuk para ASN] selama ini membantu luar biasa mempromosikan beras Rajalele Srinuk dan Srinar,” kata Mulyani saat ditemui di Gedung Paripurna DPRD Klaten, Senin (6/2/2023).

Mulyani menambahkan para distributor itu juga mau mengambil keuntungan sedikit yang penting produk unggulan Klaten ini gaungnya sangat kuat. “Tetapi dengan situasi seperti ini, pembeli berani membayar Rp14.000-Rp15.000 per kg, akhirnya mereka goyah. Karena tidak masuk kalau tetap membeli Rp13.000 per kg,” ujarnya.

Pertimbangan Naikkan Harga

Mulyani menjelaskan Pemkab bakal berhitung lagi ihwal harga pembelian beras Rajalele Srinuk untuk ASN. Namun, hal itu tetap mempertimbangkan para ASN bersedia atau tidak jika harga pembelian dinaikkan.

Mulyani mengatakan beras Rajalele Srinuk dihargai tinggi lantaran termasuk beras super premium. Rajalele Srinuk dikenal memiliki cita rasa pulen dan wangi, tak kalah dengan cita rasa beras varietas padi rajalele yang menjadi indukan.

“Sisi positifnya yakni beras Rajalele Srinuk saat ini sudah membumi. Saat ini petani dan distributor sudah kewalahan melayani pembeli dari luar,” ungkap dia.

Direktur PT Aneka Usaha Klaten, Sukardi, membenarkan terbatasnya stok beras Srinuk untuk para ASN di Klaten. Selain terbatas, harga beras Rajalele Srinuk terus mengalami kenaikan. Rata-rata per bulan kebutuhan beras untuk para ASN sekitar 80 ton.

Dia menyebut ada berbagai faktor yang memengaruhi. Salah satunya lantaran terbatasnya pasokan beras dari petani yang diperkirakan baru memasuki masa panen raya pada Maret 2023.

Faktor lain yakni banyaknya pembeli dari luar Klaten yang berani membeli dengan harga tinggi atau di atas harga jual beras ke ASN. “Sehingga pemilik lahan lebih tertarik jualan ke luar,” kata Sukardi.

Disinggung berkurangnya jatah beras ASN pada Februari ini, Sukardi menjelaskan pada awal bulan ini rekanan penyediaan beras masih bisa memasok 10 kg beras untuk setiap ASN. “Sampai batas di mana nanti kami konsultasikan dengan Pak Sekda dan Bu Bupati,” jelas dia.

Sulitnya mendapatkan stok beras Rajalele Srinuk untuk para ASN itu menurut Sukardi sudah mulai terjadi sejak Oktober 2022. Kondisi itu berbarengan dengan harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya